23. Bukan Aku, Tapi Anak Mama.

4.7K 497 29
                                    

Happy Reading & Enjoy All

"Lo balik aja, biar gue yang ngomong sama Papa."

Marcell menggeleng tak setuju. "Dia tahunya lo pergi sama gue, dan hari ini lo harus balik atau lebih tepatnya masuk bareng gue juga. Jadi dia nggak akan marahin lo lagi."

Tatiana berdecak kesal karena Marcell kembali ke mode keras kepala. Dengan menghentakkan kakinya, Tatiana ikut masuk ke dalam rumah.

Begitu masuk, Tatiana mendapati Papanya sedang duduk di kursi keluarga sambil membaca koran. Ini hari minggu, wajar Papanya tidak berangkat ke kantor. Tak lama kemudian Mama tirinya datang dengan piring berisi potongan buah.

"Selamat pagi, Om. Maaf baru memulangkan Tatiana pagi ini."

Bobby Aruan melipat korannya dan meletakkannya dengan sembarangan. "Aku pikir kau akan menculik putriku, Marcell."

Marcell diam, Tatiana ingin menyanggah tapi Papanya menyuruhnya pergi.

"Masuk kamar, Tatiana, biar ini jadi urusan kami."

Tatiana menatap Papanya dan Marcell bergantian. Marcell menganggukkan kepalanya untuk meyakinkan. Tatiana akhirnya mengangguk dan masuk ke kamar.

Jujur saja Tatiana masih merasa lelah. Kepalanya sedikit pusing. Dia butuh istirahat. Tapi meskipun begitu, dia tetap tak tenang. Dia takut Marcell akan mendapatkan kemarahan Papanya. Marcell sudah begitu baik padanya.

"You did well. Taliana bangga sama lo."

Benar, kah Taliana bangga padaku?

Pertanyaan itu terus berkecamuk di otaknya. Tidak pernah ada yang mengatakan kalimat yang sangat menenangkan seperti itu. Semua orang menekannya... tidak ada yang peduli pada perasaannya.

Tatiana mengeratkan pelukannya pada guling. Dia teringat Taliana. Kembarannya yang begitu manis saat tersenyum. Tatiana, Taliana, dan Ibunya. Tatiana dan Taliana sangat bahagia saat mereka bersama ibunya. Lalu semuanya hancur saat ibunya meninggal dan mau tak mau mereka harus diasuh oleh Papanya yang sangat sibuk bekerja. Mereka diculik, disiksa, lalu Taliana meninggal. Hidupnya mulai berantakan sejak saat itu.

Pintu kamarnya dibuka, Tatiana langsung menengok ke arah pintu. Oh shit! Batin Tatiana saat melihat Cornelia masuk dengan ekspresi garangnya. Moodnya sedang jelek sekali.

"Gue males ngurusin lo, keluar sana." Ketus Tatiana tanpa mau menatap Cornelia. Dia mengeratkan pelukannya ke guling dan mencoba memejamkan matanya.

"Lo semalem tidur di mana? Marcell bilang lo nginep di rumah Mamanya."

Tatiana membuka matanya dan berfikir sejenak. Marcell tidak mengatakan kalau dia menginap di apartemen pria itu?

"Iya." Hanya itu yang keluar dari mulut Tatiana.

"Terjadi sesuatu, kan di antara kalian berdua?"

Tatiana memejamkan matanya sebentar lalu membukanya lagi. Dia menghela nafas malas. "Kok lo penasaran banget sih? bukan Cornelia banget sampe repot-repot ngurusin masalah gue." Tatiana duduk di pinggir ranjang.

"Semua yang berhubungan dengan Marcell akan jadi urusan gue... dan lo udah kelewatan batas!" Hardik Cornelia.

Tatiana memutar matanya malas. "Memangnya lo siapanya Marcell sih? Saudaranya? Pacarnya? Calon istrinya?" Cornelia menipiskan bibirnya mendengar perkataan Tatiana. "Bahkan sama Marcell pun lo nggak diakui sebagai temennya. Nggak usah sok deh, Cornelia sayang."

"Lo ngapain aja sama Marcell, hah? Pasti terjadi sesuatu!"

"Bukan urusan lo, keluar sana."

"Nggak akan sebelum lo jawab gue..." Cornelia menatap Tatiana dengan amarah yang sudah di ubun-ubun. "Terjadi sesuatu, kan?!" tegasnya lagi.

