Kurokawa Rei

2.5K 245 3
                                    

Rei POV

Menjadi asisten pribadi seorang CEO dari perusahaan besar mungkin akan cukup membanggakan, selain mendapatkan penghasilan yang lumayan, pulang pergi luar negeri, posisimu pun hanya berada di bawah 1 orang tetapi diatas banyak orang, kau pun mendapat kedudukan yang cukup untuk menjadi bahan pamer kepada para temanmu yang lainnya. Yahhh..itu pemikiran dari segelintir orang, lalu bagaimana denganku??

Asisten pribadi bagiku hanyalah sebuah sebutan formal saja, sedangkan pekerjaanku yang sebenarnya kurasa bisa dikatakan sebagai “pengasuh anak?”

Bosku Hinata Miyuki CEO Yushou Corp yang sekarang merupakan anak sulung dari pemilik sebelumnya yang juga merupakan bos dari ayahku. Hinata Toshiro ayah Miyuki, CEO sebelumnya dengan ayahku sebagai asisten pribadi, tetapi sejak paman Toshiro meninggal ayah memutuskan untuk pensiun dan beralih kembali pada bisnis keluarga, dia juga yang menunjukku sebagai asisten Miyuki.

Mungkin kalian berpikir kenapa seorang mantan asisten seperti ayahku bisa menunjuk penganti asisten untuk CEO yang baru. Itu karena pesan terakhir yang disampaikan oleh paman Toshiro sebelum meninggal, lagian keluarga kami juga memang sudah dekat sedari dulu. Kami juga memiliki perusahaan yang bergerak dibidang kosmetik pria dan wanita, yang sekarang dijalankan oleh ibuku.

Lalu kenapa ayahku mau menjadi asisten bagi perusahaan lain??

Karena mereka berdua teman yang tidak bisa dipisahkan entah kenapa, lalu kenapa bukan paman Toshiro yang menjadi asisten bagi ayah?? Rencananya setelah Miyuki mengambil alih perusahaan mereka saat itulah sistem pertukaran akan terjadi, tapi siapa sangka paman Toshiro dan istrinya justru akan pergi secepat itu.

Bahkan anak-anaknya pun masih kecil. Aku masih sangat ingat saat datang ke pemakaman itu, wajah Miyuki hanya menatap datar kedepan dengan pandangan yang kosong sambil menggendong adiknya Shoyo yang menangis. Saat beberapa bulan pertama Miyuki dan Shoyo dibawa kerumah kami oleh ayahku, karena khawatir dengan keadaan mental mereka. Saat itu aku baru berusia 18 tahun, aku memang tidak begitu dekat dengan Shoyo tapi dengan Miyuki yah cukup lumayan.

Saat itu, jangankan tertawa dan tersenyum seperti biasa, bahkan berbicara pun tidak. Miyuki hanya merespon jika yang memanggilnya adalah Shoyo, tentu saja kami khawatir. Kami sempat membawanya ke psikiater, dan psikiater itu mengatakan bahwa guncangan yang sebenarnya diterima Miyuki berkaitan dengan adiknya, akibat meninggalnya orang tua mereka baik hati maupun pikirannya dipenuhi dengan bagaimana dia bisa membesarkan adiknya dengan baik serta terus bersama adik.

Diduga bahwa Miyuki takut kehilangan adiknya jika dia gagal. Ibuku sangat menyayangi Miyuki, terlebih aku tidak punya saudara perempuan, dia pernah berpikir akan mengadopsi mereka berdua dan sudah disetujui oleh ayahku tapi kau tahu apa yang terjadi selanjutnya??

Miyuki membawa Shoyo kabur kembali kerumah lamanya tanpa sepengetahuan kami dan bahkan mengunci pintunya. Ibuku hampir melaporkan ke polisi hingga akhir pengurus rumah tangga Hinata menghubungi bahwa mereka berada dirumah.

Cukup menguras tenaga dan kesabaran untuk membujuk Miyuki saat itu hingga akhirnya kami setuju untuk membiarkannya hidup bersama Shoyo dirumah itu, itu pun setelah keadaan mentalnya kembali normal. Saat berusia 17 tahun pengacara keluarga Hinata resmi menyerahkan segala kepemilikan aset kepada Miyuki, dan Ayahku sendirilah yang menyerahkan kembali Yushou Corp kepadanya.

Semua pengetahuan, keahlian, serta pelatihan CEO pribadi diajarkan oleh ayahku kepadanya, sedang aku. Sebelum menjadi asistennya, aku sudah terlebih dahulu menjadi asisten pribadi ibuku diperusahaan kami. Ahh..perusahaan kami itu bernama Kurokawa Corp. pada bidang produk kosmetik pria dan wanita dengan merk Hanzhel.

Lalu bagaimana pendapatku setelah menjadi asisten Miyuki?

Cukup menyenangkan, awalnya aku pikir akan merepotkan terlebih dia bisa dikatakan anak yang baru saja dewasa kau tahu, pemikiran labil, egois, keras kepala dan sebagainya. Aku bahkan sudah menyiapkan mental untuk itu, tapi tidak semua pemikiran negatif itu menghilang, dia benar-benar tidak terlihat seperti anak berusia 17 tahun, aura dominant, pemikiran yang matang serta tegas dan tepatnya dia mengambil keputusan itu sungguh luar biasa.

