akhir nadi

23 3 0
                                    

aku kembali kedunia ku dan tiba-tiba sebuah mobil melaju kencang menabrakku lalu aku terjatuh begitu saja dengan darah yang keluar. orang lain melihatku dan segera memanggil ambulan. aku di bawa ke rumah sakit dan di rawat inap untuk beberapa hari. aku koma selama 4 hari saat terbangun aku terkejut akai dan mikite menjenguk.
"ah. sado. kau sudah bangun. mikite dan akai menjenguk." ibuku sedang membaca buku, mikite duduk di kursi sambil memotongkan buah sementara akai sedang meletakan bunga celandine di meja.

"selamat pagi, sado." sambut akai.
"selamat pagi, sado. aku memotongkanmu apel kelinci. aku juga beli makanan untuk kita." mikite memotong apel sambil mengangkat sekantong penuh makanan yang ia beli untuk di makan bersama-sama.
"wah, maaf membuatmu repot-repot belanja sebanyak itu." ibu mengasihani mikite.
"tak apa, bukannya makan bersama-sama itu menyenangkan." mikite tertawa.
kami memakan makanan yang di beli mikite.
aku memakan beberapa suap tetapi rasanya aku susah kenyang dan lelah saat mengunyah.
akhirnya, aku tak bisa menghabiskan semuanya.
mikite dan akai pulang sementara ibu masih ada kerjaan jadi harus kekantor lagi.
"sado, makanlah obatmu yang ibu letakan di meja dekat bunga itu." ucap ibu sambil mengenakan jaketnya.
"setan, nih."  kataku dalam hati. aku pun berpura-pura tertidur dan mengabaikan perkataan ibu.
"sado... sado... hmm. ara... tertidur. sepertinya bohong, nih." ibu heran dan menggelitiki kaki ku yang tidak masuk selimut karena panas.
"gawat, dasar setan... geli... tahan... tahan... hihihihi..." aku meringkuk menahan geli sambil memegang selimut agar tak tertawa.
"tuh, kan. belum tidur. ingat kata ibu tadi, sado." ibu ternyata menang dan tak dapat dikalahkan.
"baiklah, aku makan obat yang di meja dekat vas bunga. aku tahu. aku tahu. lho.
ganggu." aku pun terpaksa bersuara dan menyerah.
"hmm... baiklah, ibu akan kekantor dulu." ibu berangkat ke kantor.
aku pun mengedipkan mataku beberapa kali. hal yang kemarin terjadi lagi. masih menjadi negatif.
"kau ternyata disini." ucap perempuan yang sama seperti kemarin tetapi dia di kamar sebelah. dia duduk sambil bersandar di dinding.
"aku ingin tanya?." aku ingin bertanya karena penasaran siapa perempuan misterius itu.
"apa itu?." tanya dia.
"... siapa nama mu...?" tanya ku.
"... kau tak perlu tahu namaku. tetapi aku... menunggu sampai kau menyebut namaku... aku akan memanggil mu ke dunia ku." suara lembutnya terdengar sangat tenang dan halus.
"kau sakit apa?." aku bertanya lagi.

