09

4.8K 215 0
                                    

Arya pov

Hari ini tepat seminggu setelah pertengkaran kami malam itu.

Hampir setiap hari aku berusaha bertanya pada Hana arti ucapannya terakhir, namun selalu gagal. Itu semua karna sikap Hana. Hana selalu menghindariku. Pagi dia selalu lebih cepat bangun dan malam dy berusaha tidur lebih dulu.

Aku mengacak rambutku geram.

Saat ini aku sedang dikamar mandi menatap kaca.
Ada apa dengan wanita itu erangku kesal.

Aku turun ke meja makan setelah selesai berpakaian.

Aku berpakaian santai.

Hana menatapku kemudian dia terkejut.

Aku duduk disebelahnya.

" kau tak kekantor Ar?" tanya mbak Lara mewakili semua yang heran melihat penampilanku.

"hari ini kan mama papa pulang mbak, jadi kuputuskan ikut menjemput ke bandara." jelasku.

"kalau begitu biar mas gk usah ke kantor juga ." seru mas Hari

"berarti Kezia gk sekolah ma hari ini yeay...." sorak Kezia girang.

"No key. Kau tetap sekolah. Oma Opa sampainya nanti siang. Jadi kau masih punya waktu buat sekolah sayang." jelas mbak Lara membuat Kezia cemberut.

"ayolah ma." bujuk Kezia.

"bukan kah kau sudah berjanji key sama mama ketika pertunjukan disney."

"oke mom, oke. Don't angry with me." ucapnya kalah.

Aku tertawa kecil melihat perdebatan Kezia dan mbak Lara. Kulirik Hana, dia nampak lesu memakan sarapannya.

"kau sakit?" tanyaku lembut menyentak lamunannya.

Ntahlah apa yang sedang dipikirkan Hana tapi baru kusadari sedari tadi dia melamun.

Dia hanya menjawab menggelengkan kepala.
Setelah semua selesai makan. Mbak  Lara dan mas Hari mengantar Kezia ke sekolah.

Hana berdiri. Kuperhatikan gerakannya. Dia mengambil setiap piring kotor. Satu persatu dirapikannya.

"kau sudah selesai Ar?" tanyanya mengangetkanku.

"ah . .. Iya . " ucapku sambil memberi piringku.

"sejak kapan kau melakukannya?" tanyaku kemudian.

Ia menatapku tapi belum juga menjawab.

Aku rasa Hana menjaga jarak denganku.

"apa kau tak berniat menjawab pertanyaanku Hana." ucapku mulai tak sabar sambil mengikutinya ke dapur.

Ia meletakkan piringnya. 

"apa yang kau maksud?" tanyaknya balik.

" sejak kapan kau yang bertugas merapikan semua setelah makan?" ucapku mengulangi pertanyaanku dengan kesal.

"sejak aku berada di rumah ini." jawabnya lalu melanjutkan mencuci piring.

"kau bukan pembantu Hana."tegasku.

"apa cuma pembantu yang bertugas merapikan rumah ini Arya? Aku istrimu di rumah ini, apa aku tidak berhak merawat isi rumah ini? Aku tak memiliki kerjaan, aku bosan. Apa tidak bisa aku menyibukkan diri sedikit saja." ucapnya dengan suara bergetar, kulihat matanya mulai berkaca-kaca.

"kau selalu saja pandai merusak moodku." ucapku lalu meninggalkan Hana.

----------------------
Hana pov

Bagai tersambar petir aku mendengar ucapan Arya.
Setelah berkata aku selalu merusak moodnya. Hatiku seakan terlilit. Sakit. Sangat sakit seakan aku hanya bisa membuatnya marah.
Kapan kau akan mencintaiku Arya. Tanyaku dalam.

Kuhapus air mataku lalu kulanjutkan mencuci piring.

Sesekali ku hapus air mataku namun tak kunjung air mataku berhenti.

Aku kesal. Aku sedih.

Setelah selesai aku berjalan keluar dari dapur.

Kulihat Arya duduk didepan televisi, dipangkuannya terdapat laptop.

Meski dia tak kekantor tetap saja pekerjaannya banyak.

Aku melangkahkan kaki ke kamar.

Aku duduk di pinggir tempat tidur. Kurasakan kepalaku agak sakit mungkin karna terlalu banyak menangis pikirku.

Kurebahkan badanku, perlahan kesadaranku mulai hilang.

Aku terbangun, kulihat jam di dinding kamarku. Aku terkejut jam menunjukkan pukul 2 siang.

Aku beranjak dari tempat tidur.
Kurapikan diriku.
Lalu aku beranjak ke luar kamar.
Kulihat sekeliling. Sepi.

Mereka meninggalkanku.
Aku memang tak dianggap di keluarga ini pikirku.

Aku terduduk di anak tangga terakhir.
Mbok dar mendekatiku "nyonya, tuan tadi pesan biar nyonya makan siang saja tidak usah menunggu tuan."

"iya mbok, makasih ya mbok." ucapku tak bersemangat.

Kuputuskan berjalan ke taman belakang menenangkan pikiranku.

Kudengar suara mobil memasuki pekarangan rumah.

Mereka sudah datang pikirku lalu beranjak menemui mereka.

" mama, papa." sambutku sambil tersenyum.

"menantu mama yang cantik." ucap mama memelukku.

"apa kau sudah baikkan sayang ?" tanya mama lalu aku menatap mama bingung.

"tadi Arya mengatakan kau sedang tidak enak badan makanya tidak ikut menjemput mama dan papa di airport." jelas mama.

Aku menatap Arya yang berusaha mengalihkan pandangannya.

"oh, aku sudah baikkan kok ma.
Mama papa sehatkan." tanyaku lalu kami semua duduk di sofa.

Kulihat Kezia sedang bermanja-manja pada Arya.

Ya memang Kezia sangat dimanjakan semua orang di rumah ini.  Aku sering cemburu melihat perlakuan Arya padanya.

" kau sudah makan Han?" tanya mbak Lara membuyarkan lamunanku.

"sudah mbak." bohongku karena aku sedang tak berselera.

"apa kau sudah isi sayang  ?" tanya mama, membuat aku dan Arya menegang.

Aku tak tau harus menjawab apa.

"ma, jangan terlalu mendesak kami." ucap Arya sehingga aku bernafas lega.

"iya, tapi apa kalian mau anak kalian memanggil Kezia aunty sangkin lamanya dia hadir di rumah ini." ucap mama.

"kami sedang berusaha ma." ucapku berbohong untuk meyakinkan mama.

Arya menatapku tak percaya atas ucapanku.

"kalau kamu yang berbicara mama percaya Han." ucap mama mengelus pipiku dengan lembut.

Perlakuan mama mertuaku membuatku merindukan mama. Ah iya aku sudah hampir sebulan setelah pernikahanku dengan Arya, aku belum pernah pulang melihat orang tuaku.
--------------------------------------

To be with You (COMPLETED)Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