25

4.4K 169 0
                                    

Hana pov

Kami sudah kembali ke Jakarta 2 hari yang lalu.

Disinilah aku sekarang sedang makan siang bersama Reza. Jangan kira hanya berdua.
Arya juga ada di sini.

Kemarin Reza mengundang kami untuk makan siang.

"kau terlalu sedikit makannya Hana." ujar Reza.

"kau tak perlu terlalu memperhatikan istriku Za." ucap Arya dingin.

Reza tertawa.

"kau terlihat seperti suami pencemburu Ar." ucap Reza.

Arya terlihat mendengus.

"langsung saja katakan apa yang ingin kau bicarakan." desak Arya karna sudah bosan melihat tingkah Reza.

"oke, jika itu keinginanmu. Hari Sabtu malam aku mengadakan pesta di puncak. Aku mengundangmu dan Hana untuk hadir." ucap Reza.

"kau bermimpi jika menginginkan kami datang." decih Arya.

"jangan terburu-buru memutuskan Arya. Akan banyak keuntungan yang kau dapat." ucap Reza kemudian menjelaskan perusahaan-perusahaan mana saja yang di undangnya.

"kau taukan sebagian dari mereka adalah orang-orang yang sulit ditemui. Kali ini aku memberimu peluang." jelas Reza lagi.

Arya terlihat terdiam.

-----------

Setelah kami pamit pada Reza, kami pulang.
Ya, kutau mood Arya tidak baik karena pertemuan kami dengan Reza. Sepanjang perjalanan dia hanya diam.

Aku mengerti.

"Ar." ucapku memecah keheningan.

"hm." jawabnya sambil fokus menyetir.

aku terdiam sejenak.

Aku ragu. Aku juga takut Arya bakal marah.
Tapi aku tak ingin Arya menyia-nyiakan kesempatan ini.

"kita pergi ya ke pesta Reza." ucapku.

Arya terkejut lantas menepikan mobilnya.
Ia menatapku.

"kau tak perlu memikirkan hal itu aHana."jawabnya sambil menatapku tajam.

"aku hanya ingin kau tak menyia-nyiakan kesempatan ini Ar." ucapku dengan suara sedikit bergetar.

"sudahlah Hana. Jangan karna hal ini kita kembali bertengkar. Aku tak mau." ucap Arya lalu melajukan kembali mobilnya.

"kau selalu menghindar." sungutku.

Arya tak menanggapi ucapanku.
Kami memasuki rumah dengan diam.

Keesokan harinya saat pagi hari aku masih melihat wajah dingin Arya.

"ada masalah Ar?" tanya papa mulai mengamati raut wajah Arya.

"sedikit permasalahan kantor pa." ucap Arya tak berani menatap papa. Aku hanya memandang Arya sendu.

"ceritakan pada papa, mana tau papa bisa membantu." tawar papa.

"ah, hanya permasalahan biasa kok pa. Nanti juga selesai." sahut Arya menolak.

"baiklah. Tapi papa selalu siap jika kau butuh bantuan." ucap papa.
Arya mengangguk.

Siangnya aku akan mengantarkan makan siang Arya. Kulihat hari ini Surya tak duduk didepan mejanya.

Pintu ruangan Arya sedikit terbuka. Tak seperti biasa pikirku lalu mendekat.

Samar-samar mulai kudengar seperti suara perdebatan dari ruangan Arya.
Semakin aku mendekat semakin jelas suaranya.

"tidak Leri. Aku tak mau pergi." tolak Arya.

"kau jangan egois Arya. Sudah lama kita ingin bekerjasama dengan mereka. Dan kita punya kesempatan untuk bertemu dengan pimpinan perusahaannya di pesta Reza" jelas Valeri.

Arya terdiam sejenak.

"sudahlah Leri, jangan memaksaku." ucap Arya masih menolak.

"apa kau takut Hana digoda Reza? Kau cemburu." tanya Valeri sinis.

Aku semakin menajamkan pendengaranku.

"bukan karna itu Leri. Ayolah jangan memaksaku. kau tau kan sejak dulu hubunganku tak baik dengan Reza." jelas Arya.

Aku seperti tersambar petir. Hatiku sakit. Arya ternyata selama ini tak cemburu.

Mataku memanas.

Ah Tuhan terlalu sakit kenyataan ini. Harapanku Arya mulai mencintaiku sirna sudah.

"hanya itu. Apa kau tak bisa menyingkirkan urusan pribadimu dulu Ar. Kau harus memikirkan masa depan perusahaan kita." ucap Valeri.

"baiklah Leri, kau benar." ucap Arya dengan suara lemah dan akhirnya mengalah.

Buru-buru aku beranjak. Pergi turun dengan lift. Aku tak ingin mereka tau aku mendengar semuanya.

Di bawah aku berpapasan dengan Surya.

"mau kemna Han? Buru-buru amat." ucap Surya.

"ahk aku ingin mengambil sesuatu Sur di dalam mobil. Aku lupa tadi meninggalkannya." ucapku lalu pergi.

Aku pergi. Di dalam mobil air mataku tak tertahan.

Hana
Maaf Ar, hari ini aku tak bisa datang. Aku tak enak badan.

Arya
Yasudah. Istirahat saja Han.

Aku tersenyum getir membaca pesan yang dikirim Arya.

Aku melangkah masuk ke rumah sakit. Tadi diperjalanan ku minta mang Adi mengantarku ke rumah sakit.
Aku ingin bertemu Maria. Meski aku tak tau dia sedang kerja atau tidak.

Beruntung, kulihat Maria sedang bersantai di meja perawat.

"Mar." ucapku dengan mata memerah.

"Hana." ucapnya lalu menghampiriku.

"kau kenapa?" tanya Maria bingung. Air mataku mulai mengalir lagi.

Sejenak kulihat Maria kembali ke mejanya lalu berbicara dengan rekannya. Rekannya tampak menganggukkan kepala.

"ayo, kita keluar sebentar." ucap Maria menuntunku.

Sampai di kafetaria yang tampak sepi, kami mengambil tempat duduk paling sudut. Maria datang dengan membawa dua gelas es teh.

"minumlah dulu Han." ucapnya menyodorkan segelas es teh padaku. Aku menenguknya.

"sekarang, kau cerita apa yang sebenarnya terjadi?" ucapnya.

Aku menceritakan semuanya dari awal hingga tadi . Semuanya tak ada yang kurang kuceritakan. Maria memandangku sendu.
Ia menggenggam tanganku.

"kau harus bicara dengan Arya Han." sarannya.

Aku menggeleng.

"kau harus Han. Apa kau mau menyimpan luka ini terus menerus?" tanya Maria.

Aku terdiam.
Aku benar-benar takut. Takut akan perasaanku dan takut jika aku memberitahu Arya dan dia akan marah lalu meninggalkanku. Aku tak mau. Aku sangat mencintainya. Pikirku.

"baiklah, aku mengerti. Aku akan selalu ada jika kau butuh bantuan Han." ucap Maria ketika melihat aku semakin menundukkan kepala.

Maria memelukku memberi penghiburan.

----------------------------------------

To be with You (COMPLETED)Where stories live. Discover now