ingatan.

13 3 0
                                    

aku terjebak di dunia lain yang dingin dan gelap. tampak lah perempuan yang berada di rumah sakit itu. duduk diam di atas kasurnya, menulis sesuatu dibuku yang kosong,
awalnya aku hanya diam tetapi aku lebih memilih untuk bertanya.
"anu...kenapa kau selalu berkata dengan kata-kata yang membingungkan itu...?. tolong jelaskan lah...!." aku bertanya untuk mengubah suasana yang dingin tadi menjadi lebih terang. perempuan itu terkejut dan menatap ku dengan tatapan tajam yang seperti setajam kristal.
"karena aku tak dapat memberitahumu..., kau harus mengetahui semua itu dari dirimu sendiri..., jika aku yang membantu..., kau mungkin tak dianggap berguna lagi..." dengan nada lembut dan halus dia berkata.
"tetapi kenapa saat itu kau ingin aku menyebutkan nama mu...?. apa kau benar-benar tak ingat siapa dirimu...?." aku merasa bingung dan pusing karena selalu ada pertanyaan di hidupku.

"karena... aku benar-benar... terlupakan." jawab nya dengan tenang.

aku terkejut dan dunia menjadi negatif.

"mulai lagi..., apa ini...?!." tiba-tiba saja kepalaku sakit. kepalaku terasa seperti di jatuhi batu besar yang melayang. aku pun menjerit kesakitan.
perempuan itu diam dan hilang begitu saja. aku kembali ke duniaku. tetapi aku bukan kembali ke kehidupan ku yang normal melainkan pada saat aku SD kelas 4.
"apa ini...?!." aku heran sambil melihat SD ku yang dulu itu, tampak lah akai sedang berlari melambaikan tangannya ke arah ku.
"hey...!. sado... pagi...!" teriak akai yang sangat berbeda saat SMA itu. lalu di sampingnya ada mikite.
"hari ini musim dingin, ya." mikite berkata sambil memegang tas ranselnya.
"eh...?. kalian ini..." aku heran karena sangat bingung.
"kenapa?, sado...?." tanya mikite heran.
"t-tunggu, siapa dia...?. dimana dia...?" tanya ku dalam hati karena dia biasanya yang ada.

karena waktu telat sekolah. dengan cepat kami berlari keruang kelas kami.
saat sampai kelas pelajaran hampir dimulai.
"maaf terlambat...!" teriak ku menundukan kepala.
"tak apa... duduk lah." kata pak guru.
aku pun duduk di kursiku. lalu datang lah murid pindahan baru yang dari keluarga kaya.
"aku... yunna chiade, senang bertemu dengan kalian. aku dari SD hashigara. aku pindah ke tanaba karena perkerjaan ayahku. di sekolah ini..." kata dia dengan nada pelan dan halus.
aku merasa mengetahuinya tetapi aku tak mengingatnya. sejak saat itu aku penasaran dan mengikutinya.
lalu akai mengetahui aku mengikutinya. dia memberitahu yunna kalau aku menyukainya.
saat itu aku bertemu yunna di sore hari dekat sungai.
"... apa yang kau inginkan...?." dengan wajah ogah-ogahan dia berkata.
"eh...?. bukannya aku menyukai mu atau apa. tetapi daripada itu bagaimana jika kita berteman?." usulku dengan senang.
"... aku tak membutuhkan teman atau orang. kau kenapa tampak sangatlah tenang... atau mungkin kau sudah memiliki teman... cih, merepotkan. aku tak peduli apa yang ingin kau lakukan...?. aku akan pergi jika kau tak mau bicara..." jawabnya membalikkan badan.
"t-tunggu... ada sesuatu yang ingin kubicarakan... kenapa kau pindah sekolah...?" tanya ku memegang tangannya. dia tampak tenang dan tak peduli.
"apa lagi...?, sudah jelaskan...!. itu karena perkerjaan ayahku... aku membenci sampah sepertinya...!." teriak dia marah.
"tetapi SD hashigara itu cukup terkenal, lho. kenapa kau pindah ke SD kecil ini...?" tanya ku meyakinkan nya.
"ini bukan urusanmu... aku tahu kau dari masa depan dan memulai kehidupanmu yang membingungkan ini dengan santai..." kata-katanya jelas membuatku kesal.
"kenapa bisa tahu...?" tanya ku marah.
"sudah terlihat... kau selalu berpura-pura... aku tahu semuanya. kau mencoba untuk terlihat santai dan tenang agar bisa menutupi kesalahanmu... karena ini salahmu...!" jawabnya santai dan selalu dengan sifat yang tak suka bicara itu.
jelas itu membuatku marah dan memukulnya. tetapi saat aku ingin memukulnya. kedua tangan dia berada di kantung sambil menghindar. aku pun hampir terjatuh. yunna menarik tangan ku lalu menjatuhkanku ke belakang.
"kejadian hari ini lupakan saja... jangan bawa-bawa ke sekolah." yunna meninggalkan ku yang jatuh. aku pun berguling dan berdiri.
"anu... aku sangat ingin menanyakan ini... apa kau segitunya benci ayahmu...?." tanyaku dengan pelan.
"...entahlah." katanya pergi.
aku hanya diam. dan menundukkan kepala.

The Last Promised Of Flower - My Flower Promise For Her -Where stories live. Discover now