7. Gagal

5.5K 466 5
                                    

Happy Reading & Enjoy All

Marcell memarkirkan mobil mewahnya di pelataran kampus. Dia akan menjalankan rencananya untuk bisa mengetahui identitas si sulung Aruan. Dan cara yang akan dia tempuh adalah dengan memperalat si bungsu Aruan, Alberta.

Sama seperti Cornelia, Alberta juga begitu menggilai Marcell. Hanya saja cara perempuan itu lebih agresif dibandingkan Cornelia yang lebih terkendali. Alberta tidak akan segan-segan mengakui menyukai Marcell di depan umum jika diperlukan, berbeda dengan Cornelia yang lebih memikirkan harga diri.

Jika diambil kesimpulan, maka jelas Alberta akan lebih mudah jika dibujuk oleh Marcell untuk memberitahukan nama si sulung Aruan. Berbeda dengan Cornelia yang sepertinya akan tahu taktik kecil ini.

Mata awas Albertapun seolah memiliki ketajaman yang luar biasa jika itu menyangkut Marcell Nasution. Dia langsung undur diri dari teman yang akan mengajaknya shopping dan bergegas menghampiri Marcell.

"Marcell, kamu di sini?"

Marcell melepaskan kacamatanya dan menatap Alberta sekilas. Dia tidak ingin tersenyum, tapi dia menegaskan hanya sekali ini saja.

Marcell tersenyum manis. "Iya."

"Kenapa?" Tanya Alberta dengan suara penasaran yang kental.

"Aku ingin menjemputmu." Bahkan Marcell mengubah cara berbicaranya yang biasanya ketus menjadi lebih lembut.

Mata Alberta berbinar tak percaya. "Menjemputku? Ka-Kamu serius?"

Marcell menyeringai. Alberta seperti buku terbuka yang menampilkan deretan kata yang ada di dalamnya. Ekspresi bahagia Alberta begitu kentara. Marcell yakin rencananya pasti akan berhasil.

"Iya, aku ingin menebus saat kita berdebat di pesta waktu itu. Aku menyesal sekali, Alberta." Alberta tersipu-sipu. "Tapi sepertinya kamu mau pergi dengan teman-teman kamu," Marcell melirik teman-teman Alberta yang sepertinya masih menunggu.

Senyum Alberta pudar dan perempuan itu menatap teman-temannya itu. Dia memberi kode dengan matanya dan tanpa permisi langsung menggandeng lengan Marcell.

"Ayo pergi,"

"Apa tak masalah?"

Alberta mengangguk cepat dan mantap. "Sangat tidak masalah." Dan tanpa permisi perempuan itu sudah masuk ke dalam mobil mewah Marcell. Marcell tersenyum senang.

***

Mereka makan di restoran mahal dengan private room. Alberta tak henti-hentinya tersenyum. Dia sangat bahagia.

"Apa makanannya enak? Ini restoran favorit aku," Alberta memberitahu walau sebenarnya tak terlalu dianggap penting oleh Marcell.

Pria itu mengangguk-angguk saja sambil melirik jam.

"Aku akan menceritakan ini ke Cornelia, dia pasti akan sangat iri kalau tahu seorang Marcell mengajakku makan siang bersama. Dia juga sangat mengincarmu, Marcell."

Marcell langsung menggeleng tak setuju dengan ide itu. "Kenapa kamu harus memberitahu Cornelia? Aku hanya ingin ini jadi rahasia kita berdua kalau kita makan siang bersama."

"..." Alberta masih belum menangkap maksud Marcell yang tidak mengizinkannya memberitahu Cornelia tentang mereka ini.

"Bukan apa-apa, tapi Cornelia pasti akan melakukan sesuatu agar kita tidak bisa makan bersama lagi. Aku tidak bisa, Alberta. Aku merasa nyaman makan siang bersamamu." Marcell bagaikan menelan pil pahit saat mengatakannya. Pria itu langsung meneguk air putih untuk mengurangi rasa tak enak itu.

Alberta yang sepertinya mengerti langsung mengangguk dengan ekspresi tidak suka. "Iya, pasti Cornelia tidak akan tinggal diam. Dia pasti akan membuat kamu pindah ke dia. Aku tidak akan membiarkan itu terjadi, Marcell." Marcell mengangguk penuh kepuasan. Aksinya menghasut Alberta sepertinya masih berjalan lancar.

