Part 5 : Gorgonize?

15 2 0
                                    

"Ayah, Bunda, Rania berangkat ya." Ucap nya sembari menghampiri sang bunda yang tengah memasak sarapan paginya.

"Sarapan dulu Ran!" Perintah Bunda.

"Rania udah telat bun." Balas Rania.

"Nanti ayah yang nganter kamu, sekarang sarapan dulu!" Ucap ayah Rania.

"Gak usah yah, Rania berangkat sendiri aja." Rania langsung mencium punggung tangan kedua orang tua nya itu.

"Hati hati Rania!" Tambah sang ayah.

Rania berjalan dengan kecepatan di atas orang berjalan pada umumnya. Langkahnya sangat cepat hingga ia terlihat seperti orang yang sedang setengah berlari.

Jam tangan nya menunjukan pukul enam empat lima. Artinya jika sampai ke sekolah pun ia akan sampai saat bel dibunyikan. Ia harus cepat agar tidak terlambat. Bagaimana mungkin di hari keduanya sekolah sudah terlambat. Ia tak bisa mencoret nama baiknya, bagaimanapun tidak boleh ada hal buruk yang terjadi.

Seperti biasa, Rania menaiki angkutan umum semacam kopaja di halte dekat gerbang perumahan nya.
Tak lama angkutan yang di tunggu Rania tiba, ia sesegera mungkin naik tanpa memperdulikan angkutan itu penuh sesak. Yang ada di benaknya hanya tiba di sekolah tepat waktu.

Jika di fikir fikir, semalam Rania tidak bisa tidur karena memikirkan Ryan. 'Bagaimana manusia bisa hidup dengan sifat dingin seperti itu?' ' Apakah ada yang mau berteman dengan nya?' ' Apa keluarganya tahan dengan sifat aneh nya itu?' 'Bertemu sehari saja membuat Rania muak, apalagi harus satu sekolah dan bertemu setiap hari dengan nya? Mungkin bisa menjadi hari hari terburuk dalam hidup ini!'
Itulah yang ada di benak Rania semalaman karena memikirkan manusia bernama Ryan. Bahkan Rania ragu menyebutnya manusia.

Angkutan umum yang di tumpangi Rania melaju secepat kilat. Rania lumayan bernafas lega, karena ia masih punya waktu sebelum bel berbunyi.

"Ah kok lampu merah sih!" Gerutu Rania saat lampu lalu lintas berubah merah.

Rania spontan melihat ke arah jalan lewat jendela di sebelah nya.

Nampak mobil sport mewah yang berhenti di sebelah nya dengan jendela yang seperti nya sengaja di buka.
Didalam nya terlihat ada seorang laki laki yang menggunakan kaca mata hitam. Tunggu sebentar, dari seragamnya sepertinya Rania tau. Dia salah satu siswa Nusa Harapan.

Rania tak lagi menghiraukan nya, dan berharap ia tidak bertemu cowo cowo sok kaya yang menyebalkan seperti di film film dan drama yang ia tonton.

Setelah tiga puluh menit Rania sampai di gerbang sekolahnya.
Tepat selangkah setelah ia memasuki sekolah bel pun berbunyi.
"Huft! Selamat gue." Ucap Rania dan melanjutkan langkah nya.

Langkah Rania seketika berhenti karena melihat segerombolan cewek cewek yang berlari ke arahnya.
"What the-?!" Gerombolan itu berlari melewati Rania yang terdiam di tempat.

Salah satu dari mereka menabrak Rania dan membuat Rania jatuh tersungkur ke tanah.
"Aww!" Rania berusaha bangkit dan membersihkan lututnya.

"Ran lo gak apa apa?" Mayra muncul dan langsung membantu Rania berdiri.

"Gak apa apa kok May." Jawab Rania.

"Aduh lutut lo luka, ke uks dulu yu!" Ajak Mayra.

Rania mengiya kan dan berjalan dengan bantuan Mayra.
Rania langsung membersihkan lukanya setelah sampai di uks yang tak jauh dari tempatnya terjatuh tadi.

"Cewek cewek tadi ngapain sih May?" Tanya Rania.

Mayra yang sedang meletakkan obat obatan langsung menghampiri Rania.
"Itu Gorgonize datang, makanya jadi pada heboh kaya tadi." Jawab Mayra.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Nov 02, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

T I M E L E S S : Never EndWhere stories live. Discover now