Epilogue

2.7K 323 15
                                    

Cuaca yang terlalu cerah dan matahari yang terlalu terik di salah satu yang kemungkinan mejadi hari terpenting sepajang hidup lelaki dengan rambut pendek berwarna pirang.

Setelah pengumuman yang sangat mendadak tentang hari pernikahan kepada keluarganya, yaitu 3 minggu yang lalu, tidak tahu bagaimana dalam menit-menit terakhir seperti ini ia merasa sangat ragu. Pemikiran yang sudah ia coba dan cek tidak akan terpikirkan kembali merambat menghampirinya kembali.

Ia merasakan sedikit sedih dan khawatir di dalam hatinya. Khawatir akan kebebasan, ia tidak yakin apakah setelah pernikahan ini ia dapat menjadi seperti dulu--dirinya yang bebas, atau ia akan seperti terkekang dan menyesal. Mungkin kalau kehidupan pernikahan ia seperti kedua orangtuanya, ia tidak akan khawatir--namun jika tidak, ia tidak tahu harus bagaimana--oh well, pengadilan sampai hari kiamat tetap akan buka, jadi mungkin ia akan bercerai.

Yoon Jeonghan menggelengkan kepalanya berkali-kali, menghilangkan pemikiran tentang perceraian jika pernikahannya tidak berjalan sesuai keinginannya. Ia menyadari jika merencanakan perceraian sebelum pernikahan adalah hal yang tabu dan tidak baik.

Saat pintu ruang rias terbuka, Jeonghan memalingkan wajah dari jendela. Ia tidak mengharapkan salah satu anggota keluarganya untuk datang (ia tahu keluarganya tidak akan menangis karena mereka sangat senang, ada orang waras yang mau mengangkut dirinya), namun saat melihat sosok Jeon Wonwoo dengan tuksedo warna biru tua dengan senyum merekah mengangetkannya.

"Kau senang aku akan jadi milik orang lain?" ia bertanya dengan nada sarkatis.

Senyum yang terpoles langsung luntur, digantikan dengan bibir yang mengerucut. "Tidak, hyung. Aku hanya penasaran dengan kabarmu, tidak ingin kau terkena cold feet sebelum pernikahan."

"Cold--what?"

"Cold feet, entahlah aku membacanya di majalah katanya sih perasan gugup ingin kabur dari pernikahan, atau yeah well singkatnya begitu." Wonwoo menyahut dengan tidak yakin. "Kau tidak, kan?"

Jeonghan mengerjapkan kedua matanya menatap Wonwoo yang terlihat khawatir. "Tentu tidak, Jeon." sahutnya, berbohong.

"Sebenarnya aku kaget hyung akan menikahi sepupu jauhnya Mingyu, tetapi aku yakin dia lelaki yang baik. Mungkin aku yang harus khawatir dengan dia." Wonwoo bergurau sambil lalu dan meraih pergelangan tangan Jeonghan.

"Sudah waktunya, hyung." lanjut Wonwoo dengan bibir yang kembali tersenyum dan menarik Jeonghan untuk keluar dari ruang rias dan berjalan menuju tempat utama pemberkatan pernikahan diadakan.

Dengan persiapannya sangat singkat, tetapi skala pernikahan mereka sangatlah besar. Beberapa fotografer yang disewa oleh orangtua Seungcheol terus mengikuti dirinya dengan kilatan cahaya kamera. Ia tidak tahu bahwa orang tua dari Choi Seungcheol dapat dengan mudahnya mengeluarkan uang untuk membuat pesta pernikaha yang sangat megah. Bunga-bunga segar pilihan yang terlihat mahal, tamu-tamu yang terlihat dari kalangan orang kaya, bintang tamu yang merupakan penyanyi terkenal, altar yang terlihat seperti keluar dari majalah pernikahan kaum sosialita dan segalanya. Meskipun Jeonghan tampak tidak menyukai kemegahan pesta pernikahannya, tetapi di dalam hatinya ia benar-benar menikmati segala kemewahan ini.

Seluruh pasang mata mengikuti setiap langkah Yoon Jeonghan yang berjalan ke arah altar dengan sang ayah yang berdiri di sebelah kanan. Ia tersenyum kecil saat Choi Seungcheol yang sudah menunggu dengan sangat tampan melambaikan tangan dari depan altar. Mungkin, jika saat ini ia mengatakan bahwa ingin membatalkan pernikahan, orangtuanya akan mengejarnya hingga ke ujung dunia hanya untuk menguburnya hidup-hidup.

[✓] From 5317 MilesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang