27

1.2K 82 6
                                    

Mungkin pada lupa dengan cerita ini, maaf atas keterlambatannya. Typo mungkin masih bertebaran...

Happy reading...

.

.

.

"Maksudnya apa ini?" tanya seorang wanita muda begitu menerima beberapa lembar foto bayi yang tengah bersama beberapa anak SMA dari Avrizal.

Avrizal menyeringai, mengedikkan bahu Avrizal menjawab santai. "Hanya ingin melihat reaksi darimu saja."

"Dan dugaanku ternyata benar," gumam Avrizal setelahnya.

Wanita itu semakin mengernyit mendengar gumaman Avrizal yang terdengar lirih tapi masih jelas sampai telinganya.

Mengembuskan napas, mencoba tenang. Wanita itu menatap Avrizal yang tengah duduk ditepi  ranjang besarnya.

"Setelah melihat reaksiku ini, ku harap kau tak mengganggu ketenangan anak itu Av," ucapnya datar.

"Sejak awal, aku memang tidak berniat mengusik siapa pun. Tapi, karena kebungkamanmu saat itu lah yang membuatku jadi mengusiknya, Rai," jawab Avrizal penuh dengan penekanan.

Wanita yang ternyata memiliki nama Rai itu, tersenyum sinis mendengar jawaban penuh penekan dari Avrizal.

"Kau membawa kebungkamanku  sebagai alasan kau mengusik hidup mereka. Lalu, apa kau tidak berpikir kenapa aku memilih bungkam saat kau tiba-tiba membawaku dan menanyakan keberadaan anak itu?"

"Ah, aku baru ingat! Kau kan memang tidak suka berpikir dan selalu bertindak sesuka hati,"

Avrizal diam, ia merasa tertohok dengan apa yang baru saja wanita itu ucapkan. Ia sama sekali tidak terpikirkan akan hal itu. Ia jadi bertanya-tanya, sebegitu kejamkah ia saat itu? Sampai wanita dihadapannya saat ini rela menyerahkan anaknya pada empat anak SMA yang menurutnya tidak memiliki pengalaman apapun dalam mengurus bayi. Kenapa tidak dia saja yang mengurusnya atau jika wanita itu merasa tidak mampu, wanita itu kan bisa bilang sama ia.

"Tidak perlu memasang wajah so' berpikir begitu," ucap Rai melihat Avrizal yang masih terdiam setelah mendengar ucapannya. "Kena juga kan kamu Av," batinnya.

"Jika kamu sekarang sedang berpikir kenapa aku tega menyerahkan anakku ke tangan anak-anak SMA seperti mereka, maka jawaban itu akan kamu temukan pada saatnya nanti.

Jadi, ku ingatkan sekali lagi, jangan pernah kau mengganggu mereka. Mereka tidak bersalah, mereka tidak tau apa-apa. Jangan mentang-mentang kau berkuasa, kau bisa seenaknya dengan mereka,"

Avrizal menatap Rai yang tengah menatapnya dengan tatapan teduh. Untuk sesaat Avrizal terpaku dengan tatapan teduh yang diberikan oleh Rai. Ia baru menyadari ternyata Rai tampak memesona saat ia bersikap lembut seperti itu. Avrizal jadi merasa semakin bersalah, telah menyia-nyiakan wanita seperti Rai ini.

Dan yah, untuk menebus semua perlakuannya waktu lalu. Avrizal akan mencoba berdiam diri seperti yang Rai inginkan.

.

.

.

Seperti hari-hari biasanya, setiap pulang sekolah Ify akan langsung menjemput Ray di rumah Bu Mimin. Berhubung sekarang ia sudah tidak lagi bekerja paruh waktu seperti ketiga sahabatnya, Ify jadi bisa langsung bertemu Ray adik tersayangnya begitu ia pulang sekolah.

Ify melangkahkan kakinya dengan riang begitu langkahnya keluar dari lingkungan sekolah, senyum terus terkembang dari wajah cantiknya setiap ia menyadari, ia bisa langsung bertemu langsung dengan bayi kesayangannya Ray. Padahal hal itu sudah ia lakukan berhari-hari sejak ia sudah tidak lagi bekerja, tapi, Ify masih saja bersikap seperti ini. Bahkan ia sampai lupa jika beberapa waktu lalu ia menghawatirkan keadaan Ray jika mereka dipisahkan dengan bayi lucu itu.

Oh, omong-omong soal itu. Hal itu ternyata terjadi beberapa bulan lalu, mungkin sekitar enam bulan lalu. Mengingat saat  ini, ia sudah tidak lagi dibuat pusing untuk persiapan UN. Yang perlu ia siapkan sekarang hanya mempersiapkan diri masuk Universitas, soalnya Ify dan sahabatnya itu juga sudah melalui beberapa ujian Universitas tujuannya beberapa hari sebelum Ujian Nasional dilakukan. Dan itu benar-benar merupakan ujian hidup sesungguhnya menurut Ify dkk.

