Chapter 22: Affection

3.5K 512 63
                                    

[] [] []

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

[] [] []

SESAMPAINYA Jade dan Light di tempat akademi, Collins rupanya memiliki gagasan lain. Bukannya membimbing kedua siswa berbeda kelompok itu menuju ruangannya, Collins justru membimbing mereka menuju ruangan Renesmee-untuk menghadap langsung kepada sang kepala sekolah.

Penampilan ada kalanya perlu diperhatikan ketika kita hendak menemui orang penting. Namun, Collins bahkan tidak mau repot-repot memberikan kesempatan kepada dua anak didiknya itu untuk berbenah diri pasca kekacauan yang terjadi di danau beberapa menit silam.

Merasa jengkel? Tentu saja. Penampilan Jade kacau bukan main. Surai merah keemasannya tampak awut-awutan. Celana kain yang dikenakannya berlubang cukup lebar di bagian lutut. Alih-alih terlihat seperti siswa yang baru saja terkena musibah, Jade justru terlihat seperti makhluk gua yang baru mengenal dunia luar.

Berjalan di sisinya, penampilan Light sendiri juga tak kalah kacau. Meski pemuda itu tidak terluka, tetap saja, surai abu-abunya yang biasa tertata rapi itu kini sama awut-awutannya. Ranting pohon berukuran kecil tersangkut dan mencuat dari dalam surainya. Jubahnya miring, menjuntai bebas di bagian samping tubuhnya.

Langkah Collins terhenti di depan ruangan berpintu ganda dan terdapat relief rumit yang menghiasi permukaannya. Jade menelan salivanya berat. Mereka telah sampai di ruangan Renesmee. Walau daun pintunya tertutup rapat, baik Jade maupun Light mampu merasakan aura sang kepala sekolah yang mengintimidasi.

Collins berpaling kepada dua siswa di belakangnya, ekspresinya sedikit cemas, yang sebetulnya cukup mengherankan di mata keduanya karena pria itu sebelumnya begitu bersemangat untuk menghukum Jade beserta Light. "Jangan sekali-sekali berpikir untuk membuat ulah di dalam ruangan Madame Renesmee, Anak Nakal," peringatnya. "Kecuali jika kalian memang ingin didepak keluar dari Arcane."

Jade dan Light beradu pandang sekilas, saling bertukar reaksi atas peringatan Collins sebelum berujar serempak, "Baik, Mr. Collins."

Collins mengangguk puas. Pria itu mengangkat kepalan tangannya ke daun pintu ruangan Renesmee, mengetuknya beberapa kali. Usai terdengar empat kali ketukan, Collins menurunkan tangannya, menunggu respons dari sang pemilik ruangan dengan harap-harap cemas.

Tiga detik sesudahnya, kedua daun pintu bergerak membuka dengan sendirinya secara perlahan-lahan. Collins berjalan masuk lebih dulu, diikuti Jade dan Light yang berjalan di belakang punggungnya.

Daun pintu langsung menutup ketika ketiganya telah sepenuhnya masuk ke dalam ruangan Renesmee. Pada awalnya, Jade mengira bahwa ia sedang mengalami disorientasi sebab pandangannya dipenuhi oleh warna merah tua. Namun, saat mengerling Light yang juga sama herannya, Jade yakin bahwa penglihatannya masih berfungsi sebagaimana mestinya.

Aether: SolitudeWhere stories live. Discover now