Training Camp (last)

734 70 79
                                    

Hening

Semuanya berhenti, seakan-akan kepanikan dan teror sebelumnya hanyalah sebuah film layar lebar yang di nonton bersama. Selain suara hujan yang berada di luar sana dan sesekali suara guntur yang sudah mulai mereda, tidak ada yang berani bergerak bahkan bersuara. Mereka menatap horor dengan apa yang terlihat saat ini. Dihadapan Kuro, seseorang yang mereka kenali saat pertama kali training camp diadakan, seseorang yang merupakan saudara dari salah satu anggota club disana. Hinata Miyuki kakak dari Hinata Shoyo terduduk dengan diam, tidak ada yang bisa melihat wajahnya, selain seluruh tubuh yang basah, kedua tangan yang terluka dan terlebih tetesan darah yang mengalir dari pelipisnya mewarnai kemeja putih yang dia kenakan, dengan melihat saja sudah tahu jika itu sangat tidak baik-baik saja.

“Miyuki!” sebuah seruan datang dari arah pintu keluar gym, terlihat seorang pemuda bertubuh tinggi nan atletis berlari mendekat kearah Kuro dan sang gadis, diikuti oleh para pelatih dan seorang pemuda yang tidak mereka kenal.

Anggota Karasuno yang berada di gudang segera keluar setelah mendengar teriakan itu terutama Hinata Shoyo yang seperti merasa tersambar petir di jantungnya saat suara orang yang dia kenali meneriaki seseorang yang sangat dia cintai.

“Kakak!!” Shoyo melihat keadaan diluar yang membuatnya hampir merasa bahwa dunia seakan runtuh, kakaknya terduduk tersandar, menunduk kemejanya yang berwarna putih sudah mulai menyerap darah yang mengalir di lantai juga darah yang menetes dari kepalanya. Pemuda mungil itu berlari dengan tergesa-gesa.

“Ka..kakak?? Kakak bangun!” Shoyo hampir menangis, memegang ujung kemeja Miyuki, dia tidak berani menyentuh tubuh kakaknya.

Rei yang panik dan khawatir juga tidak berani mengangkat tubuh itu, dia takut kepalanya terbentur dengan keras.

“Sebaiknya kita telepon ambulan sekarang.” Ujar Takeda-sensei, dia juga cemas terlebih melihat darah yang mengalir.

“Hina..Hinata..ini salahku, jika saja Miyuki-san tidak menolongku..maka..” Kuro merasa sangat bersalah, dia takut sesuatu yang buruk terjadi.

Saat mereka sibuk ingin menghubungi ambulan, sebuah suara menghentikannya.

“Tidak perlu, aku tidak apa-apa.”

“Kakak!”

“Miyuki!”

Miyuki mengangkat wajahnya kearah mereka semua, dan mengangkat tangannya untuk memegangi pelipisnya.

“Maaf ya membuat kalian khawatir, aku hanya sedang menetralkan telingaku yang berdengung akibat petir tadi, aku masih sadar kok dan ini bukan luka serius.”

“Bicara apa kau! Tidak lihat darah itu mengalir dari kepalamu?!” Akiteru entah mengapa merasa emosi saat mendengar ucapan sang gadis.

“Aki aku lebih tahu tubuhku sendiri, kepalaku tidak bocor atau semacamnya, pelipisku hanya terkena goresan kaca begitu juga dengan tanganku. Jangan membuat seolah-olah aku akan mati, tidak lihat adikku sudah ketakutan begini?”

Shoyo memeluk tubuh Miyuki sambil bergetar, Miyuki menepuk-nepuk tubuh adiknya pelan, tidak peduli jika darahnya metes ke pakaian adiknya.

“Kuro, itu bukan salahmu, aku yang memutuskan untuk menyelamatkanmu. Kau itu masih muda terlebih seorang atlet, akan bahaya jika kau jatuh terbentur atau semacamnya hm?” Miyuki, membersihkan tangannya dari darah pada bajunya dan mengelus kepala  Kuro lembut memberikan gestur bahwa dia baik-baik saja.

Setelah melewati sesi tanya jawab yang seperti interview melamar pekerjaan, kini Miyuki sedang di obati oleh para manager.

“Apakah masih sakit Miyuki-san?” tanya Yukie

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jun 29, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

My Sister (Low Update)Where stories live. Discover now