Bab 14 : Pacar baru

69 35 51
                                    

Libur kenaikan kelas telah usai, kali ini hari sibuk akan menghampiri para siswa-siswi. Tugas menumpuk, praktek, uji coba dan lain sebagainya.

"Pa, Anant mau ke sekolah dulu ngurus data," pamit Anant dengan menggunakan kemeja biru langit.

"Iya hati-hati." Tak lupa ia bersalaman dengan papanya sebelum keluar dari rumah mewah itu. Seusai Anant pergi, Leo segera menghubungi seseorang.

"Awasi setiap gerak-gerik Anant. Bila ada yang mencurigakan segera hubungi aku."

"Baik tuan."

***

Sesampai di depan parkiran sekolah, Anant turun yang membuat para gadis yang menjadi adik kelasnya teriak histeris.

"Kak Anant datang guys."

"Mungkin kak Anant datang karena kangen gue."

Izyla dan Dhafin yang juga berada di tempat itu juga terkejut Anant yang sudah lulus sekolah kenapa masih disini?

"Apa jangan-jangan cari gue ya, fin? Karena pas pesta dulu gak ketemu. Terus berniat minta maaf gitu." Khayal Izyla.

"Ngimpi lo." Sambil menjitak jidat Izyla.

Beberapa centi jarak antara sepasang kakak adik itu dengan pangeran es. Berniat diam diri agar disapa Anant tapi, itu semua hanya sebatas khayal. Karena ketika itu, Anant hanya melewati Izyla tanpa meliriknya sama sekali.

***

"Udah sabar ajalah," ucap Naina yang tengah menikmati makanan di kantin.

"Tapi kan kita udah kenal. Masa udah lulus jadi sombong gitu?" gerutu Izyla tak tertahankan.

"Makanya move on. Simpel kan," saran Dhafin yang tiba-tiba sudah duduk di bangku sebelah Izyla bersama seorang gadis cantik yang begitu tampak familiar.

"Itu, gadis di jembatan kan?" tanya Izyla tak percaya.

"Iyalah. Namanya juga jodoh, pasti bertemu. Ya gak sayang?" tanya Dhafin sambil mencium punggung tangan gadis itu yang hanya dibalas ronaan merah di pipinya.

"Kok bisa? Bukannya gak dapet nomernya?" tanya Izyla yang masih penasaran.

"Emang kagak. Tapi gue kan cowok, jadi harus ekstra usaha buat dapetin dia."

"Kalian udah pacaran?" Yang kali ini Naina ikut bicara.

"Udah dong. Waktu nih bocah-" Sambil mengacak-acak rambut Izyla. "diemin gue 3 hari pasca pesta ulang tahunnya."

"Pantes aja. Waktu itu gue ngerasa kalau lo minta maafnya gak terlalu usaha. Ternyata ada yang nemenin tiap harinya," sindir Izyla.

"Diem aja lo." Memasukkan bakwan ukuran jumbo ke dalam mulut Izyla.

"Nama lo siapa? Kelas mana?" tanya Naina dan Izyla serempak

"Jadi senior jangan gitu ih," bela Dhafin kepada gadisnya.

"Senior? Jadi maksud lo, dia adik kelas?"

"Iya kak. Siswa tahun ajaran baru," jawabnya malu-malu.

"What? Lo ngapain dia sampai dia mau sama lo?" Introgasi Izyla dimulai. Hingga ia tahu nama gadis itu-Wina. Kelas X IPA 1.

***

Istirahat selesai, Anant yang baru saja keluar dari perpustakaan mendengar suara Izyla yang tengah bercanda gurau bersama Dhafin dan Naina untuk menuju kelasnya. Segeralah ia menghampiri Izyla sambil menawarkan sebuah coklat kesukaannya. Yang dia pikir setiap cewek suka coklat makanya ia membelinya.

