Chapter 40

105 9 1
                                    

Adrian terbangun dari tidurnya, ia terdiam sejenak.

Ia beranjak ke kamar mandi untuk berwudhu dan melaksanakan sholat dua rakaat di ruang khusus pesawat.

Dalam sholat yang begitu khusyu, Adrian terus memanjatkan doa agar diangkat penyakit yang mendiami tubuh istrinya oleh Allah SWT dan segera pulih.

Sementara Dita, ia seperti berada di tempat yang sangat luas hingga tidak ada ujungnya, ia mencoba memanggil orang orang namun tidak ada satupun yang menjawab, berulang kali mencoba menyadarkan dirinya bahwa ia berada di alam mimpi, namun seperti ada secercah cahaya yang membawanya untuk mengikuti langkah cahaya itu, perlahan namun pasti Dita melangkahkan kakinya menuju arah cahaya itu. Seketika, Dita hilang bersama cahaya tersebut.

Udara amerika tercium berbeda saat Adrian keluar dari bandara, seolah alam ikut berduka atas meninggalnya Dita Anggraini Prasetya, pikirnya. Begitu pula dengan burung merpati yang terbang dari pepohonan bergerombolan, seolah mereka akan pergi ke upacara pemakaman seorang manusia yang tidak dapat merasakan cinta dari seorang lelaki yang berstatus suami selama hidupnya.

Ada seseorang yang menepuk pundak Adrian dari belakang, beliau adalah pak Prasetya, ayah mertua Adrian. Mereka sampai di Amerika berbarengan, nampak wajah tidak suka dari mama Ratna karena tingkah Adrian yang sudah keterlaluan menurutnya. Wajar saja Ratna marah dengan apa yang dilakukan oleh menantunya yang jelas-jelas menyakiti hati Dita, apakah Adrian tidak bisa membaca kondisi kesehatan Dita sampai harus menikah dengan perempuan lain disaat Dita sedang sekarat? Ratna tidak mengerti apa yang ada dipikiran menantunya ini sampai harus menyakiti anak semata wayangnya seperti ini.

Tanpa berbasa-basi, Ratna langsung masuk kedalam mobil yang sudah disiapkan oleh Andre menuju rumah sakit. Adrian memang punya ajudan di yang bertugas disini, sesampainya di bandara ia langsung disambut oleh ajudannya bersama Lamborghini keren milik Adrian, usaha yang dirintis oleh papa nya yang kemudian dilanjutkan Adrian ini sudah menyebar kemana-mana, bahkan hingga di Amerika, anak perusahaan mereka sudah mencapai puluhan. Tak lama setelah itu mereka langsung menuju ke rumah sakit.

Setibanya di ruangan tempat Dita, terlihat beberapa orang sedang membaca surat Yasin. Andre membaca Yasin dengan isak tangis yang tak terbendung. Dita terbaring lemah, Adrian masih bisa melihat jelas tangan Dita bergerak pelan sekali.

Adrian berjalan kearah Dita, ia tahu istrinya belum meninggal. Ia memanggil lembut nama Dita, ia yakin Dita dapat mendengar jelas suaranya.

"Bangun Dita, aku masih perlu kamu disisi aku, jangan tinggalin aku ya, aku mohon jangan tinggalin aku." Ucap Adrian menggenggam erat tangan Dita. Air mata Adrian mengalir ke tangan Dita saat tangan yang digenggam oleh Adrian menyentuh pipinya. Berulang kali ia mencium tangan Dita, seolah memohon untuk jangan pergi.

Denyut jantungnya melemah.

Lalu, badan Dita terguncang dahsyat, dengan napas tersenggal, air mata terus mengalir membuat semua orang yang berada di ruangan itu takut gemetar.

Ratna menangis melihat putri kesayangannya merasakan sakit sakratul maut, atau orang menyebutnya naza'.

Pak Prasetya menggenggam tangan Dita dengan wajah khawatir.

"Dita, kami ikhlas kamu pergi, kami memaafkan segala kesalahanmu, nak." Ucap pak Prasetya pelan.

Dita masih dengan napas tersenggal mengucapkan nama Adrian putus putus. Papa Dita seolah mengerti apa yang dimaksud oleh putrinya, ia berpaling ke arah Adrian.

"Adrian, tolong maafkan segala kesalahan Dita,"
"Ikhlaskan kepergian istrimu, nak." Ucap Prasetya sambil menangis memohon kepada Adrian agar Dita dapat pergi dengan tenang.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Feb 19 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Gendut No Problem(On Going)Where stories live. Discover now