16

1.8K 101 0
                                    

Menatap sekelilingnya, wanita muda itu mengernyit saat menyadari dimana kini dia berada. Sebuah kamar besar bercat hitam putih, dengan ranjang besar yang tengah ia tiduri, lalu lemari dua pintu yang cukup besar tepat diseberang ranjang, disebelah kanan lemari ada sebuah pintu yang ia tau itu adalah kamar mandi. Lalu tidak jauh dari ranjang, lebih tepatnya beberapa langkah dari sebelah kanan ranjang terdapat sebuah pintu dan jendela menuju balkon sedang beberapa langkah dikiri ranjang adalah pintu kamar itu sendiri. Tidak ada perubahan yang terdapat dikamar ini, barang-barang yang ada disana penataannya masih sama seperti terakhir dia pergi dari sana. Padahal itu sudah lama sekali.

Wanita itu mendengus, ketika mengingat banyak hal yang terjadi sebelum sebuah peristiwa yang membuatnya harus rela pergi dari situ. Padahal pada saat itu dia tengah hamil besar.

Ia bangun dari pembaringannya, berjalan ke arah balkon, namun belum sempat sampai dibalkon dari arah pintu depan ia mendengar sesuatu.

Ceklek...

Tepat saat berbalik, pintu kamar terbuka, menampakkan seorang pria muda dengan pakaian khasnya, hitam-hitam. Mengingatkannya akan peristiwa malam itu, sebelum dia berada ditempat ini. Malam itu, saat ia pulang dari tempat kerjanya-- entah kenapa tiba-tiba ia ingin berjalan melewati jalanan sepi, gelap, dan sempit seperti itu. Padahal, biasanya dia akan memilih mencari jalan memutar meski nyatanya jalan itu cukup dekat dengan jalan raya-- ia tiba-tiba dikejar oleh beberapa pria berpakaian hitam-hitam.

"Akhirnya kamu sadar juga," ucap pria itu seraya mendekatinya.

Wanita itu diam, menatap tajam sang pria yang tengah tersenyum miring. Seperti meremehkan.

"Untuk apa kamu membawa aku kesini, hah?" tanyanya keras.

Si Pria tertawa. "Apa itu sambutanmu kepada suamimu ini, hemp!"

Wanita itu mendengus mendengar nada sindiran keluar dari mulut pria muda yang mengaku menjadi suaminya. Dalam hati ia berkata, "suami? Suami macam apa yang tega mengusir istrinya yang saat itu tengah hamil tua?"

Ingin sekali ia membalas seperti itu, tapi dia tidak bisa. Ia malah berkata, "well, mending to the point aja deh. Ada urusan apa kamu membawaku kembali?"

"Masih seperti biasa ternyata, tidak suka berbasa-basi"

Menyilangkan kedua tangan didepan dada, wanita itu menatap—mantan?—suaminya itu tajam.

"Cepat katakan," ucapnya

"Dimana anak itu?" tanya pria itu dingin, terdengar jelas sekali perubahan suaranya.

Suasana yang sedari tadi memang mencengkam, semakin terlihat mencengkam saat pria itu merubah sikapnya. Yang tadinya terlihat sedikit hangat, kini menjadi sangat dingin.

Wanita itu mengernyit, mendengar pertanyaan dari si pria.

"Anak? maksudnya?" tanyanya

"Saya tahu, kamu tahu maksud saya. Tidak perlu berpura-pura seperti itu!" ucapnya membuat wanita muda itu mendengus.

Mengangkat sebelah alisnya sebelah, si wanita tersenyum sinis. "Well, jika yang kamu tanya adalah anak yang pernah aku kandung. Anak itu sudah lama mati,"

"Kamu pikir saya percaya?"

Si wanita mengangkat bahu acuh. "Gak akan jadi masalah, kalo kamu gak percaya. Lagian, bukankah selama ini kamu sudah tidak perduli lagi pada kami, jadi buat apa kamu menanyakan keberadaan anak itu?"

Baby's Love (End) √Where stories live. Discover now