24

1.5K 98 26
                                    

Via, Agni, dan Shilla yang baru saja keluar dari kelas langsung mengembuskan napas mereka kasar saat merasakan apa yang sedari pagi merasakan. Mereka bertiga lelah, sekaligus lega karena jika mereka masih diawasi kemungkinan Ify lolos dari awasan orang itu. Atau malah ada orang lain lagi yang ngawasin mereka.

Huh, sayangnya mereka gak bisa memprediksi ada berapa orang yang mengawasi mereka sih.

Dengan langkah santai seakan mereka bertiga gak ngerasain perasaan diawasi, Via, Shilla, Agni terus melangkahkan kaki mereka menuju gerbang sekolah. Saat sampai didepan gerbang, mereka bertiga bertemu Rio cs yang entah lagi nungguin apa mereka didepan situ.

"Kok, tumben kalian cuma bertiga?" tanya Cakka saat Via, Agni, dan Shilla berhenti dihadapannya.

Lebih tepatnya sih Cakka yang menghadang jalan mereka bertiga.

"Lah, emang kita bertiga. Kan Ify langsung ngambil Ray dirumah Rio, eh kok lo masih disini sih Yo?" dengan kening berkerut Shilla menjawab dan balik bertanya sama Rio yang menatap datar.

Tepat sesaat setelah Shilla nanya Rio, tanpa mengucapkan apapun Rio langsung membalikkan badan menghampiri motor yang letaknya gak jauh dari dia dan pergi gitu aja. Iel, Cakka, dan Alvin hanya menggeleng dengan kelakuan sahabat mereka yang memang kadang suka enaknya gitu. Sedangkan, Via, Agni, dan Shilla menatap kepergian Rio dengan wajah melongo.

Gak sopan banget gila, gak ada basa-basinya sama sekali, cuy! Batin ketiga gadis itu.

Setelah Rio sudah tidak lagi terlihat dari tatapan mereka--ketiga gadis itu langsung menatap ketiga pemuda yang masih dihadapannya saat itu.

"Kalian mau pulang atau langsung ke tempat kerja?" tanya Cakka basa-basi karena merasa risih dilihatin tiga gadis itu.

Ya, gimana Cakka gak risih ya? Orang Via, Shilla, dan Agni liatin dia--sebeneranya gak cuma dia, tapi Alvin dan Iel juga sih yang dilihatin sama tiga gadis itu. Tetapi, kalo gak kepedean bukan Cakka namanya. Cowok berambut kibro itu, selain terkadang lola dan juga gak nyambung ternyata tingkat pedenya juga besar.

"Kalo mau pulang kenapa? Kalo mau langsung ke tempat kerja kenapa?" tanya Agni dengan alis terangkat sebelah.

"Kalo mau langsung ke tempat kerja, mending bareng kita bertiga aja sekalian. Kebetulan kita ada janji sama seseorang ditempat kalian kerja," jelas Iel mengabaikan dengusan yang keluar dari Alvin.

Cowok datar itu, memang tidak suka basa-basi. Jadi dia paham, kenapa Alvin mendengus saat mendengar basa-basinya Cakka dan pertanyaan balik Agni.

Cukup lama bagi Iel, Alvin, dan Cakka menunggu keputusan ketiga gadis dihadapannya itu yang saling tatap dan lempar dagu. Sepertinya mereka bertiga sedang bertelepati.

Ah, tau deh! Iel gak mau ambil pusing. Setelah aksi lempar lirikan dan dagu, akhirnya salah satu dari gadis itu pun mulai membuka suaranya. Dan bilang kalo mereka akan ikut sekalian. Dalam hati Iel berkata, "tinggal bilang iya aja... Pake aksi aneh," dan tanpa sadar, ia sudah memutar bola matanya.

Mengikuti ketiga sahabatnya yang sudah memulai menjalankan motornya, Iel dengan sabar menunggu gadis cantik yang saat ini bersamanya selesai memakai helm. Meski tempat yang mereka tuju itu terbilang dekat dengan sekolah, menjaga keselamatan tetap harus di utamakan kan?

Menghembus napas kasar, Iel langsung menghadap gadis yang tampak kesusahan memakai helm yang ia lempar tadi ke arahnya. Untung sih gadis itu bisa nangkap helm lemparannya. Tapi, giliran makai gak bisa-bisa.

"Lo itu gak pernah make helm ya?" tanya Iel disela-sela ia memasangkan helm di kepala gadis itu.

Si gadis melotot dan mengerucut,   mendengar pertanyaan dari Iel. "Bukan gak pernah, kebetulan aja helm lo susah kepasang," jawabnya

Baby's Love (End) √Where stories live. Discover now