Tanpa sepatah kata pun Izyla melewati Anant dengan hati tak tega. Dia hanya bingung dengan sikap Anant kepadanya. Apakah di depan umum Anant malu mengakui Izyla sebagai temannya? Atau seperti apa? dia sendiri juga bingung.

"Gak usah disesali. Itu pantes buat dia," kata Dhafin.

***

"Izyla sayang, besok temenin gue shopping ya?" rengek Safira yang sudah berada di kamar kecil milik Izyla.

"Yah... gak bisa tuh," jawab Izyla.

"Why baby?" tanya Safira memelas.

"Soalnya tubrukan sama jadwal nganggur gue." Canda Izyla yang langsung mendapat pelukan Safira.

"Udah gue tebak, soalnya si Dhafin kan pasti jalan sama cewek barunya." Yang langsung mendapat anggukan oleh Izyla.

***

Berkeliling dari lantai 1 hingga lantai 11 tidak membuat kaki para gadis remaja itu terasa pegal. Malahan dengan langkah cepat mereka memasuki toko satu ke toko lain dengan membawa beberapa tas belanjaan di kedua tangan mereka.

Brugh

Tanpa sengaja Izyla menabrak seseorang. Tak bisa berkata apa-apa Izyla hanya dapat berjalan mundur ke belakang.

"Lo lagi lo lagi," gerutu gadis itu yang tak lain adalah Siska-mantannya Dhafin.

"Eh jangan gangguin adik gue!" Hadang Safira di depan Izyla.

"Adik lo dari hongkong. Minggir lo playgirl!" Sambil mendorong Safira. Memuncak amarahnya ia pun menjambak rambut gadis itu. Pergulatan dimulai dengan orang-orang yang mencoba melerai mereka berdua.

***

"Parah mantannya si Dhafin," gerutu Safira sambil membenahi rambutnya yang sudah berantakan.

"Nih diminum dulu," ucap Izyla sambil menyodorkan minuman dingin.

"Lo gak papa, guys?" tanya Dhafin setelah ditelfon oleh Izyla karena kepanikannya tadi. Tak sendiri, dia bersama pacar barunya.

"Nama lo siapa?" tanya Safira to the point.

"Wina kak."

"Mending kalau seumpama dateng gara-gara masalah kek gini lo gak usah ikut kesini." Nasehat Safira yang begitu ambigu membuat Wina merunduk karena dia pikir dia tidak disukai disini.

"Aduh jangan nangis Wina, bukan gitu maksud Safira." Tenang Izyla.

"Dia bermaksud baik kok. Jangan nangis ih. Nanti jelek lho." Hibur Dhafin sambil mengusap air mata Wina.


"Maksud gue gini, ini tadi gue habis bergulat sama mantannya Dhafin. Bisa dibilang paling bahaya dari sekian mantannya...auuww." Yang seketika mendapat jitakan Dhafin. "Apaan sih? Faktanya gitu kok," ketus Safira mengungkapkan semuanya. "Gue lanjutin ya. Nah karena dia itu bahaya gue gak mau lonya nanti kenapa-napa. Cukup Izyla aja yang dibencinya jangan lo juga."

"Ucapan lo menusuk oi," protes Izyla.

"Ah intinya gitulah, soalnya kalau lo udah putus, nanti Dhafin gak bakal ngelindungi lo lagi. Tapi, kalau yang diganggu Izyla sampai kapan pun tetap akan dilindungi. Karena dia adiknya," jelas Safira panjang lebar.

"Sepenting itukah kak Izyla bagi kak Dhafin?" lirih Wina.

"Bukan gitu baby. Maksud dia itu cuman gak mau kamu kena masalah. Udah itu doang," jelas Dhafin.

"Intinya gitulah. Gue cabut dulu ya Fin. Yuk Zyl," ajak Safira kepada Izyla untuk meninggalkan Dhafin yang tengah menjelaskan semuanya kepada Wina.

Diantara BintangWhere stories live. Discover now