Kenapa mereka berempat berpikir seperti itu?  Itu karena saat itu mereka tidak hanya memikirkan ujian yang harus mereka hadapi tertulis, mereka juga disibukkan dengan memikirkan kehidupan selanjutnya jika Ray saat itu benar-benar diambil oleh keluarganya.

Beruntung kecemasan akan Ray tidak pernah terjadi saat itu, sehingga mereka bertiga bisa benar-benar fokus dengan ujian yang mereka hadapi.

Setelah beberapa menit berjalan kaki, akhirnya Ify sampai dirumah Bu Mimin. Setelah menunggu beberapa saat, setelah mengetok pintu. Pintu pun terbuka, didepanya berdiri seorang wanita dengan kisaran umur empat puluh tahunan berdiri dengan seorang bayi yang berada di gendongannya.

"Terimakasih bu, sudah menjaga Ray," ucap Ify dengan senyuman.

Bu Mimin balas senyum, lalu menyerahkan Ray beserta barang keperluan Ray kepada Ify yang langsung diterima oleh Ify dengan senang hati.

Tidak banyak basa-basi, Ify segera berpamitan kepada Bu Mimin untuk segera beranjak dari rumah beliau. Rencananya hari ini Ify ingin mengajak Ray jalan-jalan ke Mall.

.

.

.

Begitu sudah menginjakkan kakinya didalam mall, Ify langsung melangkah menuju tempat dimana terdapat bahan-bahan kue. Rencananya setelah pulang jalan-jalan ini, ia akan membuat kue karena ada beberapa pesanan yang ia 'iyakan' kemaren. Jadi mumpung hari ini ia memutuskan jalan-jalan ke mall, sekalian saja ia beli bahan-bahannya. Meski harganya gak jauh beda dengan harga ditempat biasa ia beli, tapi namanya sekalian kan ya. Haha

Ketika Ify memasuki tempat yang terdapat bahan-bahan kue, banyak pasang mata yang memerhatikan dan juga membicarakan dibelakangnya. Ify sama sekali tidak memerdulikan mereka, ia bahkan dengan santai memilih bahan-bahan yang ia butuhkan dengan posisi tengah menggendong Ray. Sesekali Ify akan tersenyum saat melihat tingkah Ray yang seolah ikut memilih bahan untuknya. Benar-benar menggemaskan tingkah Ray itu.

Setelah merasa barang yang ia butuhkan sudah cukup, Ify segera membawa belanjaannya itu kepada kasir. Selama perjalanan menuju kasir, Ify selalu berpapasan dengan ibu-ibu yang melihatnya dengan tatapan yang entah lah. Mungkin mereka heran melihat gadis remaja membawa bayi seusia Ray. Omong-omong usia Ray, sebentar lagi Ray sudah satu tahun loh. Hehe, gak kerasa ya ternyata mereka udah cukup lama ngurus Raynya. Banyak suka duka yang Ify rasakan bersama ketiga sahabatnya ketika mereka merawat Ray. Tetapi, melihat betapa aktifnya Ray saat ini, mereka sangat puas sekali dengan kerja keras mereka.

Tidak hanya itu, berkat merawat Ray ini, mereka berempat jadi mengetahui arti Cinta yang sesungguhnya. Cinta yang terasa dengan lawan jenis, ataupun Cinta terhadap keluarga. Ya, itulah yang Ify simpulkan selama ini. Ray itu, bayi pembawa Cinta.

Karena memang sejak awal tujuannya ke mall jalan-jalan, setelah mendapat kebutuhannya. Ify pun melangkahkan kakinya berkeliling mall, benar-benar kurang kerjaan gadis itu. Ke mall hanya berkeliling, benar-benar berkeliling tanpa mampir-mampir lagi hanya untuk melihat-lihat. Yah, biarkanlah gadis itu dengan Uforianya sendiri.

.

.

.

Tbc...

Saya up lagi, gimana part ini?
Ingin tanya dong, apa pendapat kalian tentang cerita saya ini? Mohon jawabannya ya, siapa tau jawaban kalian bisa buat pencerahan saya dalam membuat chap berikutnya. Meski sudah ada gambaran buat yang selanjutnya, gak ada salahnya kan saya minta pendapat kalian.

Makasih atas dukungan kalian selama ini, sampai jumpa di part selanjutnya...

Kesuwun...

Min_Tia
062119

Baby's Love (End) √Where stories live. Discover now