SG 35=SORRY

5.2K 211 2
                                    

Budidayakan Vote ya dan coment gimana pendapat kalian setelah baca cerita aku, makasi udah mau menghargai:)

Setelah sesi penyerahan penghargaan, sesi foto-foto, akhirnya Clara dan Enrico berada di sebuah rooftop hotel, acara mereka memang di adakan di hotel bintang 5 di Jakarta.

Hanya ada mereka berdua disana.
Dengan kecanggungan yang melingkupi mereka, dari mereka tak ada yang berbicara hanya terpaan angin yang berbicara.

Mereka berdua menatap gedung-gedung pencakar langit, mereka juga bingung kenapa tiba-tiba mendadak canggung seperti ini.

Dan, Clara sudah tidak tahan berada di dalam fase kecanggungan, ia memulai pembicaraan terlebih dahulu.
"Koko, selamat ya jadi King di promnight malam ini" Senyum cantik Clara juga ikut menghiasi langit malam ini.

Enrico menoleh, ia membalas senyuman Clara, "Terimakasih Ra, aku sih rada kecewa bukan kamu jadi Queen di malam promnight ini" Ujar Enrico

Clara menggeleng seraya tersenyum geli, "Ya apaan sih kamu, berarti aku gak cocok jadi Queen Promnight dong."

Enrico kembali menatap langit, "Tapi gapapa" ia kemudian menghadap Clara, "Yang penting kamu selalu jadi ratu di hati aku"

Clara tersipu malu, "Ish apaan sih!" Ia memalingkan wajahnya, daripada Enrico, ada perasaan tak rela dari Enrico.

"Jadi setelah ini kamu mau lanjut kemana?" Tanya Enrico mengubah topik pembicaraan.

Clara nampak berpikir, "Hm, aku sih yang pasti cuma di Jakarta atau gak di jogja, antara UI atau UGM, kalo kamu dimana?" Tanya Clara antusias.

Sekarang Enrico yang terdiam, tak menjawab, Clara merasa aneh pada kekasihnya ini. "Ko, kok kamu diem?" Tanya Clara

Enrico tersadar, "Oh yah itu, aku- aku hm masih bingung antara disini apa di luar negeri"

Clara nampak kecewa di akhir kalimat Enrico, Enrico berniat melanjutkan pendidikan di luar negeri, bagaimana dengan Clara? dan Hubungan mereka?

"Ohh gitu" Jawab Clara, Enrico melihat perubahan raut wajah Clara, ia mendekap kekasihnya kedalam pelukannya.

Clara diam dalam pelukan Enrico, tapi ia merasa ini ada yang beda, tapi ia mencoba berpikir positif. Sialnya perasaan aneh selalu menghantuinya.

"Ko" lirih Clara

"Ya?" Ujar Enrico yang senantiasa memeluk Clara dari samping, mereka menatap bintang usa mayor dan usa miyor.

"Setelah ini apa akan ada yang berubah?" Tanya Clara sambil menegakan tubuhnya, dan menatap Enrico.

"Maksud kamu gimana Ra?" Tanya Enrico yang tak paham maksud Clara.

Clara mengigit bibir bawahnya ragu akan bertanya, "hmm, misalnya hubungan kita yang berubah....atau perasaan kita mungkin" Kata Clara pelan

Enrico menghela nafas pelan, ia sudah memantapkan hati akan apa yang akan dia katakan kepada Clara, "Aku gatau Ra, cuma kamu tahu langit dan laut kan?"

Clara mengangguk samar, tapi Enrico masih melihatnya, "Kenapa?" Tanya Clara. Enrico mengenggam tangan Clara yang terasa dingin itu.

"Mereka itu kan saling menatap tapi tak bisa bersama" Ujar Enrico, membuat berbagai teka-teki di kepalanya.

"Iya, jadi maksud kamu sebenarnya apa Ko?" Tanya Clara mulai merasa tidak enak.

Enrico menutup matanya sebelum mengeluarkan kalimatnya, "Mungkin hubungan kita harus berakhir sampai disini"

deg.

Clara menarik tangannya dari tangan Enrico, Enrico juga membiarkannya, air mata clara mulai bercucuran tanpa bisa ia halangi bendungan tersebut.
"K-kenapa Ko? A-ku S-salah apa?" Kata Clara Parau.

Enrico menghela nafas, "Kamu gak salah, cuma kayanya kita memang harus akhiri hubungan ini" Ujar Enrico final dan lantang.

Clara menyeka air matanya kasar yang terus turun membasahi pipi cantiknya, "Gak mungkin kalo gak ada alasan Ko! Kasih tau aku alasannya apa?"

"Belum saatnya kamu tau Ra"

"Sampai kapan?"

Ia kemudian merogoh kantung jasnya, dan mengeluarkan sebuah kotak berukuran sedang, ya yang pas di ukuran tangan Enrico, "Aku gatau yang pasti suatu saat nanti, Tapi aku punya satu permintaan, kamu bisa turutin itu?"

Clara sudah tak mau menatap Enrico, "Hiks, Hiks, a-apa?"

Enrico menarik tangan Clara, dan memberikan Kotak yang ia pegang tadi kepada Clara, "Aku mau kamu buka nanti kalo kamu udah dirumah kamu, bisa?"

Clara mengangguk, Enrico menyeka air matanya, Clara sudah mulai agak tenang, walaupun perasaan nya hancur.
Clara mencoba tersenyum, walau rasanya sakit.

"Makasih satu tahunnya Ko, makasih pernah hadir, makasih pernah bikin aku bahagia" Ujar Clara yang sekarang tersenyum tulus di hadapan Enrico.

Astaga, Enrico merasa jahat menjadi seorang lelaki, ia telah memutuskan gadis sebaik Clara, Tuhan tolong Enrico.

"Boleh aku peluk kamu mungkin untuk terakhir kalinya?" Tanya Clara

Enrico melebarkan tangannya, Clara langsung berhamburan kepelukannya. Ia kembali menangis terisak. Enrico merasakan pedih pada hatinya, apa yang dirasakan Clara selama ini dapat Enrico rasakan, Rasanya masih tak rela meninggalkan gadis sebaik Clara

Clara meregangkan pelukan mereka.
"Kenapa kamu gak benci aku? aku udah putusin kamu, tapi kamu malah bilang makasi?" Tanya Enrico tak mengerti

"Aku emang ga benci sama kamu, aku hanya kecewa, manamungkin aku bisa benci sama orang yang aku cinta?" Clara tertawa sumbang. Clara berdiri merapikan dressnya yang tampak kusut itu, lalu merapikan rambutnya, dan menatap Enrico, "Makasih banyak ya Ko! hadiahnya juga, aku bakal buka sesuai permintaan kamu kok" Ia berusah terlihat ceria, dan menampilkan senyum palsunya.

Setelah mengucapkan kalimat itu, Clara berlalu meninggalkan Enrico sendirian di Rooftop. Enrico memejamkan mata menghirup aroma Clara yang ikut meninggalkannya.

"I'm Sorry my princess"

Tanpa kedua sejoli itu dari tadi sadari, ada yang mengintip omongan mereka tadi.

***
TBC
yuhuu
bagaimana pendapat kalian di part ini? jangan lupa follow ig aku
@patriciamarsela_

mwah😘

Strong Girl [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang