12. Begin

28.2K 2.5K 401
                                    

Gue menatap seluruh peralatan yang biasa Johnny gunakan untuk membunuh orang

Mulai dari pistol, granat, pisau dan senapan. Gila! Sebanyak ini?

"Hani, ambil salah satu yang kamu suka" gue masih diam, meski kalimat Johnny barusan terdengar di telinga jelas di telinga gue

"Hani!" Gue terkejut

"I-iya" gue pun berjalan mendekat lalu memegang satu persatu barang itu. Mata gue jatuh pada sebuah lipstick yang di dalamnya berisi racun. Gue mengambil itu

"Itu senjata cadangan kamu, pilih satu lagi" ucap Johnny sambil menyenderkan badannya di tembok

Gue mengambil sebuah pisau yang bertuliskan "only God can judge me"

Johnny tersenyum miring, gue menatapnya sekilas

"Pilihan yang bagus Hani" Johnny berjalan mendekati gue. Lalu memegang pundak gue yang membuat gue merinding

Gue menatap pisau itu, pisau yang gue yakin udah banyak membunuh orang

"Di depan kamu ada target. Lempar pisau itu ke arahnya" ucap Johnny. Gue menatap target yang ada di depan. Itu bukan target buatan, tapi seekor anjing. Gue menoleh, menatap Johnny yang menaruh dagunya ke pundak gue

Johnny menatap gue, "ya. Bunuh dia Hani"

"Kill it" bisik dia lalu mencium pipi gue dan mundur beberapa langkah. Gue menatap anjing yang sudah di ikat

Gue memejamkan mata gue, gue nggak tega. Anjing hewan kesayangan gue

"Kamu nggak bakal punya waktu sebanyak ini saat kamu berhadapan dengan musuh, Hani. When you see your enemy, kamu cuma punya dua pilihan. Kill or die" ucap Johnny dibelakang gue

Gue menatap lekat-lekat anjing itu. Lalu dengan secepat kilat gue melemparkan pisau yang gue pegang. Pisau itu mengenai kaki anjing tadi, membuat anjing itu berteriak kesakitan

"Saat kamu menghabisi musuhmu, bunuh dia secara perlahan atau bunuh dia dengan cepat. She's dying, how you feel?" Johnny mendekat, berdiri disamping gue dan mengambil pistol. Lalu dia mengarahkan pistolnya dan membunuh anjing itu hingga mati

"Kalo kamu merasa kasihan, kamu belum siap jadi ratu saya" Johnny menatap gue tajam

"Kamu belajar sama anak buah saya. Saya nggak peduli kamu mau mati atau terluka. Yang saya mau, besok pagi kamu masih hidup sudah mahir menggunakan senjata. Membunuh atau dibunuh, itu prinsip seorang mafia" Johnny berjalan menjauh

"Kamu ngga bakal nemuin siapa pembunuh adik kamu kalo kamu masih kasian sama anjing yang ngga punya otak, bahkan pembunuh adik kamu lebih bodoh daripada anjing. Kenapa harus kasian?" Johnny membuka pintu ruangan, meninggalkan gue yang terdiam kaku

Johnny bener. Pembunuh adik gue bahkan ngga kasian sama adik gue, kenapa gue harus kasian sama dia

Gue menatap anak buah Johnny yang berdiri di depan gue

Tatapan dia dingin, kaya pembunuh pada umumnya

Sedetik kemudian dia tersenyum manis ke gue

"Hai, saya Lucas" ucap dia sambil menyiapkan pistolnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Hai, saya Lucas" ucap dia sambil menyiapkan pistolnya

"Shall we start? Kamu lebih suka pistol atau pisau? Saya terserah kamu" ucap dia sopan

Gue menatap dia, "omongnya biasa aja. Ga usah sesopan itu" ucap gue

Dia menatap gue, tersenyum lagi "you're my noona. But, at this moment, you're my enemy" Lucas melangkah cepat menyerang gue. Sebelum gue memutuskan untuk memilih senjata apa yang akan gue gunakan

Gue melangkah mundur, menggunakan insting gue. Lucas masih dengan cepat menyerang gue dengan pisau meski yang ia siapkan tadi adalah pistol

Lucas berhenti, gue mengatur nafas gue "fokus, noona. Tuan Johnny tidak pernah mengajari saya untuk berbasa-basi dengan musuh"

Lucas melangkah maju, memutar-mutar pisaunya ke arah gue. Gue menarik nafas gue, menyiapkan diri gue

Lucas mulai menyerang, gue dengan cepat menghindar. Tapi namanya mafia terlatih, Lucas dengan cepat membaca langkah gue dan membanting tubuh gue ke matras

"Tatap mata musuh. Mau dia bergerak ke kanan, jika matanya mengatakan ke kiri, dia ga bisa bohong" Lucas masih mengunci gue

Gue menatap lekat mata Lucas, kemudian memajukan kepala gue menghantam hidung Lucas

Lucas mengaduh kesakitan. Merasa melihat celah, gue memutuskan untuk mengambil pistol yang dia simpan di celananya dan mengarahkannya ke kepala Lucas

Lucas menatap gue sambil tersenyum miring. Kemudian mengangkat tangannya tanda menyerah

"That's great, noona. Tuan Johnny pasti akan senang melihat ini" Lucas berdiri, membersihkan hidungnya yang berdarah

"Are you okay, Lu?" Tanya gue

Lucas mengangguk, "pelajaran pertama. There's no mercy for your enemy" ucap dia

Lucas membalikkan badannya ke gue, "pelajaran kedua. The important one" Lucas menghadap ke gue sambil menodongkan pistol yang gue ga tau kapan bisa ada di tangan dia

"Jangan pernah lengah" ucap dia tersenyum miring

Tanpa gue sadari, seseorang juga tersenyum miring. Merasa anak buahnya adalah orang yang tepat untuk mengajari gue

~to be continue~

H

ellowww
Ada yg still awake?

[1] DaddyWhere stories live. Discover now