Bab 16 : Sakit (2)

75 29 38
                                    

Seiring berjalannya waktu, akhirnya sebuah rahasia besar terbongkar.
♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡

"Sebenarnya aku sakit," lirih Anant pelan yang masih dapat ditangkap penginderaan Izyla.

"Sakit apa kak?" tanya Izyla cemas.

"Prosopagnosi," jedanya. "Kebutaan wajah."

Prosopagnosia adalah kelainan dalam mempersepsi wajah yang membuat orang yang mengalaminya akan sulit mengenali wajah termasuk wajahnya sendiri.

Satu teori menyebut bahwa kondisi ini merupakan suatu kelainan, kerusakan, atau gangguan pada gyrus fusiform bagian kanan otak. Ini merupakan bagian dari otak yang mengkoordinasikan sistem saraf yang mengontrol persepsi wajah dan memori. Penelitian telah menunjukkan bahwa otak memproses gambar wajah dengan cara yang berbeda dengan ketika ia memproses gambar objek lainnya. Ada beberapa ketidaksepakatan dalam literatur ilmiah tentang apakah prosopagnosia adalah gangguan umum atau masalah spesifik pada wajah. Mungkin ada berbagai jenis dari prosopagnosia yang memiliki gejala lain selain kesulitan dengan pengenalan wajah.

Prosopagnosia, kadang-kadang disebut kebutaan wajah, dapat muncul pada masa anak-anak disebut developmental prosopagnosia.

"Maksudnya?" tanya Izyla yang masih kebingungan.

"Gak bisa mempersepsi wajah. Bisa dibilang itu salah satu alasan kenapa dulu kamu salah paham padaku. Dikira aku sombong, gak nganggap kamu dan lainnya."

"Maaf kak, aku gak tau," balas Izyla merasa bersalah.

"Gak papa kok. Bukan hanya kamu saja kok, yang lain pasti juga nganggep gitu, kan? Jadi, wajar aja sih kalau kalian mikir seperti itu."

"Kakak udah berobat?"

"Udah, cuman dikasih beberapa cara buat nyembuhin sendiri," jedanya sambil menghela nafas. "Cara lain untuk mengingat wajah menggunakan petunjuk seperti rambut, suara, dan pakaian dalam mengidentifikasi orang. Dan aku menggunakan suara. Jadi, setiap aku bertemu denganmu tanpa panggilanmu aku pasti tidak terlalu mempedulikan. Tapi, bila aku mendengar suarumu, seketika aku akan mencarimu. Entah itu dimana pun bila aku mendengarmu, aku akan datang."

"Kalau gitu setiap aku bertemu kakak aku akan berteriak memanggil kak Anant," katanya Antusias yang dapat membuat Anant tertawa.

"Oh iya, btw itu sejak kapan kak? Sejak lahir kah?"

"Enggak, itu sejak aku umur 3 tahun."

***

"Habis dari mana aja lo? Gue cariin malah ngelayap mulu," gerutu Dhafin

"Entah," jawab Izya sambil mengendikkan bahu.

"Eh buset." Sambil menepuk jidat "lo orang bukan sih?" teriaknya ketika ditinggal Izyla.

"Gue orang, lo juga orang weekk." Sambil menjulurkan lidah.

"Untung jomblo," guman Dhafin mengasihani adiknya itu.

***

Membaca balasan itu seketika membuat senyum di wajah Izyla mengembang

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Membaca balasan itu seketika membuat senyum di wajah Izyla mengembang.

"Ngapain senyum-senyum sendiri? Udah gila?" tanya Dhafin sambil mengecek suhu dahi Izyla.

"Don't touch me!" tegas Izyla yang segera direbutlah ponsel gadis itu karena penasaran.

"Dia udah tau nama asli lo?"

"Ouh iya baru inget. Pantes aja pas dipanggil 'Ana' rasanya kek gak akrab gitu." Yang seketika membuat Ryan yang sedang makan bersama tersedak.

"Jangan macem-macem. Gue ijinin kalian chatingan tapi, gak buat ngasih nama asli lo," ancam Dhafin.

"Terserah gue!" Sambil berusaha meraih ponselnya.

"Lo!" Tanpa sadar sambil menggebrak meja makan yang membuat 2 keluarga itu terkejut. "Apa susahnya nurut sih? Hah?" bentak Dhafin yang akhir-akhir ini emosinya tak bisa dikontrol.

"Lo tuh udah punya pacar urus aja si Wina. Gue udah gak butuh lo. Jadi, sekarang lo gak ada hak buat ngurusin gue," bentak balik oleh Izyla.

"Sayang, apa yang dikata Dhafin benar apa adanya. Kamu jangan terlalu mudah percaya sama orang lain."

"Dia bukan orang lain pa. Dia udah Izyla anggap sebagai kakak Izyla sendiri. Dia juga bilang sayang sama Izyla tadi pagi," jelasnya mengungkapkan apa adanya.

"Sebagai kakak? Cepet banget, emang dia tau apa soal lo, hah?" bentak Dhafin.

"Yang jelas dia gak emosian kek lo. Puas!"

"Tapi sayang, ayah mohon jangan kasih tahu nama aslimu ya." Yang kali ini Deon ikut bicara

"Kenapa yah? Kan sama aja Izyla bohongin dia." Tanpa sadar air matanya mengalir. "Apalagi dia juga sakit, kalau tahu aku selama ini berbohong dia akan merasa 2 kali sakit yah."

"Sakit? Apa maksudmu sayang? Anant sakit apa?" tanya Liana merasakan kekhawatiran.

"Buta wajah ma, gak bisa ngenalin wajah orang. Jadi, dia akan tahu ada aku kalau aku manggil nama dia. Itu cara dia mengidentifikasi orang." Yang seketika membuat 2 keluarga itu terkejut, syok begitu pun Dhafin yang mematung disana. Tak percaya akan fakta itu Dhafin pun pergi dari ruang makan.

Beberapa menit kemudia Dhafin tiba dan mengembalikan ponsel milik Izyla.

"Nih gue balikin. Sorry soal tadi bentakin lo."

"Udah biasa," sindir Izyla.

"Gue udah ngijinin lo sama Anant tapi, dengan satu syarat lo gak boleh ngasih nama asli."

"Lo gak punya hak."

"Izyla," panggil Ryan ikut turun tangan.

"Iya-iya. Sesuai janji, lo gak bakal ngerusuhin gue. Gue juga gak bakal ngasih nama asli gue."

"Sepakat." Sepasang kakak beradik itu pun berjabat tangan.

Emang kenapa sih kalau gue ngasih tau? batin Izyla penasaran.

***

Di sebuah kamar minimalis milik Dhafin, kini dia tengah mengetik sesuatu di layar ponselnya.

Di sebuah kamar minimalis milik Dhafin, kini dia tengah mengetik sesuatu di layar ponselnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Dirasa cukup, ia pun menaruh ponselnya di samping tempat tidur. Karena matanya sudah tersisa 5 watt akhirnya ia terlelap di kasur kesayangannya itu.

Diantara BintangWhere stories live. Discover now