1/4 : Bonus Chapter

1.2K 164 21
                                    

Pernikahan mereka yang sudah berjalan selama hampir satu dekade dapat dikatakan sebagai hal yang menyenangkan dan dramatis, tidak jarang penuh dengan tekanan yang diakibatkan oleh diri mereka masing-masing. Semakin bertambahnya umur mereka, semakin banyak hal yang mereka debatkan dan semakin kerasnya kepala mereka untuk mengalah. Untuk Yoon Jeonghan sendiri meskipun ia terkadang mengalah, tetapi keesokannya akan membalas dendam dengan mendebatkan hal yang lain hingga dia menang. Meskipun terlihat tidak menyehatkan tetapi ini adalah salah satu cara mereka untuk dapat berkomunikasi satu sama lain dan jika perdebatan tidak berakhir maka ranjang adalah tempat mereka untuk menyelesaikannya.

Jika ditanya apakah mereka saling mencintai dan menyayangi tentu jawabannya adalah ya. Very much so. Tidak ada hari tanpa Seungcheol untuk tidak mengirimkan delivery food ke kantor Yoon Jeonghan, begitu juga sebaliknya—bahkan makan siang sambil video call bukanlah hal yang aneh untuk mereka.

"Oh that motherfucker, you remember him? The asshole client of mine who asking for fucking ridiculous things about everything, he tried to ask me as her daughter's interior designer." Jeonghan bersungut-sungut dengan mulut penuh makanan dan kata-kata kasar keluar dari mulutnya.

Seungcheol yang hari ini memutuskan untuk makan siang bersama dengan Jeonghan di kantor sang designer menggelengkan kepala saat mendengarkan perkataan yang keluar dari mulut kotornya.

"Tetapi tetap kamu ambil, kan?"

"Of course, the money is good. She asked thrice our rate."

"Tiga kali? Aku punya firasat buruk tentang ini." ujar Seungcheol dengan alis mengerut.

Jeonghan menatap sang suami dengan mata terbelalak. "Oh shit, kamu benar juga. Dia menawarkan tiga kali harga pasti ada sesuatu yang menyebalkan. Dear god."

"Dari proposalnya tidak ada yang aneh?," tanya Seungcheol mencoba memberikan jalan keluar dari kemungkinan kesalahan yang baru saja disadari oleh suaminya. "Mungkin kamu bisa recheck kembali, yang pitching ke mereka siapa?"

"Perempuan itu yang datang ke tempatku kemarin dan memberikan map berisi proposal terkait rumah anak perempuannya. Aku lihat tidak ada yang aneh, tetapi aku akan recheck kembali seperti katamu." Jeonghan menjawab dan menyingkirkan mangkok plastik ke sampingnya lalu mengambil buku catatan dan menuliskan sesuatu dengan menggigit bibir, kebiasaan yang tidak pernah hilang saat ia menulis dalam keadaan kesal.

"Kubilang juga apa, kau terlalu cinta uang."

Jeonghan mendengus. "Sure, as if your salary is better than mine."

Perdebatan tentang gaji siapa yang paling tinggi selalu menjadi perdebatan yang nomor tiga yang paling sering mereka bahas, meskipun perdebatan ini tidak memiliki maksud yang buruk tetapi jika terlalu sering didebatkan akan menimbulkan hal yang tidak diinginkan seperti saat ini. Seungcheol balik merengut menatap Yoon Jeonghan.

"Right, sorry yang sudah sukses padahal pas awal-awal aku yang menyuntikkan dana ke perusahaan milikmu."

Jeonghan tertawa pelan mendengarkan nada kesal sang suami. "Cheol, it was you yang membuat pembicaraan tentang uang."

"Seharusnya tidak kau tanggapi," Seungcheol mengerucutkan bibir. "Aku hanya bercanda."

"Ha!," Jeonghan berseru kencang. "Lihat, kan? Kalau aku tidak menanggapi kau akan ngambek dan saat aku tanggapi kau juga ngambek. Childish."

Ia membereskan mangkok ramen yang isinya telah ia habiskan dengan cepat di awal, akibat kelaparan karena tidak sarapan karena bangun kesiangan bukanlah hal yang aneh untuk Yoon Jeonghan, meskipun ia sering menyalahkan Seungcheol yang tidak membangunkannya padahal mereka berdua termasuk orang yang cukup sulit bangun pagi.

[✓] From 5317 MilesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang