chapter 3

632 68 2
                                    

Author POV

Setelah olimpiade beberapa hari lalu mood Dita naik turun. Bahkan ketika dijalan menuju sekolah saja ia memaki kucing yang melintas tepat di depannya dengan alasan menghalangi kakinya berjalan, kucing yang malang, dijadikan kambing hitam oleh Dita.

Bel istirahat akhirnya berbunyi murid-murid memenuhi kantin rela berdesak-desakan demi isi perut mereka.

Dita yang malas melihat kondisi tersebut memutuskan untuk pergi ke perpustakaan untuk meminjam novel incarannya beberapa minggu lalu.

Dita masuk ke perpustakaan dan mencari dimana novel incarannya berada. tidak menunggu waktu lama ia pun menemukan novel itu dan meminjamnya.

Setelah itu ia pun ke kelas dan melanjutkan belajar walaupun  ia tidak mengerti apa yang diajarkan guru di depam, kepalanya serabut memikirkan perihal lomba kemarin.

Bel pulang pun berbunyi siswa dan siswi berhamburan keluar untuk pulang.

begitupun Dita, ia segera pulang rasa kantuk di matanya tak tertahan.

'Gila ni sekolah kita pergi jam 7, pulangnya jam 4, hari Sabtu gak libur lagi nyesel sekolah di sini, ya mau gimana lagi cuma sekolah ini yang mampu dijangkau oleh ekonomi keluargaku.' batin Dita, hari yang buruk.

Lelah dengan keadaan, lelah sama ucapan orang-orang yang selalu mencemooh berat badannya, lelah dengan situasi dan kondisi yang selalu memojokkan dirinya, dan merasa selalu kurang beruntung.

Dita sampai di rumah ia melihat ada beberapa sendal asing di depan teras rumahnya

'Tumben rame nih rumah, ada tamu kali ya.' batinnya.

"Assalamu'alaikum." ucap Dita.

"Waalaikumsalam." Jawab serentak.

Mata Dita membelalak sempurna.

Ada sosok laki laki yang sangat tampan duduk tepat disamping Bu Dokter yang kemarin mengantar Dita pulang. Ini bukan manusia, ini malaikat. Sangat tampan.

"Ini anak saya." bilang mama Dita.

'Tumben mama mau ngenalin aku ke cowo se-ganteng itu.'

"Ada apa, ma?." Tanya dita dengan kode matanya sambil mengerutkan dahi.

"Duduk dulu nak." Ucap mama.

Dita pun duduk di samping mamanya, matanya menangkap sosok lelaki tampan di samping dokter Kiranti.

"Kamu pasti kebingungan kan, gapapa biar mama jelasin jadi tujuan bu dokter dan anaknya kemari adalah untuk melamar kamu." ujar mama.

"WHAAAT??!"

Mataku membulat sempurna, mendengar penuturan mama.

Ini mimpi nggak sih? Kok bisa ada cowok seganteng itu yang pengen aku jadi istrinya.
Keajaiban dari mana ini?!?!

"Udah jangan kaget gitu." ujar Bu dokter.

"Bagaimana dengan kamu, apakah kamu mau menjadi menantu saya?" tanya bu dokter kepadaku.

Sontak aku pun gugup.

"Aa-akuu." jawabku gugup sambil melihat bu dokter yang menanti jawaban.

Lalu aku melihat lelaki itu, calon suamiku. Malu aku menyebutnya sebagai calon suamiku, bagaimana bisa heyy.

Memantap kan niat.

'Atas izin Allah, dan restu mama papa, Dita terima, jawabnya gitu ga sih? aduh keringat dingin aku.' otak Dita bekerja keras.

Gendut No Problem(On Going)Where stories live. Discover now