Marcell meletakkan sendok dan garpunya ke atas piring. Dia menatap Alberta dengan tatapan serius. Saatnya bertanya dengan selembut mungkin.

"Aku ada masalah, Alberta."

Alberta langsung menatap Marcell bingung. "Masalah apa? Apa terjadi sesuatu?"

Marcell mengangguk pelan. "Aku kehilangan sesuatu."

"Apa itu sangat penting? Kamu terlihat sedih, Marcell." Alberta sudah meletakkan sendok makannya ke meja dan berfokus pada Marcell dengan mimik sedih.

Marcell mengangguk. "Kamu tahu siapa yang mengambilnya? Perempuan yang malam itu berdebat dengan kamu di pesta itu."

Mata Alberta membulat tak percaya. Tatiana sialan! Apa yang dia ambil dari Marcell? Benar-benar membuat malu saja!

"Apa Ta-" Alberta membungkam bibirnya saat dia hampir keceplosan menyembutkan nama Tatiana.

Marcell menaikkan alisnya penasaran dengan apa yang akan Alberta katakan. "Apa yang mau kamu katakan, Alberta?"

Alberta menggeleng cepat. Dia harus mengontrol emosinya, jangan sampai mulutnya keceplosan menyebutkan nama itu.

"Apa dia yang mengambil benda berhargamu?"

Marcell mengangguk dengan mata terus mengamati Alberta yang sekarang lebih mengontrol emosinya.

"Aku akan memberinya pelajaran." Alberta mengucapkan kalimat itu sungguh-sungguh. Pulang dari sini dia akan langsung melabrak perempuan itu.

Marcell menggeleng tak setuju. "Jangan Alberta, aku tidak ingin tanganmu kotor hanya untuk memberinya pelajaran. Tanganmu lebih berharga daripada hanya untuk memberinya pelajaran."

Alberta merasa diterbangkan dengan kalimat Marcell. "Aku hanya akan memarahinya dengan mulutku, tidak dengan tanganku. Aku juga tidak akan sudi menyentuhnya." Ketus Alberta. Dari situ Marcell tahu kalau si sulung Aruan benar-benar tidak akur dengan Alberta.

"Bagaimana kalau aku saja yang memberinya pelajaran? Aku akan memberikan pelajaran yang pantas untuknya sendiri."

"Bagaimana caramu melakukannya?" Alberta nampak antusias jika itu menyangkut memberi pelajaran untuk seorang Tatiana. Dia begitu tidak suka dengan perempuan itu.

"Beritahukan aku namanya." Marcell menyeringai saat mengatakannya.

Alberta sudah ingin membuka mulutnya, lalu dia teringat kata-kata ayahnya yang melarang siapapun memberitahu nama Tatiana ke publik.

"Aku tidak bisa memberitahu namanya," Gumam Alberta penuh penyesalan. Marcell menatap Alberta dengan tak suka.

"Kenapa tidak bisa? Aku akan memberinya pelajaran yang berharga agar dia tidak menjadi pencuri lagi," Marcell mendengus. "Apa kau ingin mempertemukan aku dengannya?"

Alberta menggeleng. Alberta menatap Marcell penuh penyesalan. "Aku tidak bisa membantumu untuk mempertemukan kamu dengan dia atau bahkan memberitahukan namanya padamu. Aku... maksudku kami semua dilarang oleh Papa. Jika Papa tahu aku memberitahu namanya kepadamu, Papa pasti akan marah besar dan menghukumku dengan berat. Aku harap kamu mau mengerti, Marcell. "

"Aku tidak akan memberitahu Papa kamu, Alberta. Apa kamu tidak percaya padaku?" Marcell membujuk. Dia sudah berusaha sampai sini dan dia tidak akan menerima jika pulang dengan tangan kosong.

Alberta berfikir sejenak lalu kembali menggeleng. "Aku benar-benar tidak bisa, Marcell."

"...." Marcell menipiskan bibirnya menahan amarah.

"Aku akan menemui dia dan memberinya pelajaran karena sudah mencuri darimu. Barang yang dicurinya juga akan aku kembalikan padamu lagi. Aku janji. Tapi untuk mempertemukanmu dengan dia atau bahkan memberitahukan namanya, aku benar-benar tidak bisa."

Marcell memejamkan matanya. Dia gagal.

TBC

Semoga suka yaaa, dan maaf updatenya lambat. Tipically aku banget sih hehe. Ditunggu vote dan komennya 😍😍

6 Januari 2018

Losing You | #1 Twins SeriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang