Part 1 : Saranghae Oppa

36 7 0
                                    

"Untuk, Ryan oppa."

Ryan menghembuskan nafas berat, saat mengambil sebuah box berbentuk hati yang ada di atas mejanya.
Seketika ia melihat kesekeliling, hingga tatapan berhenti di salah satu jendela kelasnya. Ada dua orang siswi yang sedari tadi memperhatikan nya, yang satu rambutnya di ikat ala kuncir kuda, dan yang satu nya lagi di gerai.

Kedua siswi itu tersenyum saat Ryan mengarahkan pandangan ke arah mereka.
Ryan memperhatikan bibir siswi yang rambutnya di gerai, gerakan tangan nya membentuk seperti telfon kemudian dia menggerakkan nya ke arah telinga. Ryan tau persis artinya, "Call me." Ucap gadis berambut di gerai tanpa bersuara.

Ryan hanya mengabaikan nya, kemudian duduk di kursinya. Saat kedua siswi tadi pergi, Ryan langsung melihat ke arah kolong mejanya sambil memiringkan tubuhnya.
Ah, disana penuh dengan batangan coklat, surat surat yang di hias, juga kado kado seperti yang ada di atas meja nya tadi.
Ryan memutar bola matanya, bingung. Harus ia apakan kadonya kali ini. Tak ada tempat tersisa di kolong mejanya.

"Sini sini, repot amat lo. Buat gue aja, lumayan. Dari pada lo buang, mending berikan kepada jomblo yang membutuhkan kan belaian ini bang!"

Ryan memutar bola matanya malas. Lelaki yang bicara padanya itu bernama Dava, teman Ryan satu-satu nya. Terkadang Ryan pun malas menganggap Dava sebagai teman nya karna sifatnya menyebalkan, sangat menyebalkan menurutnya.

Ryan menyodorkan box di tangan nya kepada Dava, kemudian melipat kedua tangan nya dan bersandar di kursinya.

"Gak sekalian yang di kolong pak bos? Hehehe." Dava menyengir kuda, menunjuk ke kolong meja teman nya itu.

"Serah lo!, kalo lo diabetes jangan mohon mohon sama gue buat bayar pengobatan lo." Balas Ryan.

Dava bergidik ngeri, 'lelaki satu ini sangat kejam' batin Dava.

"Iye dah iye, tapi sayang tuh coklat terbengkalai tak bertuan di kolong meja lo. Gue jualin aja deh." Dava sok bernegosiasi. Padahal tak perlu Dava meminta pun ujung ujungnya pasti akan Ryan berikan juga.

Ryan bahkan sudah bosan, setiap hari ada saja benda benda manis di atas atau di kolong mejanya.
Kadang ia hanya melihat nya sekilas lalu memasukannya ke dalam kolong mejanya, terkadang juga ada yang ia lihat ataupun sentuh sama sekali.

Ryan Park, laki-laki yang akan genap berusia tujuh belas tahun di tahun ini. Tinggi badan 177 cm, berparas tampan dan rupawan yang tak bisa di jelaskan dengan kata kata. Hanya satu kata yang dapat menjelaskan tentang Ryan. Sempurna.
Memiliki otak brilian dari dia kecil membuat nya selalu peringkat pertama di kelasnya, di angkatannya, bahkan di sekolah nya. Tak ayal Ryan selalu di gandrungi banyak gadis gadis cantik di sekitar nya.

Ia mendapatkan wajah sempurna itu berkat dari ayah dan ibu nya tentu saja.
Ayah Ryan berkebangsaan Korea Selatan, dan ibunya asli Indonesia.
Itu lah mengapa terkadang banyak gadis yang memanggilnya dengan sebutan oppa dalam bahasa Korea.
Ia sangat risih dengan panggilan itu, karna selama ini tak ada yang memanggilnya demikian kecuali adik perempuan nya.
Wajah khas Korea nya menjadi daya tarik tersendiri baginya, hingga terkadang tak ada yang menyadari bahwa ia lahir di Indonesia, dan memiliki orang tua dari Indonesia, yap, sang ibunda.

Sikap nya yang sangat dingin, lebih membuat penasaran gadis gadis di sekitar nya, mungkin mereka mengahayal jika bersama Ryan hidup mereka akan seperti drama drama di televisi Korea yang sedang buming saat ini. Untung saja Ryan manusia tulen, bukan Siluman, atau malaikat maut.

"Nih, ambil." Balas Ryan dan mengeluarkan seluruh isi yang ada di kolong mejanya.
Dava buru buru mengambil tasnya dan memasukan coklat dan kado kado itu ke dalam tas nya seperti memasukan emas batangan yang berharga.

T I M E L E S S : Never EndWhere stories live. Discover now