2 || After begin and mysterious ring

Start from the beginning
                                    

Maura pingsan.

**

Hujan pagi ini cukup deras, suasana dingin yang menusuk sangat pas dengan secangkir teh yang hangat. Sembari menikmati rintik hujan melalui kaca jendela. Dimas menyesap tehnya sambil berdiri di balkon kamarnya sendiri. Mendung pagi ini berwarna putih yang sepertinya hujan akan awet hingga nanti.

"Mas."

Dimas menoleh menatap Asti yang berjalan kearahnya dengan wajah gusar. Dimas mencoba tersenyum menenangkan, sembari menuntun sang istri untuk duduk di pinggir ranjang.

"Bagaimana Maura?"

Asti menunduk. "Sepertinya, waktu nya sudah hampir dekat, Mas."

Dimas mengangkat alis tak paham. "Maksud kamu?"

"Maura, tadi dia berkata jika melihat mata merah di kamar mandi. Dan juga, Maura merasa akhir-akhir ini diikuti seseorang. Sepertinya ucapan iblis itu tidak main-main."

"Dia tidak akan bisa mengambil Maura," ucap Dimas yakin.

"Kenapa kamu begitu yakin?"

"Selama kita masih hidup, aku akan menjamin Maura akan tetap bersama kita. Aku sudah melindungi Maura dengan ilmu yang aku punya, iblis itu mungkin bisa menyentuh Maura namun selamanya ia tak akan bisa membawa Maura pergi atau pun mencelakainya."

Asti mengangguk paham meski masih merasa khawatir. "Tapi, Mas. Jika iblis itu membunuh kita agar bisa mendapatkan Maura bagimana?"

Dimas mendadak diam, apa lagi saat cuaca mendadak cerah begitu saja. Ia menoleh pada Asti, meneguk ludahnya takut. Dimas memeluk istrinya erat, ia yakin iblis itu pasti mendengar semuanya.

**

"Demi apa?? Lo lagi nge halu kayaknya."

Maura menatap teman didepannya kesal. Setelah kejadian tadi pagi Maura langsung pergi keluar rumah guna mengusir takut. Ia memilih nongkrong di cafe bersama Leta yang tengah menyeruput cappucino dengan tatapan tak percaya. Maura baru saja menceritakan apa yang ia alami tadi pada Leta. Namun ia justru mencibir dan tak peduli.

"Ish, beneran tahu, rasanya tuh nyata banget! Gue bahkan masih inget gimana rasanya," ucap Maura menyakinkan.

"Duh, Ra. Lo kayaknya emang mesti cek kejiwaan deh, otak lo udah mulai gak beres," ledek Leta lagi.

Maura berdecak kesal, ia meminum jus stroberi yang tadi di pesan dengan rakus. Meski ucapan Leta sama sekali tak membantu namun Maura senang karena ia tak takut lagi. Setidaknya saat sekarang.

"Eh, lo sejak kapan pake cincin?"

Maura tersentak saat Leta menyentuh tangan kirinya. Ia menunduk menatap kaget pada jari manisnya yang terdapat cincin bertaburkan berlian. Terlihat sederhana namun elegan. Tapi mengapa seperti ada yang aneh?

"Kok mirip cincin nikah, ya?" tanya Leta lagi.

Maura kaget. "Gue aja kagak tahu kenapa ada ni cincin," katanya, "lagian siapa juga yang nikah, kalau mau nih ambil."

Maura menyodorkan tangannya yang langsung di tarik dengan semangat oleh Leta. Gadis itu mengangkat tangan menarik cincin itu keluar. Leta agak berdecak saat merasakan cincin itu susah di lepaskan. Ia bahkan sudah mengerahkan seluruh tenaganya namun seperti ada lem yang terletak di sana. Membuat cincin itu susah terlepas.



Jari Maura sudah memerah, ia meringis saat merasakan tulang jarinya seperti akan terbagi dua saat Leta menariknya dengan penuh tenaga. Maura menarik tangannya lalu mengelus jari manisnya berharap rasa sakit itu hilang. Ia menatap Leta yang tampak keheranan.


"Lo gendutan deh, Ra," ucapnya gamblang.

Maura kesal lalu menepuk kepala Leta pelan. "Kagak elah, ni cincin aja yang kekecilan."

"Jujur deh, Ra! Itu cincin dari siapa?"


Leta masih tetep kekeuh sementara Maura sudah berdecak malas. Ia memasukkan tangannya kedalam saku celana jeans. Dengan bosan meminum minuman diatas meja.


"Kan udah gue bilang, gue kagak tau," jawab Maura.


Leta menyipitkan mata memastikan apakah Maura berbohong atau tidak. Namun gadis didepannya bersikap biasa saja dan terlihat sangat tenang. Sepertinya Maura memang jujur. Namun ia masih merasa janggal. Apalagi saat diam-diam Leta bisa merasakan jika Maura menatap ke arah pintu masuk cafe dengan tatapan takut dan cemas.



Sebenarnya ada apa?







***



Jadi gaes, ini tiga hari sebelum ulang tahun Maura. Dan maafkan aku kalau ada typo atau mungkin bab ini gaje, huhuuuu mengertilah aku masih berusaha untuk bisa menulis cerita fantasi seperti ini.



With love,

Imaginisa<3

Binding destinyWhere stories live. Discover now