2/4 : Bonus Chapter

847 115 28
                                    

"That mama boy got on my nervers, fucking motherfucker." Jeonghan mengumpat dengan sepenuh hati, memaki-maki lelaki yang sudah menjadi suami sahnya. Ia menegak botol bir yang disediakan oleh sepupunya hingga habis dan meletakkan di atas meja dengan gerakan kasar membuat laki-laki berkacamata yang duduk di depannya mendongak menatap.

"Hyung, kau bisa tidak mengumpat?"

Jeonghan mendorong pundak sepupunya hingga lelaki itu terhuyung. "Kau bisa tidak mencampuri umpatanku?"

Jeon Wonwoo mengerutkan alis dengan bibir mengerucut menatap kelakuan tidak waras sepupu jauhnya yang tiba-tiba datang ke apartemennya dengan mata penuh kemarahan yang membara dan rentetan makian yang tidak berhenti. Merasa tidak suka dengan sikap kasar sepupu jauhnya, Jeon Wonwoo balik mendorong bahu laki-laki berambut pirang sebahu itu.

"Orang gila." Gerutu Wonwoo sambil meletakkan sebotol bir penuh dan menyingkirkan botol yang telah habis sebelumnya. Meskipun ia sering merasa jengkel dengan kelakuan sepupu jauhnya, tetapi ia menyayangi Jeonghan seperti kakaknya sendiri.

Jeonghan mendegus kesal sambil menatap ponselnya dengan kening berkerut, jari telunjuknya bergerak menaiki dan menuruni layar dengan cepat. "That mama boy sudah 15 kali missed calls dan 20 kali mengirimkan pesan singkat menanyai kapan aku pulang dan ada di mana. As if I'll surrender and grant his wish."

"Astaga, dia hanya mengkhawatirkan dirimu, hyung. Kenapa kau selalu mencari-cari hal buruk dari suamimu? He's nice guy and always clean up whatever shit you did." Gumam Wonwoo dengan suara pelan. Ia benar-benar takut jika suatu saat pasangan yang secara diam-diam ia kagumi ini akan berakhir dalam perceraian dan membenci satu sama lain.

Jeonghan menoleh menatap sepupu jauhnya dari balik botol bir yang sedang ia minum. Ia tahu maksud Wonwoo hanya mengingatkan dirinya dan ia juga sangat sadar Seungcheol sangat baik terhadap dirinya. Hanya saja, saat ini rasa kesal masih membuncah di dalam dirinya sehingga ia hanya bisa membalas ucapan Jeon Wonwoo dengan umpatan pelan.

"Aku tidak akan menyarankan kalian punya anak, honestly. Sangat mengerikan jika ada manusia versi kecil berada di dalam asuhan dan pengawasanmu." Wonwoo berujar dengan kata-kata penuh candaan dan sindiran.

"Whatever, but I know Seungcheol will be a good father to them," Jeonghan berujar dengan suara pelan, kali ini kemarahan yang berkilat-kilat berganti dengan kesenduan yang membuatnya merasa mual. "Jika ia benar-benar mengingkan anak, dia bisa menceraikan diriku dan menikah dengan orang lain yang mau mengambil posisi tersebut." Ia melanjutkan dengan satu tegakan terakhir dan menghabiskan seluruh sisa isi birnya.

"Hyung, jaga ucapanmu." Wonwoo berseru mendengar laki-laki berambut pirang tersebut mengeluarkan kata-kata bercerai dengan mudahnya. Apakah dia lupa sulitnya mereka menikah karena drama bodoh yang terjadi untuk sampai ke dalam tahap tersebut? Ia benar-benar merasa Yoon Jeonghan sangat aneh meskipun sangat jenius.

"Aku bisa hidup tanpa dirinya, you know."

Wonwoo duduk mematung mendengarkan ucapan konyol tersebut. Dirinya, semua orang bahkan Yoon Jeonghan sendiri pun tahu bahwa lelaki itu tidak bisa hidup tanpa Choi Seungcheol, meskipun tidak mau mengakui tetapi Wonwoo tahu bahwa Jeonghan sangat mencintai suaminya. Ia sedikit menyadari mungkin kemarahan yang bergejolak di dalam diri Jeonghan bukan tentang masalah anak, tetapi ada hal lain yang sudah menggajal dan bersarang di dalam benak.

[✓] From 5317 MilesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang