43. Titik Terang

2.1K 235 26
                                    

Happy Reading & Enjoy All

Johanna memiringkan kepalanya seolah tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Marcell Nasution mengunjungi apartemennya? Sungguh hal yang terduga. Dan bagaimana Marcell bisa tahu apartemennya, pikir Johanna, mengingat ini rasanya tidak mungkin sekali dia dan Tatiana mengobrol tentang apartemennya.

"Siapa yang ngasih tahu lo tentang apartemen gue?"

"Well, gue nyuruh orang, nunggu sebentar, dan gue udah tahu detailnya." Ujar Marcell dengan nada malas yang memuakkan.

Johanna mendengus. Ingin rasanya dia menendang Marcell detik ini juga setelah melihat gaya Marcell yang terkesan malas-malasan. Belum lagi dengan caranya menjawab pertanyaan Johanna. Jika bukan karena Marcell berhubungan dengan Tatiana, Johanna pasti sudah melakukan apa yang dipikirkannya.

"Lo sendirian? Tumben nggak bareng Tatiana." Johanna mencoba melihat melewati bahu Marcell dan tak melihat siapapun di belakang pria itu.

"Nggak semua hal yang gue lakukan harus dilakukan bareng Tatiana, Jo. Kita menghargai privasi masing-masing." Johanna sudah membuka mulut hendak memprotes apa yang Marcell katakan, tapi Marcell mengangkat telunjuknya untuk menghentikan niat Johanna. "Sebelum lo ngomong lebih lanjut lagi, bisakah gue masuk dulu? Lebih lama di luar bisa berbahaya. Gue nggak mau menciptakan skandal yang akan menghambat pernikahan gue sama Tatiana."

Dengan cuek, Johanna membuka lebar-lebar pintu apartemennya. Kemudian Johanna melenggang masuk, tanpa mempersilakan Marcell masuk. Tanpa rasa tersinggung sedikitpun Marcell masuk lalu menutup pintu dengan tenang.

"Kalo sampe ada skandal, itu jelas bukan salah gue. Lo sendiri yang dateng malem-malem ke apartemen perempuan seorang diri," kata Johanna dengan gaya acuh tak acuh. Kemudian Johanna duduk dan mempersilakan Marcell untuk duduk juga. "Jadi, kenapa? Harus penting, atau gue akan sangat jengkel dengan lo, Marcell."

"Gue merasa Tatiana berbeda."

Johanna mengubah gaya duduknya menjadi menyilangkan kaki karena merasa tertarik dengan topik yang diusung Marcell. "Kenapa lo berfikir seperti itu?"

"Dia berbeda, Jo, nggak seperti Tatiana yang gue kenal."

Johanna tertawa mengejek. "Emangnya seperti apa Tatiana yang lo kenal, Marcell?" Johanna memasang ekspresi lelah. "Lo orang baru, jadi gimana mungkin lo bilang Tatiana yang sekarang berbeda dengan yang dulu."

"Ya, dia berbeda. Cara dia berbicara," Marcell pun baru menyadarinya hari ini. "... cara dia berfikir, sifat dia, dan masih banyak lagi." Marcell tak menutup-nutupi kebingungan yang muncul di wajahnya. "Karena itu gue dateng ke lo, Jo. Gue nggak tahu dia seperti apa, dan nggak ada yang mengenal dia lebih baik dari lo. Gue percaya lo, Jo."

"Gue juga ngerasa dia berubah. Dengan wajah yang sama tapi sifatnya berbeda. Jadi berasa ada dua orang yang sama tapi berebut satu identitas."

"Maksud lo apa?"

"Oh nggak ada. Gue ngelindur." Johanna terkekeh dengan hambar.

Marcell mengerutkan kening dengan tak suka. Johanna selalu seperti ini. Menjengkelkan. Tapi tidak ada orang yang bisa dia mintai bantuan yang berhubungan dengan Tatiana sebaik Johanna. Jadi karenanya Marcell memutuskan harus menahan perasaan pribadinya.

"Sikap dia belakangan sangat manis ke gue. Caranya ngomong ke gue dan caranya bersikap di depan gue. Sangat manis sekali, dan terasa nggak seperti Tatiana yang terkesan dingin dan cuek." Marcell mengenang momen manisnya dengan Tatiana belakangan ini. "Dan kemaren dia mengejutkan gue dengan sikap yang bertolak belakang."

Losing You | #1 Twins SeriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang