Part 3 : Nusa Harapan

14 3 0
                                    

Ryan berjalan menyusuri kawasan perumahan tempatnya tinggalnya.
Cara jalannya yang bak model di run away, menarik perhatian setiap pasang mata yang bepapasan dengan nya.

Entah bagaimana, dia memang sudah terlahir sempurna. Terlalu sempurna.

Jam masih menunjukan setengah tujuh pagi. Bel masuk sekolah dibunyikan pada pukul tujuh lewat lima belas. Artinya ia masih punya waktu sekitar empat puluh lima menit.

Biasanya kalau ia tidak berangkat bersama Dava, Ryan memilih naik ojek online. Ia lebih merasa nyaman naik ojek online di banding dengan angkutan umum yang harus berdesak-berdesakan.
Dan hari ini pun Ryan memilih naik ojek online. Saat sampai di depan gerbang Ryan langsung melihat mas mas yang mengenakan jaket berwarna hijau, yup like we all know.

"Mas Riyan ya?" Tanya driver ojol yang sedang memarkirkan motornya di depan pos satpam.

"Ryan." Koreksi Ryan singkat dengan wajah datarnya.

"Oh iya iya mas, silahkan." Driver ojol tersebut mempersilahkan Ryan naik ke motornya dan memberikan sebuah helm.

"Si mas nya orang mana ya mas? Kok ganteng banget gitu loh." Tanya driver ojol saat mereka sedang dalam perjalanan menuju sekolah Ryan.

"Asli Indonesia, pak!" Jawab Ryan, tak berniat memperpanjang percakapan nya dengan si driver ojol.

"Oh gitu mas, pasti darah blasteran ya mas?."

"Iya." Jawabnya singkat.

Ryan sudah terbiasa dengan pertanyaan pertanyaan seperti itu, dan ia pun sudah muak menjawabnya berulang ulang, namun orang orang terus menanyakan hal serupa. Yasudah lah, setidaknya driver ini tidak menanyakan banyak hal seperti kebanyakan driver lainnya yang ia pesan. Bahkan pernah ada yang berniat menjodohkan Ryan dengan salah satu anak nya. Namun Ryan tak pernah menanggapinya, seperti biasa.

Tak lama, mereka sampai di sekolah Ryan. Plang yang lumayan besar bertuliskan 'SMA Nusa Harapan' menyambut semua murid yang datang.

Setelah membayar ojeknya, Ryan langsung masuk ke dalam. Lagi lagi saat ia berjalan pun banyak yang mengagumi nya, ada yang hanya memperhatikan, membicarakan, bahkan menirukan nya.

Entah apa yang salah dengan cara jalannya. Padahal ia bejalan layak nya orang normal pada umumnya, hanya saja salah satu tangannya selalu ia masukan ke saku, dan satunya lagi memegang tas yang hanya ia pakai sebelahnya saja. Sisanya biasa saja. Menurutnya.

"Anyongpaseo Mr. Ryan!" Ucap Dava yang tiba tiba muncul dari belakangnya dengan bahasa Korea yang asal asalan.

"Gue gak jual tissue!" Balas Ryan.

"Siapa yang nawarin lo tissue?." Dava melihat ke arah Ryan yang masih dengan wajah datarnya.

Ryan tetap berjalan tanpa memperdulikan Dava.
Dava hanya berjalan di belakang Ryan sembari menebar senyum jahil ke arah setiap siswi yang di lewatinya.

Penggemar Dava cukup banyak di sekolahnya. Bahkan sebelum Ryan datang, penggemar Dava lah yang terbanyak.

XII- IPA 1

Tertulis jelas di atas pintu kelas yang mereka masuki.

Ryan masuk dengan cueknya  sedangkan Dava menyapa semua siswa yang ada di kelasnya.

"Good Morning Manteman ku tercintah, babang Dava telah datang!" Suara nyaring Dava menggema di ruang kelas nya yang cukup luas.

Namun sayangnya dari beberapa siswa yang ada di di ruangan itu tak ada satupun yang memperdulikan teriakan Dava yang begitu nyaring di telinga.
Mereka lebih memilih berkumpul di sebuah meja salah satu siswa yang sepertinya sedang membicarakan sesuatu.

T I M E L E S S : Never EndDonde viven las historias. Descúbrelo ahora