4. Kenapa, Ma?

6.2K 531 6
                                    

Happy Reading & Enjoy All

Gorden itu disingkap dengan kasar. Tatiana menggeliat karena sinar matahari langsung mengenai wajahnya. Dengan kesal dia membuka matanya dan ingin marah. Tapi amarahnya harus ditahan karena yang menyingkap gorden itu adalah Mama tirinya.

"Tutup Ma, aku mau tidur." keluh Tatiana sambil menaikkan selimutnya hingga kepala.

Dengan kasar sang Mama menarik selimut itu hingga mau tak mau Tatiana mendengus kesal. Perempuan itu langsung duduk menyandarkan punggungnya di sandaran ranjang. Dia menatap perempuan yang berstatus Ibu tirinya itu. Perempuan yang menurut Tatiana masih terlihat cantik meski sudah mulai menua.

"Sepertinya Mama sangat merindukan aku sampai menggangguku seperti ini, right?"

"Semalam kamu dari mana dan pulang jam berapa?"

Tatiana menguap terlebih dahulu sebelum menjawab pertanyaan Ellena, Mama tirinya itu. "Aku berpesta Ma, dengan teman-temanku. Dan aku pulang larut malam." Jawab Tatiana cuek.

"Mama tahu kamu senang berpesta, Tatiana, tapi pulang larut malam jelas di larang. Tidak seharusnya kamu pulang larut malam, Tatiana."

"Kenapa tidak boleh, Ma? Aku tidak sendirian di pesta itu, ada Cornelia dan juga Alberta. Jelas aku tidak sendirian." Sorot mata Tatiana tampak mencemooh Mama tirinya itu.

"Kamu dan dua bersaudara berbeda, Tatiana. Kamu tidak boleh pulang larut malam. Itu adalah aturan mutlak yang Papamu buat untuk kamu."

Tatiana memutar bola matanya jengah. "Sampai sekarang aku masih bingung kenapa aku dan dua bersaudara di bedakan. Aku juga anak kalian. Kenapa kalian tidak memberitahukan alasannya agar aku bisa lebih mengerti? Aku akan memberontak jika ditekan terus seperti ini."

Ellena terkekeh pelan. "Papamu sendiri yang akan memberitahukan alasannya. Dan kalau Papamu belum memberitahukan, itu berarti belum waktunya untukmu tahu alasannya. Jadilah putri yang patuh selama di sini, itu adalah pilihan yang bijak, Tatiana."

"..." Tatiana menipiskan bibirnya. Dia menatap punggung Mama tirinya yang hendak menjauh dengan tatapan benci. Lalu punggung itu berbalik lagi. Tatiana mengerutkan keningnya.

"Dan juga, jangan dekati Marcell. Marcell milik Cornelia dan akan selamanya seperti itu. Mama harap kamu juga mengerti untuk yang satu ini."

"...."

"Sudah kuduga Mama menemuiku bukan untuk membangunkanku. Mama tidak mungkin repot-repot melakukannya, kan? Jelas ada maksud tersembunyi dan sekarang aku tahu. Marcell Nasution rupanya."

"...."

Tatiana menyeringai. "Apa yang ini juga peraturan mutlak yang Papa buat untuk aku?"

"Bukan. Ini adalah peraturan yang Mama buat dan Mama harap kamu melakukannya. Jauhi Marcell." Itu peringatan yang mengandung kesinisan.

Tatiana mencoba tersenyum tipis meski sebenarnya dia ingin berkata dengan menyumpah. "Kenapa Ma? Aku pikir Marcell menyukai aku dan aku... yah, aku pikir aku sedikit menyukainya. Jadi kenapa aku harus menjauhinya?"

Ellena menatap Tatiana penuh perhitungan. Wanita itu tidak heran dengan jawaban Tatiana karena memang selama ini Tatiana selalu memberontak.

"Karena Mama menginginkan Marcell menikah dengan Cornelia ataupun Alberta. Segera setelah ini Mama akan menjodohkan mereka. Jadi Mama harap kamu bisa menjauhi dia."

Kening Tatiana berkerut-kerut memikirkan apa rencana yang sebenarnya sedang disusun oleh Mama tirinya itu.

"Bagaimana kalau aku tidak mau?" Tatiana menantang.

"Kamu harus mau, Tatiana. Mama akan carikan laki-laki terbaik selain Marcell untuk kamu. Tapi Marcell memang harus dengan Cornelia atau Alberta, bukan dengan kamu."

Tatiana semakin penasaran saja sekarang. Mamanya begitu keras kepala. Sebenarnya apa yang Mamanya dapatkan dengan menikahkan Cornelia atau Alberta dengan Marcell. Uang? Rasa-rasanya tidak mungkin. Keluarga Aruan punya uang lebih dari cukup untuk menghidupi mereka semua.

"Terserah, lakukan saja apa yang Mama mau dan kita lihat siapa yang akan dipilih Marcell. Jika Mama beruntung mungkin Marcell akan memilih salah satu dari dua bersaudara itu, atau mungkin... Aku." Tatiana menatap Mamanya dengan senyum yang menipu.

Tatiana berdehem sekilas untuk mencairkan suasana yang entah sejak kapan menjadi serius sekali. Dia membenarkan posisinya untuk berbaring lagi dan menarik selimutnya.

"Aku masih mengantuk, Ma, jadi tolong katakan pada Papa kalau aku akan melewatkan sarapan dengannya. Selamat pagi." Tatiana menarik selimut hingga sebatas dada sambil menyeringai.

TBC

Haihaihai... Semoga suka dengan 4 part sekaligus. Pembuka sih jadinya begini wkwk. Semoga suka, jangan lupa vote dan komennya.

Untuk tengah malam ini dicukupkan dulu yaa hehe... kelanjutannya bisa didapatkan setiap hari jum'at dan sabtu. Love you guyysss :)

18 Desember 2017

Losing You | #1 Twins SeriesWhere stories live. Discover now