senja

0 0 0
                                    

"Sado... Sado...!."

Panggil seseorang yang berusaha menyadarkanku dari lamunanku. Aku pun tersadar kalau aku sedang melamun di tengah pelajaran. Sehingga seorang guru matematika menegurku dan menyuruhku untuk datang ke kantor guru.

"Asada-san... Datanglah ke kantor guru nanti..."

Ucap guru itu mengomeliku yang selalu melamun di tengah pelajaran berlangsung. Aku pun kikuk dan gugup sehingga aku hanya menjawab seadanya.

"Baiklah..."

Jawabku begitu tampaknya guru itu sangat ingin mengomeli ku tetapi karena di tengah pelajaran guru itu berusaha untuk menahan emosinya untuk memarahiku.

Bel pun berbunyi menunjukan pada pukul 12.45 siang. Sehingga jam makan siang pun di mulai. Tetapi bagiku, aku harus pergi ke kantor guru untuk memperoleh omelan dari guru matematika yang bertama Ayasa inori. Namun, nama panggilannya adalah inori-sensei.

Sekitar sepuluh menit aku di omeli oleh guru itu. Sehingga, waktu untukku makan siang hanya lima menit. Saat ku berjalan keluar dari ruangan itu, aku terkejut melihat sesosok perempuan yang berambut coklat kehitaman dan syal yang ia pakai untuk menutupi mulutnya.

Ia hanya terdiam menatapku dengan kedinginannya.

"Yoru... Apa yang kau lakukan di sini?. Jam istirahat sudah hampir selesai- dan lagi pula jam pelajaran ketiga akan di mulai sebentar lagi."

Aku berkata begitu di depannya dia tampaknya hanya tersenyum dengan mata yang tertutup. Terlihatlah wajahnya sangat menantikan diriku. Aku pun terdiam dan mengajaknya untuk makan siang.

Seusainya bel pun berdering, menunjukkan pukul 13.00 siang.

Pelajaran ketiga pun di mulai, aku terdiam di keributan kelas itu bersama yoru yang duduk di samping kursiku sedangkan akai berada di belakang kursiku.

Aku sangatlah menyukai duduk di dekat jendela karena aku mendapat angin sejuk dari luar dan cahaya dari luar tanpa perlu kegelapan.

Tak terasa, sekolah pun usai dan selesai. Aku bergegas untuk merapikan buku-bukuku dan memasukkan nya kedalam tas. Yoru menatapku dengan tatapan bekunya, walaupun begitu yoru adalah sosok yang terkenal di sekolah kami.

Karena dia memiliki sikap dewasa yang damai, pendiam tanpa berbicara sedikit pun di sekolah.

"Ia tak pernah berbicara lagi sejak hari itu. Yaitu hari yang sangat mengerikan baginya dan mungkin sebagai siksaan untuknya karena ia dikutuk untuk tidak bisa berbicara lagi ataupun membuka mulut sedikitpun sepertinya mulut itu akan tertutup selamanya.

Walaupun begitu, saat ini masih banyak kasus pembunuhan, pembegalan, penculikan dan bunuh diri di kota kami. Sebenarnya, siapa dalang di balik pembunuhan kota ini?."

Aku hanya berucap dalam hatiku sambil terdiam dan sedikit bergumam.

Sepulang sekolahnya, aku, yoru, akai dan mikite pulang bersama ke rumah masing-masing. Kami bertiga sangatlah akrab dari SD sehingga kami sangatlah dekat hingga memanggil nama depan kami.

Yoru tampak gelisah dan tidak nyaman saat berada dalam kerumunan banyak orang tetapi ia hanya dapat terdiam karena tak mampu berbicara.

Saat setiba di perempatan jalan kami berpisah dengan yang lain. Karena aku dan yoru serumah maka arah jalan kami sama.

Mikite mengambil rute kanan hampir setiap harinya dia mengambil rute itu karena dekat dengan rumahnya. Akai mengambil arah kedepan ia selalu melintas di jalan itu karena jalan itu merupakan jalan yang menembus jalan menuju stasiun kereta.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jun 14, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

The Last Promised Of Flower - My Flower Promise For Her -Where stories live. Discover now