Delapan Belas

Depuis le début
                                    

"Aku juga udah komplain tadi. Lain kali, nggak ada lagi wawancara setelah jam kantor kelar. Apalagi ini hari Jumat. Harusnya nggak lembur menjelang akhir pekan. Waktu untuk keluarga." Sekar mengecek ponselnya sebentar.

"Entah gimana kok ngatur jadwal berantakan gini."

"Kerjaannya Delta."

Kata-kata itu sudah menjelaskan segalanya. Delta sudah berkali-kali dipindahkan dari pos yang satu ke pos yang lain. Menjadi keponakan salah satu pemilik Milky Choc, perempuan itu tidak becus bekerja. Modal utamanya selain nepotisme adalah penampilan menawan. Sudah empat bulan belakangan perempuan itu bergabung di bagian HRD. Seperti biasa, ada saja masalah yang bisa dikeluhkan dari pekerjaan Delta.

"Itulah kenapa aku benci nepotisme," gerutu Kennan. "Kayak gini nih jadinya. Orang-orang selalu direpotkan sama ketidakbecusan Delta. Seharusnya, dia ngurus bisnis sendiri. Buka salon kek. Atau butik. Intinya, fokus nanganin soal penampilan."

Pintu ruang wawancara terbuka, seorang perempuan muda mengucapkan salam. Kennan mempersilakan orang yang akan diwawancarainya untuk duduk. Gadis itu bernama Natasha, baru menjadi sarjana dua bulan silam. Maka, dimulailah wawancara dengan kumpulan pertanyaan yang sudah dihafal Kennan dan Sekar luar kepala.

"Cantik ya, Ken," Sekar menyenggol Kennan saat Natasha meninggalkan ruang wawancara. "Pinter juga. Aku demen liat cewek model begini."

"Kalaupun cantik, apa hubungannya sama aku?" Kennan menyesap kopinya yang sudah dingin. "Telat banget andai mau dijodohin sama aku," katanya asal-asalan.

Sekar tertawa geli. "Aku nggak berani jadi makcomblang buatmu, Ken. Istrimu lebih dari oke. Standarmu tinggi juga. Nggak nyangka. Kirain yang setipe sama Siska."

"Sialan! Harus berapa juta kali diomongin kalau Siska itu bukan mantanku?"

"Iya, percaya," Sekar tertawa geli. "Kenapa kamu nggak pernah ngenalin Irina ke kami-kami, sih? Tiap ada acara teman-teman kantor, kamu selalu datang sendiri."

"Irina?"

"Iya. Istri tersayangmu."

Kennan baru menyadari bahwa yang dimaksud Sekar adalah Febe. Dia buru-buru menjawab, "Waktunya sering nggak cocok."

Kalaupun Sekar akan mengajukan pertanyaan baru, terpaksa ditelan kembali karena sudah terdengar ketukan lagi di pintu. Mereka kembali mewawancarai calon karyawan yang masih tersisa. Ketika Kennan menegakkan punggung yang terasa pegal sebelum beranjak dari kursinya, sudah hampir pukul tujuh malam. Perutnya terasa lapar. Namun Kennan tak pernah lagi makan malam di luar sejak menikah.

Febe akan berangkat ke Santorini tiga hari lagi. Kopernya sudah rapi. Sesuai janji mereka, Kennan takkan mempersoalkan hal itu. Istrinya sudah menyusun rencana liburannya sejak jauh-jauh hari. Meski begitu, Kennan tahu dia harus menyembunyikan fakta itu dari ibunya. Jika Lydia tahu, mungkin akan timbul masalah baru yang sama sekali tidak perlu.

Ketika Kennan tiba di rumah mertuanya, dia keheranan karena tidak mendapati istrinya di mana-mana. Begitu melewati pintu depan, matanya langsung mencari-cari bayangan Febe. Dia memindai seluruh ruang tamu, ruang keluarga, hingga dapur. Dan hanya melihat Dila yang sedang membelakanginya dan sibuk mencuci piring.

Kennan buru-buru berbalik. Rosita tampaknya berada di kamarnya, seperti biasa. Lelaki itu menaiki tangga dengan cepat. Di depan pintu kamar yang ditempatinya bersama Febe sejak pindah ke sini, Kennan berhenti dan sempat mengernyit. Apakah yang dilakukannya ini hal yang wajar? Mengapa dia sibuk mencari Febe dan bukannya langsung mandi sebelum mengisi perutnya yang sudah keroncongan?

Namun, pertanyaan-pertanyaan itu tidak menghentikannya. Kennan justru sempat diserang kepanikan. Bagaimana jika Febe mengikuti jejak Irina? Perempuan itu juga kabur dan rela meninggalkan ibu yang sangat dicintainya karena terlalu tak bahagia hidup bersama Kennan? Pemikiran itu membuat jantung laki-laki itu berdenyut kencang. Akan tetapi, dia tetap membuka pintu dan mendesah penuh kelegaan melihat koper Febe masih pada tempatnya. Juga ponsel perempuan itu yang tergeletak di atas nakas.

Despacito [Terbit 28 Oktober 2020]Où les histoires vivent. Découvrez maintenant