****

Jisoo memasuki rumah diikuti dengan asisten rumah tangga nya yang terlihat panik.

"Apa nyonya baik-baik saja? Tuan besar sangat khawatir."

"Dimana kakek?"

"Di kamar bersama nona muda."

"Aku akan menemuinya. Apa kakek dan Sarang sudah makan malam? Ini sudah lewat jam makan malam."

"Sudah. Mereka makan berdua tadi. Kupastikan mereka menghabiskan makanannya seperti yang nyonya perintahkan."

Jisoo hanya mengangguk dan berlalu ke kamar Tn. Kim. Saat membuka pintu dia mendapati Sarang tertidur di pangkuan sang kakek buyut di tempat tidur. Sementara Tn. Kim terlihat sedikit mengayunkan Sarang, menatapnya penuh cinta dan tersenyum tipis.

"Tidak seharusnya kakek memanjakan dia seperti itu. Dia sudah besar."

"Kau sudah pulang? Kau baik-baik saja?"

Jisoo mengangguk menenangkan kakeknya yang terlihat khawatir, padahal sedetik sebelumnya dia terlihat bahagia memandangi wajah Sarang yang tertidur pulas.

"Berikan padaku kek, akan kupindahkan dia ke kamarnya."

"Tidak perlu. Biarkan dia tidur disini." Tn. Kim meletakkan Sarang perlahan ke atas tempat tidur seolah gadis kecil itu masih bayi. "Kita bicara di luar saja."

"Semua baik-baik saja kek. Jangan khawatir."

Mereka saat ini sedang duduk di meja makan. Jisoo berusaha meyakinkan Tn. Kim sambil sesekali meminum teh hangat yang disajikan asisten rumah tangganya.

"Aku sudah menelepon pihak berwajib dan melaporkannya. Mereka bilang akan menanganinya. Mereka akan segera bekerja."

Jisoo hanya mengangguk menanggapi ucapan Tn. Kim. Bukan bermaksud tak sopan tapi sungguh, dia sangat lelah. Berulang kali meminta maaf dan mengucapkan terima kasih sekaligus menenangkan ratusan tamu yang hadir bukan pekerjaan yang mudah. Acara yang tadinya berlangsung damai mendadak menjadi riuh saat salah satu tamu menyadari mobilnya juga mengalami vandalisme. Bahkan lebih parah, kaca pintu mobilnya ikut dipecahkan oleh pelaku. Total ada 20 mobil yang menjadi korban.

"Istirahatlah. Kau pasti sangat lelah. Jangan pikirkan apapun. Kau mengerti?"

Hati Jisoo menghangat mendengar ucapan sang kakek. Usianya sudah 80 tahun, dan statusnya dirumah ini hanya cucu menantu, tapi kakek menyayanginya lebih dari yang pantas dia dapatkan.

Seharusnya dialah yang melindungi dan membuat kakeknya merasa nyaman karena usianya sudah renta. Tapi lihatlah, kakek tetap saja menjadi pelabuhan paling nyaman baginya yang tak lagi punya orangtua dan kepergian suaminya.

"Boleh aku memeluk kakek sebentar?"

Tn. Kim tak menjawab malah berdiri menghampiri Jisoo yang juga langsung berdiri dan menghambur ke pelukan sang kakek.

Hangat dan nyaman.

"Semua akan baik-baik saja."

Jisoo hanya diam lalu melepas pelukan Tn. Kim. "Apa tidak apa-apa jika Sarang tidur di kamar kakek malam ini?"

Tn. Kim menjawabnya dengan anggukan dan sebuah senyuman. Jisoo pun berjalan menaiki tangga lantai dua rumah keluarga Kim.

"Oh.. Jisoo, dimana Myungsoo?"

"Sedang mengantar Sooji pulang." Jawab Jisoo sambil tersenyum penuh makna. Sementara Tn. Kim seolah dapat menangkap sinyal yang diberikan Jisoo, dia tersenyum lebar.

Wajahnya mendadak sumringah. Entah apa yang ada di pikirannya. Mungkin sedang berfikir apa yang dilakukan Sooji di acara amal Jisoo, atau mungkin juga sedang memikirkan apa yang terjadi hingga Sooji berakhir bersama Myungsoo sekarang. Sambil berjalan kembali ke kamarnya Tn. Kim masih saja terus tersenyum dan menggumam, "Jadi bukan Hayoung, tapi Sooji."

Meaning Of LoveWhere stories live. Discover now