"aku memiliki kelainan pada jantung... dan aku sudah 3 tahun di rumah sakit... dan akhirnya, aku masih menunggu seseorang yang mengingat namaku... aku memiliki adik yang kusayangi sekarang dia tak bersamaku... aku akan terus menunggu siapa yang akan menyembutkan namaku... tak ada seorang pun yang datang. menjengukku... aku sendiri... hanya hp... buku... dan pulpen yang akan habis tintanya... aku akan mengganti tintanya dengan... darahku yang menetes... untuk menulis... namaku... aku mengalami gagal otak... sehingga aku tak mengingat namaku... aku tak menggingat semuanya... yang ku ingat baru-baru ini hanyalah... ruangan yang kosong dan dingin... aku selalu melihat kearah jendela jika musim dingin... saat kembang api muncul sangat indah... aku harap aku bisa melihat dunia luar... waktu yang kuhabiskan sudah banyak... jadi... aku haral aku bisa keluar tanpa pengganti..." dia tampak menangis dan bersedih di ruangan yang dingin.
"kenapa kau tak pulang?. aku yakin keluargamu menunggu di rumahmu. mereka pasti merindukanmu... selama ini kasih sayang mereka masih ada... karena itu kau tak perlu meminta pengganti." jawab ku merasa sedih.
"aku tak punya orang... orang yang ku rindukan... aku tak bisa dendam, benci ataupun... berbohong... aku tak punya perasaan, aku hanya sedih menangisi diriku sendiri... tubuhku sudah tampak kurus dan lemah. aku tak punya emosi atau perasaan... aku hanya ingin menjadi diriku yang selama ini..." dia menutupi wajahnya sambil menangis.
"apa yang ingin kau katakan untuk mereka?." tanya ku.
"kosong... tidak ada... janji sebagai... penggantinya..." jawab nya lalu suaranya hilang dan tidak ada.
aku kembali keduniaku lagi.
"pengganti... adalah... janji..." aku terkejut karena baru ingat sesuatu yang sangat penting dan berharga.

setelah keluar rumah sakit.
aku kembali bersekolah dan melakukan rutinitas sehari-hari.
aku pergi pulang kerumah saat di tengah perjalanan aku melihat nama keluarga yang seperti kukenal di apartemen yang besar dan tinggi sampai lantai 10 dan juga atap yang bebas dipakai untuk apapun dekat rumah ku.
aku berjalan mendekat dan menaiki tangga. di lantai dua aku mencari namanya, belum juga ketemu. selanjutnya lantai tiga saat mencarinya aku belum menemukannya sampai di lantai tujuh aku menemukan nama keluarga chiade.
aku menekan bel. tak ada sahutan atau pintu yang di buka.
aku awalnya ingin membuka pintunya tetapi pintunya di buka.
"Ya, ada apa?." seorang perempuan membukakan pintu.
"Anu... ini benar kediaman keluarga chiade?." tanya ku.
"Ya, apa kak teman kakak ku?." Tanya perempuan itu.
"Y-ya..." aku sangat gugup.
Dia mempersilahkan aku masuk ke dalam.
"Rumahmu bagus, ya." Aku memujinya.
'Terima kasih. Sebenarnya ini rumah kakakku. Oh, ya. Aku buatkan teh dulu, ya." Dia tersenyum manis.
"Tak usah repot-repot." Aku merasa tak nyaman.
"Tak apa..." dia membuatkan ku teh dan biskuit dari lemarinya.
"Maaf sudah menunggu lama." Dia meletakan teh itu di meja.
"Terima kasih... anu, namamu...?" Tanyaku bingung.
"Eh?. Namaku yusa. Yusa chiade." Katanya.
"Yusa... aku sado asada. Senang bertemu denganmu." Aku menundukkan kepalaku.
"Hehe... kau kenal kakak?." Tanya yusa.
"Yunna?. Maaf aku tak ingat. Kau ada fotonya?." Tanya ku lagi.
"Ini dia... lihatlah." Yusa memberikan fotonya.
"...?." Aku teringat kembali apa yang terjadi dan saat aku membalikkan kebelakang fotonya terdapat sebuah tulisan yang tak begitu jelas.

tulisan rait yang sangat susah diuraikan pendek tetapi susah di baca.
"boleh aku bawa kertas ini..." aku memegang kertas pesan itu.
"tentu saja, boleh." jawab yusa tersenyum,
"terima kasih banyak, yusa." aku keluar dari rumahnya dan pulang ke rumah.
"apa maksudnya ini?." tanyaku bingung.

"di dalam kesunyian dan air mata... aku menunggu... penggantinya..."

in the silence and tears... im waithing... my promised on last day.

The Last Promised Of Flower - My Flower Promise For Her -Where stories live. Discover now