"Denganku? Tentang apa?"

"Nanti saja. Kita akan bicara setelah kau makan malam. Cepatlah mandi."

"Baiklah kek. Aku ke kamar dulu." Myungsoo beranjak ke kamar dengan sejuta pikiran di kepalanya. Pertanyaan-pertanyaan mulai berebutan muncul di kepalanya.

Hal apa yang kira-kira ingin Kakek bicarakan denganku?

***

Kriiiingg...

"Oh Oppa.. kau sudah sampai dengan selamat? Cuaca di Seoul buruk sekali hari ini. Berubah-ubah tak menentu. Kau tidak terkena badai atau semacamnya kan selama di perjalanan?"

"Astaga.. kau sudah seperti kekasihku saja. Cerewet sekali. Kau tahu bahkan Seul Bi saja tidak sekhawatir itu denganku."

"Heyy.. itu artinya ada yang salah dengan kekasihmu Oppa. Hati-hati. Bisa jadi dia selingkuh. Karena dia tak khawatir lagi padamu."

"Ish.. kau ini. Aku menyesal meneleponmu."

Sontak saja Sooji terbahak mendengar Woohyun kesal. Setelah acara makan siang 'kejutan' dirumah keluarga Kim siang tadi, Woohyun langsung mengantarkan Sooji ke kantor dan pulang ke Gyeonggi-do.

"Ahh .. oppa kebetulan sekali aku juga ingin menelepon mu tadi. Ada yang ingin kutanyakan padamu."

"Sudah kuduga. Aku tau kau akan melakukan ini. Tak mungkin kau tidak penasaran dengannya. Hahaha"

"Kau tau apa yang ingin kutanyakan?"

"Tentu saja. Kau ingin bertanya tentang salah satu anggota keluarga Kim kan?"

"Wow.. apa kau punya bakat terpendam jadi cenayang?"

"Itu hal wajar Sooji. Tidak perlu cenayang untuk tau bahwa kau tertarik dengan Kim Myungsoo. Memang sejak kuliah dulu Myungsoo sudah menjadi magnet bagi mahasiswi di kampus. Dia..."

Kim Myungsoo? "Tunggu." Sooji menyela ucapan Woohyun. "Kau juga berfikir bahwa aku tertarik pada Myungsoo?"

"Memangnya kalau bukan dia siapa lagi? Kau tidak mungkin tertarik pada Tn. Kim kan?"

Astaga! Woohyun oppa sepertinya terkena tornado saat di perjalanan. Isi pikirannya pasti sudah berantakan karena tornado hingga dia bicara ngawur seperti ini.
Sooji menghela nafas. "Kau sama saja dengan Junho Oppa. Dia juga berfikir hal yang sama ketika kukatakan bahwa aku jatuh cinta pada pandangan pertama hari ini "

"Sooji.. bisakah kau bicara dengan bahasa yang mudah kupahami? Sungguh ku tak mengerti. Apa yang sedang kau bicarakan?"

"Aku memang sedang jatuh cinta Oppa. Dan aku memang tertarik dengan salah satu anggota keluarga Kim. Tapi itu bukan Kim Myungsoo."

"Lalu?"

"Kim Sarang. Aku jatuh cinta pada gadis kecil itu."

Woohyun terdiam. Bahkan jika Sooji tak mendengar suara nafasnya, dia akan berfikir bahwa Woohyun sudah menutup teleponnya.

"Kenapa?" Hanya kata itu yang mampu diucapkan Woohyun untuk menanggapi perkataan Sooji.

"Entahlah. Aku hanya merasa tertarik saja. Dia terlihat tidak peduli dengan sekitarnya. Tapi lewat sudut matanya aku tahu dia memperhatikan semuanya. Dia terlihat dingin untuk anak seusianya. Kufikir dia seperti sedang menahan diri. Seperti yaa menyimpan sesuatu dalam pikirannya. Kau tahulah oppa.. seperti itu.." Sooji mencoba menjelaskan alasan dia tertarik tentang Sarang, meskipun pada akhirnya dia tak bisa menjelaskan dengan benar maksud hatinya.

"Jadi kau ingin tahu tentang Sarang? Bukan Kim Myungsoo?"

"Hahaha Oppa.. kau sungguh beranggapan aku tertarik padanya?"

Tiba-tiba pintu kamar Sooji terbuka, "Siapa yang tertarik dengan siapa?"

"Eonni.."

***

Sebuah mobil hitam terdengar memasuki halaman rumah keluarga Bae. Ny. Bae segera beranjak untuk membuka pintu menyambut suaminya.

"Bagaimana harimu?" Ny. Bae mengambil tas milik suaminya dan membantunya melepaskan jas.

"Seperti biasa. Tidak ada yang spesial." Tn. Bae menjawab dengan tersenyum.

Dia selalu merasa senang setiap pulang kerumah. Karena dia tahu bahwa istrinya sedang menunggunya dan akan menyambutnya dengan pertanyaan yang sama.

Bagaimana harimu? Kalimat itu mungkin terdengar sederhana. Tapi bagi orang lain itu terdengar sangat menenangkan. Saat kau lelah menghadapi semua permasalahan seharian ini, lalu menyadari bahwa masih ada satu orang yang akan selalu setia mendengarkan semua ceritamu meski tak akan bisa membantu menyelesaikan masalahmu, hal itu sungguh sangat menyenangkan.

Seperti saat ini, Ny. Bae duduk di meja makan di sebelah suaminya sambil menyiapkan secangkir teh melati yang hangat untuk suaminya. Sementara Tn. Bae sedang bercerita bagaimana hari ini dia dibuat sangat pusing oleh sekeretarisnya karena memberikan laporan yang salah padanya hingga mereka hampir saja kehilangan klien penting. Untung saja Tn. Bae berhasil melobi klien tersebut untuk tidak membatalkan kerja sama mereka.

Ya. Tn. dan Ny. Bae termasuk dalam pasangan yang percaya bahwa komunikasi adalah hal terpenting dalam keluarga. Oleh karenanya, mereka selalu menyempatkan untuk saling bertukar cerita setiap hari meski hanya sebentar.

Tentu saja, hubungan manis ini tidak selalu terjalin. Ada kalanya mereka juga akan bertengkar hingga tak saling menyapa selama beberapa hari. Tak selamanya pendapat mereka selalu sama. Terlebih jika itu tentang putri-putri mereka.

Tn. Bae yang berusaha sekuat tenaganya untuk selalu bersikap adil pada dua putrinya. Sementara Ny. Bae --dikarenakan kondisinya yang sedang sakit-- cenderung lebih memperhatikan Soomi hingga kadang tanpa sadar menyakiti hati Sooji dan membuat hubungan keduanya selalu canggung seperti sekarang.

Mungkin terlihat seperti Ny. Bae tak menyayangi Sooji. Tapi bukankah tak ada ibu yang tak menyayangi anaknya?

Continue..

Meaning Of LoveWhere stories live. Discover now