21. Semuanya Semakin Berat

5.1K 445 9
                                    

Happy Reading & Enjoy All

Di saat malam menjelang, saat di mana semua orang tertidur, Marcell justru nampak merenung di balkon kamarnya. Angin malam yang berhembus tak membuatnya bergegas masuk dan tidur. Dia benar-benar tak bisa tidur selepas perdebatannya dengan Papanya.

Perkataan Papanya masih terngiang-ngiang. Ya, dia memang tidak mengenal Tatiana dengan baik. Niat membantunya timbul begitu saja hanya karena beberapa hal yang terlihat. Dia benar-benar tidak tahu kalau Tatiana sangat membutuhkan pertolongan itu.

Dan sekarang dia ragu apakah dia bisa menolong perempuan itu atau tidak. Papanya mungkin kejam, tapi pasti ada alasan di balik semua itu. Bobby Aruan tahu semuanya dan dia juga lebih tahu cara melindungi Tatiana.

Dirinya?

Dia tidak tahu apa-apa. Fakta kalau Tatiana kembarpun dia tidak tahu. Benar apa kata Papanya. Bagaimana mungkin dia bisa membantu perempuan itu kalau tidak tahu apa-apa. Dan yang lebih membuatnya takut adalah kemungkinan dia akan menyakiti perempuan itu karena terlalu berharap padanya. Luka masa lalu dan ditambah luka baru yang dibuatnya. Tatiana pasti akan sangat menderita.

Ponsel Marcell berdering dan tertera nama Tatiana. Marcell mengerutkan kening. Kenapa dia menelponku malam-malam?

"Tatiana, ada apa?"

"...."

Mata Marcell langsung berkilat tajam mendengar suara laki-laki yang terdengar.

"Kau siapa?"

"...."

Marcell mendengarkan dengan seksama penjelasan pria di seberang sana. Kilatan tajam yang sebelumnya muncul di matanya digantikan dengan kilatan penuh kekhawatiran.

"Aku akan ke sana segera. Tolong jaga dia untukku, jangan sampai ada orang tak dikenal mendekatinya. Kau mengerti?"

Setelah orang di seberang sana menuruti perkataannya, Marcell segera mematikan panggilan itu. Dia mengambil jaket kulit asal-asalan lalu mengambil kunci mobil yang ada di nakas. Marcell bergegas menuju tempat Tatiana berada.

Klub.

Marcell tak habis pikir kenapa perempuan itu ada di sana, tengah malam pula. Bartender di sana tidak akan sampai menelponnya kalau perempuan itu pergi bersama seseorang. Tapi tidak, dia pergi sendirian dan mabuk.

Dua puluh menit kemudian Marcell sampai di klub yang dimaksud. Klub yang merupakan tempat pertemuan pertama mereka. Marcell melihat perempuan itu tertidur di sofa panjang yang ada di sudut ruangan.

Marcell menggeram tertahan melihat betapa cerobohnya perempuan itu. Posisi tidurnya meringkuk, gaunnya tersingkap lumayan tinggi dan tidak ada yang menutupinya dengan selimut, ponsel di atas meja, dompet di atas meja.

Bagaimana mungkin dia bertingkah seperti di hotel padahal ini klub malam. Apa dia tidak khawatir kalau ada pria tak bertanggung jawab yang justru mengambil keuntungan dari keadaannya ini. Marcell benar-benar tak habis pikir.

"Tatiana..." Marcell berjongkok dan mengusap pipi perempuan itu. Pipinya dingin. Kali ini dia mengguncang bahunya, dan berhasil. Mata Tatiana terbuka.

"Oh..." Tatiana langsung duduk dan mengusap kepalanya yang terasa berdenyut. Dia menggelengkan kepalanya untuk mengumpulkan sedikit kesadarannya.

"Marcell? Kenapa di sini?" tanyanya dengan suara khas orang mabuk.

"Ayo pulang." Marcell langsung menggenggam tangan perempuan itu dan mengajaknya pergi. Tatiana menepisnya.

Losing You | #1 Twins SeriesWo Geschichten leben. Entdecke jetzt