27. Secepatnya

4.2K 414 7
                                    

Happy Reading & Enjoy All

Malam harinya Tatiana memutuskan untuk datang ke apartemen Marcell. Perempuan itu menekan bel sebanyak tiga kali. Lalu ketika pintu terbuka, Tatiana melihat seorang laki-laki dan perempuan di ambang pintu. Ya, laki-laki itu adalah Marcell, tapi Tatiana tak mengenali perempuan yang ada beberapa centi di belakangnya.

"Umm sorry, lo sibuk ya? Gue pergi aja deh," Tatiana ingin bergegas pergi, tapi Marcell menahan lengannya.

"Jangan." Pria itu mengalihkan tatapannya ke perempuan yang ada di belakangnya beberapa centi. "Kamu boleh pulang."

Kamu?

Tatiana mengerut tak suka. Betapa sopannya Marcell sampai memanggil perempuan itu dengan sebutan kamu.

"Jangan lupa untuk mengirimkan soft copy-nya nanti malam. Saya tunggu."

Perempuan itu mengangguk. Beberapa detik kemudian dia menunduk sopan dan pergi.

"Siapa?" tanya Tatiana dengan tak sabaran.

"Dia sekretaris gue." Tatiana hanya ber-oh-ria mendengar jawaban Marcell. Marcell membawa Tatiana untuk masuk dan mendudukkannya di kursi tinggi di kitchen island. "Kenapa? Lo pikir dia pacar gue? Cemburu Nona Aruan?"

Tatiana mendengus mendengar perkataan Marcell yang terdengar sangat percaya diri.

"Ngapain juga gue cemburu, nggak penting banget sih."

"Yakin? Ekspresi lo mengatakan seperti itu pas liat perempuan itu ada di belakang gue sebelum lo tahu identitasnya."

"Mata lo udah nggak normal kali."

Dan Marcell tergelak mendengar jawaban Tatiana yang ketus itu. "Mau minum minuman beralkohol atau mniuman bersoda?"

"Bersoda aja, gue bawa mobil."

"Okay," Marcell meletakkan minuman bersoda milik Tatiana ke atas meja sementara dia membuka minuman bersoda miliknya dan meneguknya langsung. "Jadi, kenapa lo ke sini? Malem-malem dan tanpa pemberitahuan pula?"

Tatiana meminum seteguk lalu menatap Marcell dengan mantap. "Tolong gue."

"Gue memang akan menolong lo,"

"Secepatnya." Tatiana menegaskan dan mata Marcell terkekeh geli.

"Kenapa harus cepet-cepet? Lebih baik pelan-pelan dan hasilnya memuaskan, Tatiana."

"Gue butuh yang cepet tapi hasilnya tetap memuaskan. Lo bisa, kan?"

Mendengar jawaban Tatiana yang diliputi kegusaran itu, Marcell tahu ada yang salah. "Terjadi sesuatu?" Selidik Marcell.

Tatiana mengangguk tanpa ragu. Tak ada keinginan untuk menutupinya sedikitpun. "Gue bakal balik ke Kanada."

Tubuh Marcell tampak menegang. Perasaan tak rela menyusup ke dalam hatinya. "Kapan?"

"Kata Papa secepatnya, dan gue yakin kalo itu memang akan secepatnya."

"Kenapa?"

Tatiana terkekeh melihat ekspresi wajah Marcell yang terlihat tak suka. "Kenapa Marcell? Lo keliatan nggak suka banget gue balik ke Kanada? Lo cinta ya sama gue?"

Marcell langsung berdehem dan memperbaiki ekspresi wajahnya. "Kalo lo nggak mau ngasih tahu ya udah. Gue juga nggak butuh banget jawaban lo. Gue bertanya atas dasar kesopanan aja."

Tatiana terkekeh melihat Marcell yang sekarang sudah memperbaiki ekspresi wajahnya dan sekarang sedang dalam mode gengsi tingkat tinggi.

"Gue balik ke Kanada karena Papa gue yang menyuruh. Gue nggak terlalu kaget karena memang hidup gue seperti ini."

Marcell berdecih mendengar jawaban Tatiana yang sangat tak masuk akal menurutnya. "Lo sayang banget ya sama Bobby Aruan sampe mau nurutin apa kata dia?"

Tatiana berfikir sejenak. Dalam otaknya Tatiana menegaskan sangat membenci Papanya, tapi hatinya berkata lain. Dia menyayangi Papanya. Tatiana tersenyum kecut saat menyadarinya.

"Well, gue menuruti apa katanya karena dia bilang ini buat kebaikan gue."

"Dan apa selama ini lo baik-baik saja dengan menuruti apa kata dia?"

Tatiana membisu. Tidak ada yang baik-baik saja. Dia menderita. Dia depresi.

"Gue tahu lo nggak baik-baik aja, Tatiana. Lo pergi dan kembali atas dasar perintah Papa lo, tapi ini hidup lo. Lo berhak memilih apapun yang menurut lo baik dan yang pastinya membahagiakan diri lo sendiri. Tapi lo memilih pasrah di bawah kekuasaan Papa lo."

"Karena itu gue dateng meminta bantuan lo, Marcell. Lo bilang bakal membantu gue dan gue berharap banget sama lo. Gue mau berubah."

Tubuh Marcell langsung menegang mendengar perkataan Tatiana. Tatiana berharap padanya dan itu seperti prediksi Papanya. Lalu, mampukah dia memenuhi harapan itu? Atau dia akan membuat Tatiana semakin terluka?

"Lo tahu, gue udah menolak suruhan dia, tapi gue nggak tahu apa itu berhasil atau nggak. Semua keputusan tetap ada di tangan Papa gue. Terlepas gue pergi atau nggak, it's fine. Yang jelas gue mau berubah."

Marcell melihat kesungguhan di mata perempuan itu.

"Kalau gue nggak pergi, itu berarti gue berhasil membuat Papa lebih menghargai keputusan gue. Gue akan tetap di sini dan belajar untuk memperbaiki diri lagi. Tapi kalo gue pergi, nggak masalah. Setidaknya gue bukan Tatiana yang dulu lagi. Gue udah berubah. Dan itu berkat lo, Marcell Nasution."

Marcell menelan ludahnya. Sudah kepalang tanggung. Tatiana juga sudah memercayainya dan sudah kewajibannya untuk memenhui harapan perempuan itu.

"Okay."

"Okay?" Tatiana masih tak percaya dengan pendengaran. Marcell mengangguk. "Secepatnya?" Tanya Tatiana lagi dengan ekspresi kegirangan.

"As your wish, Tatiana."

TBC

25 Maret 2018

Losing You | #1 Twins SeriesWhere stories live. Discover now