Satan Temptation

2.5K 400 64
                                    

Lelaki dengan jam tag hauer di pergelangan tangan kiri terpekur menatap layar smartphone di sebuah restauran steak yang terletak tidak jauh dari tempat kerjanya. Sambil duduk bersandar di kursi, dan menunggu lelaki yang ingin ia lupakan sejak satu tahun lalu.

Ia memikirkan perkataan Joshua tentang Jeongan yang akhir-akhir sering mengajaknya untuk bertemu.

Harusnya dia marah saat Joshua berkhotbah mengenai Jeonghan tetapi semakin dia memikirkannya lagi, perkataan Joshua semakin masuk akal.

Lamunannya buyar ketika bunyi bel masuk pintu restauran berbunyi, dan ia menemukan lelaki itu dengan rambut yang telah di potong lebih pendek dan dicat berwarna cokelat menatap ke arahnya sambil tersenyum cerah dan melambaikan tangan.

"Hai, Cheol."

Seungcheol berdiri dari kursinya tetapi saat ia ingin menarik kursi untuk Yoon Jeonghan, lelaki yang sekarang bekerja di perusahaan jasa konstruksi, menolaknya dengan halus.

"Aku bisa sendiri, kau duduk saja."

Ia membalas perkataan Jeonghan dengan senyum kikuk.

Mereka diam sejenak sebelum akhirnya Seungcheol berinisiatif memanggil pelayan dan memesankan makanan untuk mereka berdua--ia masih hapal makanan kegemaran Jeonghan jika di ajak ke restauran steak, Sirloin medium rare with extra potato and sauce.

"Terima kasih kemarin malam mengantarkanku pulang dalam keadaan mabuk." ujar Jeonghan dengan suara pelan yang berhasil membuat Seungcheol menatapnya.

"Aku juga sedang senggang."

"Aku tidak tahu kalau Sunmi akan menghubungimu."

Semburat merah muda terpancar di pipi Jeonghan yang terlihat lebih berisi.

Seungcheol tersenyum. "Itu wajar, Jeonghan. Kita memang sering berbincang di telpon akhir-akhir ini, aku senang membantumu."

Jeonghan tertawa dan memukul pelan pipinya yang terasa hangat karena melihat reaksi Seungcheol masih tetap selembut dulu. "Aku merepotkanmu." katanya.

"Jeonghan, kau tidak seperti dirimu. Santai saja." bujuk Seungcheol, dia merasa heran dengan Jeonghan terlihat sangat menjaga jarak.

Semenjak pertemuan tengah malam secara tidak sengaja di lobi gedung apartemen lima hari yang lalu dan Jeonghan yang dengan baik hati menawarkannya segelas kopi sekaligus berbincang kecil mengenai setahun mereka tidak bertemu, dirinya dan Jeonghan sudah beberapa kali bertemu lima hari terakhir ini.

Dan, bertukar nomor telpon kembali serta mulai menghubungi satu sama lain seperti setahun yang lalu.

Juga selalu bertemu untuk makan siang atau makan malam sambil bercakap-cakap, yang menurut Seungcheol tidak begitu penting karena mereka hanya membicarakan kenangan mereka selama di Jerman.

Atau mungkin itu penting?

Tetapi saat hari ketiga, Jeonghan mengajak dirinya untuk pergi menonton film di bioskop--sekedar menghabiskan waktu sekaligus bernostalgia rasanya menonton bioskop di Korea.

Ia masih ingat bagaimana wajah Jeonghan yang terlihat gembira saat mereka datang ke bioskop yang dulu menjadi tempat Jeonghan pergi menghabiskan waktu, dan bioskop yang ternyata pernah menjadi saksi Seungcheol ditampar oleh mantan pacarnya.

Selama lima hari menghabiskan waktu dengan Jeonghan, perasaan yang muncul di dalam dirinya kembali bergejolak dan seakan minta untuk dilepaskan. Tetapi Seungcheol sudah terlalu tua untuk bermain-main dalam percintaan anak muda.

Kau sudah 31 tahun, Choi. Tidak ada waktu untuk permainan anak-anak. Tegurnya kepada diri sendiri setiap ia seakan jatuh lebih dalam pesona Jeonghan.

[✓] From 5317 MilesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang