chapter 4 : magic word

Start from the beginning
                                    

Corbyn baru saja datang dengan sekantong penuh makanan ringan di tangannya.

"Dari mana saja kau?" Zach langsung mengambil alih sebungkus chips ketika Corbyn kembali duduk di sebelahnya.

Aku mengangguk, ikut membenarkan pertanyaan Zach. "Kita ada di teras rumahmu tapi kau menghilang sejak tadi."

Corbyn terkekeh. "Kalian tahu, aku menjauh untuk menjawab telepon," jelasnya. "Daripada aku berbicara sambil bolak-balik di hadapan kalian, lebih baik aku berjalan-jalan."

"Jadi telepon itu membawamu sampai mana, huh?" kata Silena seraya mengambil alih macbook dari tangan Zach untuk melihat manuskripnya.

"Saat teleponnya mati, aku setengah jalan menuju minimarket," balas Corbyn. "Aku tuan rumah yang baik. Jadi, aku membelikan kalian ini."

"Baguslah," gumamku ikut meraih keripik yang dipegang Zach lantas memasukkannya dalam mulutku.

"Lihat, mobil siapa itu!" ucap Corbyn datar sambil membuka sebungkus makanan ringan lagi.

Namun sedatar apapun nada bicara Corbyn, kami semua tetap ikut melihat ke arah yang sama dengannya. Benar saja, sebuah mobil berwarna hitam baru saja menepi tepat di depan rumah Corbyn.

"Itu pacarku," jawab Silena yang hanya menatap sekilas mobil itu kemudian melanjutkan kembali kegiatannya merevisi skrip.

"Corbyn?" ujar pacarnya Silena mematung setelah mengucapkan permisi. "Sedang apa kau—"

"Tunggu," potong Corbyn. "Jadi, Silena ini pacarmu?"

Lelaki itu mengangguk. "Dan jangan bilang kau meminta gambar poster itu padaku untuk ditunjukkan pada pacarku?"

"Tidak, yang itu tidak benar," tutur Corbyn. "Poster itu untuk Carissa, ia yang mengajak Silena bergabung. Aku tidak mengenal Silena sebelumnya."

"Sudah pernah kubilang, 'kan?" Silena menarik kekasihnya untuk duduk di dekatnya. "Princeton itu sempit."

Lelaki itu hanya mengangguk lalu memerhatikan apa yang sedang dilakukan kekasihnya.

"Jadi, dimana kau mengenal lelaki ini, Corbyn?" tanya Silena, tatapannya masih terus tertuju pada macbook.

"Lelaki ini," orang yang dimaksud langsung mengulang sambil mencebikkan bibir pada kekasihnya. "Apa-apaan."

Corbyn terkekeh. "Aku punya 3 kelas bersama dengan Jonah di kampus."

Jadi, yang menjawab teleponku kemarin itu pacarnya.

***

"Hei, Carissa!" Daniel mendaratkan dirinya pada sofa empuk di sebelahku.

"Hei," aku hanya balas menyapa. Aku sedang membaca dan memberi high light pada dialogku di naskah yang baru saja selesai kurang dari 4 jam yang lalu.

"Sudah makan malam?"

Aku menggeleng.

"Bagus," gumamnya. "Wanna go out?"

Pertanyaan itu membuatku langsung menatapnya. "Apa?"

"Ayolah, kau mendengarku," gerutunya.

Aku terkekeh. "Ke mana?"

"Suatu tempat," lagi-lagi ia tidak memberitahuku. "Ayo!"

"Ya, baiklah," aku meletakkan high lighter dan naskah film pendek di meja. "Tunggu di sini! Aku akan berganti pakaian."

Falling in Your Lies • why don't we [✔]Where stories live. Discover now