Sebulan aku menjadi asistennya, aku berani untuk mengatakan kalau dia memiliki kemampuan managerial dan leadrship yang sempurna, semua pekerjaannya sempurna. Yah itupun saat dia dalam mode Prefeck CEO, sedangkan kesehariannya lebih seperti seorang ibu yang baru saja punya anak. Terkadang aku kasihan pada Shoyo.

Pernah aku bertanya kenapa dia berusaha begitu keras?

Seharusnya aku sudah dapat menebak jawabannya tentu saja demi adiknya, terlebih sejak memasuki SMP Shoyo sudah memperlihatkan minat terhadap Volly, dia tidak ingin menyerahkan urusan perusahaan pada Shoyo yang nantinya akan membuatnya membuang impiannya.

Well, kuliah sambil kerja ditambah membagi waktu untuk adiknya tidak lah mudah, aku bahkan pernah mengatakan padanya bahwa Shoyo sudah besar lagi pula dirumah mereka banyak pelayan yang bisa menjaga adiknya. Tapi dia tidak mau, dia sudah berjanji bahwa selama dia masih hidup, dia akan memberikan segalanya untuk Shoyo, termasuk kasih sayang yang seharusnya diberikan oleh sepasang orang tua.

Apakah ada sifatnya yang tidak kusuka?

Ya tentu saja.

Aku benci saat dia terlalu memaksakan tubuhnya yang sudah diambang batas limit untuk bekerja.

Benci saat dia mengatakan baik-baik saja padahal sebaliknya.

Benci saat dia mengatakan sudah makan padahal belum.

Benci saat dia berusaha tersenyum agar adinya tidak khawatir.

Aku selalu saja merasa khawatir setiap kali melihatnya belum menyentuh makan siangnya kau tahu? Tapi gadis ini bahkan sama sekali tidak peka! Shoyo bahkan jauh lebih dapat diandal jika menyangkut kepekaan, ini udah dikasi kode yang peka malah adiknya, kan rese!

Terkadang aku dan Shoyo harus berpura-pura agar dia berhenti lembur, Shoyo akan berpura-pura mimpi buruk agar Miyuki mau menemaninya tidur hingga akhirnya dia sendiri akan tertidur.

Lalu bagaimana hubunganku dengan Shoyo?

Shoyo itu adik lelakiku tentu saja, aku cukup dekat dengannya. Denganku jugalah Shoyo sering berkeluh kesah yang tidak bisa dia katakan kepada kakaknya itu. Bahkan jika terjadi sesuatu pada Shoyo, dia akan menghubungiku terlebih dahulu sebelum mengatakannya pada Miyuki.

Seperti halnya saat Shoyo mengalami cidera di pertandingan vollynya baru-baru ini, yang untungnya tidak parah, sehingga masih bisa disembunyikan. Jika Miyuki tahu entah bagaimana jadimya. Dan kudengar beberapa hari yang lalu Miyuki datang ke pertandingannya melawan Dateko. Itu pastinya dia tahu dari Akiteru.

Ya aku mengenal Akiteru, selain karena dia teman kuliahnya Miyuki dia juga merupakan salah satu Manager Yushou Corp. untuk cabang Miyagi, kalian pasti tidak menyangka bukan?

Sama aku pun masih tidak percaya, dengan tingkahnya yang seperti pengangguran, rada childish itu dia memiliki kemampuan yang cukup hebat dan untung saja Miyuki menemukannya terlebih dahulu sebelum perusahaan lain.

Dimataku hubungan Miyuki dan Shoyo?

Lebih seperti Miyuki menganggap adiknya lebih berharga dari apapun didunia ini, dia bahkan memanjakan Shoyo sampai pada tingkat dimana dia membangun toko peralaataan olahraga karena adiknya ingin menjadi atlit volly. Aku bahkan tidak akan heran jika dia sampai akan membayar pelatih terbaik dan tim nasional Jepang agar adiknya bisa masuk kesana dan yang untungnya Shoyo tipe orang yang sederhana serta tidak mau serba instan.

Kartu premium yang diberikannya pada Shoyo bukanlah kkartu yang seharusnya dipegang oleh remaja 15 tahun, isinya bahkan aku tidak ragu jika mampu membeli sebuah stadion pribadi walaupun jujur uangku bahkan lebih dari itu tapi itu wajar aku pria "dewasa" yang sudah bekerja, dan sekali lagi yang untungnya tidak pernah disalah gunakan Shoyo bahkan tidak pernah digunakannya sama sekali.

Yahh bagus sih, tapi terkadang aku juga tidak begitu menyukai tipe hemat dan sederhananya Shoyo yang sudah kelewatan, walaupun alasan dibalik itu semua aku dapat mengerti. Aku berani bertaruh tidak ada temannya yang tahu akan hal itu.

Apa aku memiliki perasaan pada Miyuki?

Yahh..apa kalian juga akan seperti ibuku yang selalu bertanya kapan aku akan mengatakan perasaanku padanya? Ya, aku menyukainya tapi tidak untuk sekarang aku tidak ingin hubungan kami berubah, bagaimana jika perasaanku tidak terbalaskan? Aku tidak ingin hubungan kami menjadi canggung, aku sudah terbiasa mengurusi kedua saudara itu, untuk sekarang biarlah begini dulu.

Rei POV End

My Sister (Low Update)Where stories live. Discover now