BAB 15

82.1K 6.7K 239
                                    

"Ada apa ini?"

Suara yang terdengar dari ambang lift mengagetkan Mia, juga pria berambut cokelat yang menopang tubuhnya. Keduanya tergeragap, lalu cepat-cepat berdiri tegak.

"Mia, apa yang kau lakukan di sini?" Tatapan William beralih pada Mia, lalu turun pada berkas yang ada pada genggaman perempuan itu. "Kau berniat menemuiku?"

Mia menelan ludah sembari menundukkan wajah. Mendadak, seisi kepalanya terasa kosong. Pria berambut cokelat di hadapannya sukses membuat Mia kehilangan suara.

"Mia, kau tidak mendengar pertanyaanku?" William kembali bertanya dengan nada tegas, membuat Mia segera mengangsurkan berkas di tangan.

"Ms. Addison meminta saya mengantarkan berkas ini kepada anda, Sir."

Sederet kalimat itu Mia ucapkan dalam satu napas. Membuat William mengerutkan kening sebentar, lalu menerima lembaran kertas yang diangsurkan Mia. Kerutan dahinya kian dalam, tatkala wanita itu pamit dan berjalan cepat meninggalkan mereka, seolah tengah menghindari kejaran hantu.

"Ada apa dengan dia?" gumam William. Ia lantas memutar kepala, menatap pria berambut cokelat di sampingnya. "Dia wanita yang kumaksud."

"Siapa?" pria itu balas bertanya.

"Staf juniormu yang baru."

Pria berambut cokelat itu seolah tersentak. "Wanita ... itu?" tanyanya, memastikan.

William mengangguk. "Kenapa?"

"Tidak ... tidak apa-apa." Lelaki itu menggeleng cepat.

***

Mia melangkah tergesa menuju kubikel, sebelah tangannya memegangi dada yang mendadak sesak. Pria berambut cokelat itu. Melihatnya dengan tiba-tiba di tempat ini sungguh membuat Mia terkejut. Tak pernah ia berpikir hal semacam ini akan terjadi, bahkan bertemu dengan lelaki itu tak pernah ia harapkan. Tepatnya, Mia sungguh tidak ingin melihatnya lagi. Namun, hari ini, entah mengapa semesta berkehendak lain.

"Mia, ada apa denganmu?" Nada cemas dalam suara Ellena menyentak Mia. Perempuan itu sama sekali tidak menyadari, jika sejak tadi ia hanya berdiri di samping kubikelnya sendiri. Dengan tatapan kosong, serta pikiran yang terbang ke segala arah.

"Dadamu terasa sakit?" tanya Ellena lagi, membuat Mia perlahan menggeleng, lalu menjatuhkan diri pada kursinya.

"Tidak, Elle. Aku tidak apa-apa."

Ellena memerhatikan wajah temannya dengan saksama. Ia mengangguk pelan, berharap Mia sungguh tidak apa-apa.

"Ah, Mia. Aku memiliki kabar baik untukmu," kata Ellena kemudian, mencoba mencairkan suasana.

"Apa itu?"

Ellena tersenyum, raut bahagia memancar jelas di wajahnya. "Pujaanku. Dia sudah kembali."

"Benarkah? Wah, kau pasti sangat senang."

"Tentu saja. Aku merasakan semangatku terbakar lagi."

"Ya ya, aku mengerti perasaanmu." Mia mengangguk seraya tersenyum. Tangannya terangkat meraih bolpoin dan secarik kertas.

"Kau sedang apa?" tanya Ellena, gerakan matanya mengikuti tangan Mia.

"Membuat to do list untuk hari ini. Aku takut melupakan apa yang semestinya kukerjakan."

"Kau melakukan hal semacam ini setiap hari?" Ellena mengerutkan dahi

Mia menggeleng. "Baru beberapa hari terakhir aku memulainya. Kau ingat kemarin Shirley memarahiku habis-habisan, karena aku lupa membawa flash disk? Sungguh, aku tidak ingin hal semacam itu kembali terjadi."

My Silly WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang