08

5K 216 0
                                    

Hana pov

Arya kejam.

Ia membentakku lagi pagi ini.

Kesalku tak tertahan ketika di dalam kamar.

Aku menangis sampai terisak.

Tiba-tiba ponselku berbunyi. Kulihat nama Arya memanggil.

Kenapa tiba-tiba dia menelponku.

Ini masih siang ada apa gerangan.

Segera ku angkat telponnya.

"hallo."ucapku.

"pergilah jika kau ingin pergi." ucapnya langsung.

Aku terdiam mendengar ucapan Arya.

Aku tak percaya dia melepaskanku, mataku mulai memanas.

" Han, apa kau mendengarku?" tanya Arya karna aku tak menjawab.

" hallo Han. Kau masih disana?" ucap Arya lagi.

"e e ee.. Iya Ar, aku mendengar." sahutku .

"pergilah dengan mbak Lara hari ini." lanjutnya.

" apa aku tak salah dengar Ar." tanyaku tak percaya lalu tersenyum.

Moodku tiba-tiba berubah, pemikiranku Arya melepaskanku sirna sudah.

"apa kau mulai tuli sekarang Han." ucap Arya tak mau mengulangi kata-katanya.

"baik, baik aku dengar Ar. Terimaksih Arya aku mencintaimu." ucapku senang.

Lalu kulihat telponnya terputus.

Apa yang terjadi, apa Arya marah karna ucapan perasaanku.

Aku tak bisa mengendalikan ucapanku ketika Arya membuatku teramat senang dan teramat sedih.

Aku segera bersiap. Karna sebentar lagi mbak Lara pasti akan berangkat.

Aku segera turun menyusul mbak Lara.
Mbak Lara tampak terkejut.

"Han.." ucap mbak Lara.

"Arya menelpon memberi izin mbak." ujarku memberi penjelasan. Mbak Lara tersenyum.

" oke, ayo kita pergi." ucap mbak lara sambil berjalan keluar.

------------------

Hana pov

Hari ini aku sangat bahagia.

Setelah ikut dengan teman2 arisan mbak Lara membantu anak-anak panti asuhan.

Senyumku terus merekah seakan hari ini adalah hari terbaik.

"kamu bahagia banget Han." ucap mbak Lara yang sadar sedari tadi aku selalu tersenyum.

"aku bahagia mbak sehari ini bersama anak-anak panti asuhan itu." jawabku.

"makanya buruan punya anak biar rasa gendong baby sendiri." goda mbak Lara.

"hahaha iya mbak, iya. " ucapku menanggapi ucapan mbak Lara sedangkan dalam hati teriris. Jangan berharap punya anak.

Berharap Arya membalas perasaanku saja aku tak berani mbak.

"yaudah aku kekamar dulu ya mbak." pamitku. Mbak Lara menjawab dengan anggukan.

Aku masuk kedalam kamar. Aku tak sabar bertemu Arya. Namun yang kujumpai kamar terlihat kosong.

"kemana Arya ?" tanyaku.
Aku berpikir lebih baik membersihkan diri dulu.

Aku keluar dari kamar mandi namun aku tak melihat keberadaan Arya juga. Kulihat gorden kamar bergerak terkena hembusan angin malam ternyata balkon kamar kami terbuka.

Kudekati, dan kudengar sayup-sayup suara Arya.

"Sudah Leri. Dia sudah pulang. Iya aku melakukan saranmu." ucap Arya.

Leri nama itu, itu panggilan Arya pada Valeri. Jadi Arya melakukannya karena Valeri. Hatiku terasa sakit mengetahuinya.

Mataku kembali memanas. Tidak. Aku tak boleh nangis lagi. Aku harus kuat.

Aku menyemangati diri sendiri.
Kudekati tempat tidur lalu kuhempaskan tubuhku ke atasnya.

Kutatap langit-langit kamar.
Tak berapa lama kudengar Arya menutup pintu.

"kau sudah pulang Han. " tanya Arya berbasa-basi, lalu berjalan ke arah tempat tidur.

" iya." jawabku singkat.

"kau lelah ?" tanya lagi.

Apa pedulimu teriakku dalam hati namun semua kupendam.

"seperti kelihatannya." jawabku cuek.

"kau kenapa Han"? Tanya Arya heran dengan sikapku.

"tidak apa-apa."elakku.

"aku sedang tidak mood untuk bertengkar Hana." ucapnya mulai merubah nada suaranya.

"apa yang kau mau ?" ucapku kemudian.

"kenapa sikapmu sekarang ?" tanya Arya.

"aku tidak apa-apa."bohongku.

"kau bukan pembohong yang baik Hana." ujarnya.

"oke, apa yang tiba-tiba membuatmu mengijinkanku pergi bersama mbak Lara hari ini ?" akhirnya pertanyaan akan rasa penasaranku tersampaikan.

Arya tampak terkejut mendengar pertanyaanku.

"agar kau senang. Kau terlihat antusias dengan ajakan mbak Lara tadi pagi" jawabnya.

"karena itu ?" tanyaku tak percaya.

"iya, dan itu juga atas saran Valeri." jawab Arya santai.

"oh, aku temukan jawabannya." ucapku kecewa.

"apa maksudmu Hana ?" kini Arya yang terlihat bingung dan penasaran.

Aku beranjak ingin mengambil minum, rasanya tenggorokanku kering usai berdebat dengan Arya.

Aku tak menjawabnya.

"Hana, berhenti. Aku bilang berhenti." ucap Arya dingin.

Aku menghentikan langkahku.

" kau tak pernah bisa lepas dari bayang2 Valeri Ar." ucapku lemah lalu keluar dari kamar.

---------------------
Arya pov

"kau tak pernah bisa lepas dari bayang2 Valeri Ar." ucap Hana lalu pergi.

Apa maksud perkataan Hana.

Megapa dia mengucapkan itu.

Aku menunggu Hana kembali dan ingin menanyakan arti ucapannya tadi.

Beberapa menit kemudian Hana kembali.
Kulihat matanya memerah. Aku tau Hana baru selesai menangis. Dia membawa segelas teh. Dia memberikan gelas itu padaku.

"minumlah." ucap Hana lalu bergerak naik ke atas tempat tidur .

Aku meletakkan gelas yang Hana beri tadi di nakas sampingku.

" apa maksud ucapanmu tadi Han?" tanyaku .

"tidur lah Ar, aku lelah." ucap Hana menyudahi malam ini lalu kulihat ia terlelap.

Aku membiarkannya tertidur.

Ia nampak lelah hari ini.

Kuambil gelas yang Hana beri tadi kutengguk hingga habis.

Aku haus setelah perdebatanku dengan Hana.

Tapi aku masih penasaran akan ucapan Hana.

Namun aku tak mau mengganggunya.

Aku ikut berbaring disampingnya mencoba untuk tidur.

---------------------------------------

To be with You (COMPLETED)Where stories live. Discover now