Tatiana lelah dan dia harus membungkam mulut Cornelia yang terus saja menuduhnya.

"Iya, gue sama Marcell tidur bareng, puas lo!!"

Cornelia kehilangan kendali, wajahnya memerah, dan dia mendekat ke arah Tatiana. Saat sudah dekat, Cornelia langsung melayangkan tamparan keras yang membuat Pipi Tatiana berdenyut-denyut.

"Lo bener-bener!!" Tatiana akan membalas, tapi posisinya tidak menguntungkan. Cornelia mendorong Tatiana untuk berbaring ke ranjang dengan kaki tetap menjuntai. Cornelia menjambak rambut Tatiana dengan kuat.

Tatiana tidak mau kalah. Pipinya sakit dan kepalanya semakin sakit karena jambakan. Dia akan membalas. Tatiana mencari celah dan dia mendapatkannya. Kakinya dia gerak-gerakkan supaya mendapatkan posisi yang pas. Setelah mendapatkannya, Tatiana menendang perut Cornelia hingga perempuan itu terjengkang.

"Dasar perempuan sialan!!" Umpat Cornelia dengan keras.

Tatiana langsung bangun dan mengusap kepalanya yang terasa sangat sakit. Dia melihat Cornelia yang masih terduduk di tempatnya mendarat karena tendangannya dengan tangan meringis memegangi perut.

"Lo yang sialan! Lo pikir lo itu siapa, hah?!" Tatiana ikut mengumpat dengan suara yang keras.

Tatiana mendekat ke tempat Cornelia. Tanpa perasaan dia menarik lengan Cornelia dan menyeretnya agar keluar dari kamarnya. Tatiana menghempaskan Cornelia begitu saja di depan pintu. 

Bobby Aruan, Ellena Aruan, dan Marcell Nasution menyaksikan saat Tatiana tanpa perasaan menghempaskan Cornelia seperti menghempaskan karung goni yang tak berguna.

Ellena Aruan langsung memeluk anaknya yang diperlakukan dengan kasar oleh Tatiana. Dia menatap Tatiana dengan tajam. Tatiana yang sudah biasa tak gentar sedikitpun.

Dengan nada sombongnya dia berkata, "Lo tanya gue siapa? Gue anak kandung Bobby Aruan! Gue anak kandungnya dan lo itu cuma anak tiri yang sok-sok an!!"

"Lo tuh bukan siapa-siapa di sini! Lo tuh cuma numpang di sini karena Mama lo yang sangat beruntung bisa menikah sama Papa gue!"

Perkataan yang sangat benar itu merupakan pukulan telak bagi Cornelia.  Dia memang anak tiri. Sebuah status yang tak akan pernah berubah sampai dia mati sekalipun.

"Jaga ucapan kamu, Tatiana. Kamu benar-benar liar!" Ellena memarahi Tatiana dengan suaranya yang meninggi. Dia tidak terima anaknya dipermalukan seperti ini.

Tatiana tertawa meremehkan. "Aku liar? Anak yang Mama bangga-banggakan itu lebih liar!" Ellena menipiskan bibirnya. Dia tak suka dengan sikap Tatiana itu.

"Seharusnya Mama mendidik Cornelia dengan baik. Apa Mama tidak mengajarkan dia sopan santun? Selain karena aku anak kandung Bobby Aruan, aku juga putri yang tertua di rumah ini!"

"Jadi begini kelakuan anak tertua di rumah ini? Menyiksa saudaranya sendiri seperti ini? Dia memang hanya saudara tiri, tapi dia tetap adik kamu, Tatiana."

Tatiana mengekspresikan ketidaksukaannya dengan kekehan mengejek. "Adik kata Mama? Apa yang Cornelia lakukan padaku tadi, bahkan selama ini, mencerminkan sikap seorang adik yang menghormati kakaknya?"

Ellena bungkam karena tersudut setelah membela anak kesayangannya itu.

"Sebelum Mama mengatai aku liar dan begitu kejam dengan adik tiri aku, Mama tanya dulu ke anak kesayangan Mama itu. Setelah itu aku yakin Mama akan mengerti arti liar dan kejam yang sesungguhnya. Bukan aku, tapi anak Mama."

TBC

Ciyee Tatiana mulai berani nih... Kayaknya sih dia mulai lelah jadi yang tertindas mulu wkwk

See you besok, jangan lupa vote dan komennya *^O^*

9 Maret 2018

Losing You | #1 Twins SeriesWhere stories live. Discover now