Part 4 : Gea Vs Dava

14 2 0
                                    

"Makam? Maksud lo kuburan?" Ryan terkejut mendengar jawaban cewe aneh di sebelahnya.

"Iya emang kenapa?" Jawabnya.

'Ni cewe beneran aneh' batin Ryan.

"Ya lo mau ngapain ?! Mau gali kuburan lo sendiri?" Balas Ryan.

"Udah ikut aja gak usah banyak cing cong, kan lo yang mau nganter gue." Cewe itu hanya berlalu meninggalkan Ryan tepat di depan gerbang pemakaman.
Entah apa yang difikiran cewe aneh yang berjalan di hadapannya sekarang.

'Ni anak beneran gila, gak kapok apa abis di jegat preman mesum. Sekarang? Masuk ke pemakaman?' Ryan bergulat dengan batin nya, mungkin ia harus berpositif thingking sekarang. Biarlah, apapun yang di lakukan cewe aneh itu juga bukan urusannya.

Sesaat kemudian Ryan baru menyadari apa yang terjadi dengan diri nya.
Sedang apa dia disini? Siapa cewe aneh ini? Dan mengapa dia harus peduli?!.
Selagi Ryan berkutat dengan fikirannya, cewe itu sudah berjalan jauh di depan nya.

Dengan spontan Ryan mengikuti cewe itu, menyusuri satu demi satu makam didepannya. Hingga ia berhenti di depan sebuah makam mengikuti cewe di depannya yang juga berhenti.

Batu nisan makam itu bertuliskan sebuah nama.

Tania Daviandra Wirawan.

Ryan memperhatikan dengan seksama batu nisan itu. Tahun lahir nya sama dengan Ryan, artinya mereka harusnya seumuran. Namun tahun kematiannya juga sama, hanya berbeda beberapa bulan saja.
'Artinya ia meninggal beberapa bulan setelah dilahirkan' batin Ryan.

Cewe aneh itu masih berdoa di makam yang ada di hadapannya.
Sepertinya ia sangat menyayangi pemilik makam ini.

"Hai Tania, aku kagen banget sama Tania. Tania bahagia ya disana, mulai sekarang aku akan sering kesini. Aku akan sering sering dateng. Bunda juga kagen sama Tania, ayah juga. Nanti aku bakal kesini lagi bareng sama ayah bunda."

Ryan hanya berdiri melihat cewe di hadapanya.
"Oh iya, makasih udah nganterin gue." Ryan tak tau harus bicara apa lagi bahkan ia tak mengharapkan ucapan terima kasih dari cewe ini.

"Nama gue Rania, nama lo siapa?" Tanya nya.

"Ryan." Jawab Ryan singkat.

"Ini makam adik gue, dia meninggal beberapa bulan setelah gue dan dia lahir. Nama nya Tania." Rania menceritakan sedikit tentang Tania kepada Ryan.

Ryan hanya mengangguk, tak berniat membalas cerita Rania barusan.
"Sekarang lo bisa pulang, gue mau di sini sebentar lagi." Ucap Rania.

Ryan segera berbalik meninggalkan Rania tanpa bicara apapun. Lagi pula cewe ini pasti bisa memilih jalan kali ini. Semoga saja.

________

"OPPAAAAA, Gea pinjem flashdisk dong!" Seorang gadis membuka pintu kamar Ryan tiba tiba. Membuat sang empunya kamar sedikit terkejut.

"Ketok dulu Gea." Balas Ryan tanpa mengalihkan pandangan dari buku komiknya.

Gadis bernama Gea itu langsung menutup pintu kemudian mengetok nya dengan keras.
"OPPA, GEA MINJEM FLASHDISK!" Gea malah berteriak saat membuka pintu kamar Ryan, dan membuat Ryan mendelekan matanya.

Gisella Park, adik kandung semata wayang Ryan. Gadis berusia 15 tahun yang kini duduk di bangku sekolah menengah pertama.
Gea tidak berbeda jauh dengan Dava, bila di sejajar kan mereka berdua sama. Sama sama MENYEBALKAN, menurut Ryan. Dan kata kata itu sudah di garis bawahi di dalam kamus Ryan. Untuk apa lagi selain salah satu dari ribuan hal yang harus Ryan jauhi. Namun nyatanya, mereka malah menjadi orang terdekat di hidup Ryan saat ini.

Kaka beradik ini memang sangat bertolak belakang, Sifat Ryan yang kalem dan cuek ternyata tidak menurun kepada Gea. Gea malah lebih aktif dan sangat ceria.

Lagi lagi dengan malas Ryan memberikan flashdisk yang di minta Gea, dari pada gendang telinga nya harus pecah karna terus menerus mendengar teriakan Gea.

"Oh iya oppa, Gea minta tolong dong" Ucap Gea.

Ryan hanya menatapnya sinis, apa lagi yang gadis ini ingin kan' batin Ryan sambil memutar kedua bola matanya malas.

"Apa" Jawab Ryan tak kalah ketus.

"Besok anter Gea ke Mall dong" Pinta Gea sambil mengeluarkan jurus Puppy eyes nya.

"Gak" Jawab Ryan singkat dan memalingkan wajahnya.

"Oppa" Gea sembari mengguncang tubuh Ryan.

"Apasih Gea, kamu udah gede. Bisa kan kemana mana sendiri" Ucap Ryan.

"Oppa, sekali aja ya"

"Males Gea"

"Nanti Gea traktir deh"

"Gak"

"Iiihh nyebelin"

Akhirnya setelah kemauan nya tidak di ikuti oleh Ryan, Gea pun pergi dengan wajah kesal san cemberut.

Ting

Suara notifikasi muncul dari ponsel Ryan.

Message : Dava

Ryan besok gue pinjem buku matematika dong. Boleh yaa??? Bole la bole la.

Dasar Dava, masalah nyontek aja cepet.

Messenge : Dava

Besok gue traktir deh... Please bole ya ma bro🤒

Terbukti bahwa Dava dan Gea memang mirip. Sama-sama pemaksa dengan imbalan traktiran, tidak habis pikir Ryan dengan kedua orang ini.
Jangan-jangan mereka jodoh????

BIG NO

Jika itu terjadi Ryan tidak akan tenang seumur hidup nya.

Setelah membalas pesan Dava, Ryan mematikan lampu kamar nya dan bersiap untuk tidur. Namun ada sesosok bayangan yang muncul di fikiran nya. Gadis gila yang tadi siang membuat wajah Ryan sedikit memar, untung saja Ryan bisa menyembunyikan nya dari sang Mama. Entah apa yang menyebabkan gadis itu muncul di fikiran Ryan, yang jelas Ryan harus segera melupakan nya dan berdoa agar tidak di pertemukan lagi dengan nya.

________

"Tidak semudah itu Ryan WHAHAHAHAHA" Said Author:v

#keepvoteandcomment^-^

T I M E L E S S : Never EndWhere stories live. Discover now