17

1.7K 114 13
                                    

Ify memilih segera mengangkat buku yang tengah ia baca saat melihat Via tersenyum dan mengalihkan tatapan darinya. Bukan untuk melanjutkan membaca seperti yang mungkin Via fikirkan, tetapi ia hanya menutupi wajahnya yang berubah sedih. Karena keegoisannya, Shilla dan Agni jadi tidak lagi bertukar sapa, bahkan ia pun merasakan betapa tidak enaknya tidak bertukar sapa dengan sahabat yang selama tiga tahun tinggal bersama-sama seperti ini.

Tanpa repot-repot melihat kearah Via yang mulai beranjak dari sisinya, Ify hanya melirik Via yang sudah menjauh. Setelah Via tidak lagi terlihat, ia mengembuskan napas kasar seraya menurunkan buku yang berada didepan wajahnya.

"Gak bisa dibiarin begini terus sih, ini mah," gumamnya.

Buku yang tadi ia angkat, sudah tergeletak diatas meja. Tetapi, Ify masih saja tidak melihat apa yang tengah ada dihadapannya saat ini. Sepertinya ia melamun.

Dihadapannya saat ini, ada sosok pemuda tengah duduk dan memerhatikanya dengan ekspresi datar khasnya. Tetapi, Ify tetap menghiraukannya.

Pemuda itu melambaikan tangannya saat tak mendapat respon apapun dari Ify yang entah sedang berkelana kemana, pikirannya itu. Cukup lama ia melakukan itu, sampai—entah didetik berapa—Ify mulai ada tanda-tanda ia akan menyadari kehadirannya.

Tersentak, itu yang Ify rasakan saat melihat ada sebuah tangan besar—seperti tangan seorang laki-laki—berada tepat didepan wajahnya tengah melambai-lambai. Ify mengerjap, saat tau siapa yang berada dihadapannya saat ini. Dia, Rio, penyanyi berwajah datar yang pernah ia tolong dan beberapa kali bertemu dengannya. Tetapi anehnya, setiap ke sekolah ia dan ketiga sahabatnya itu tidak penah bertemu Rio dkk. Dan entah kenapa, saat ini dia bisa bertemu dan malah bertatap muka seperti ini sama tuh orang, mengingat fakta itu Ify mengernyit.

"Akhirnya Fy, kita bertemu juga!" Ify semakin mengernyit saat mendengar seruan antusias yang keluar dari mulut Rio tetapi wajahnya masih datar. Bisa bayangin gak tuh betapa anehnya wajah Rio. Haha

"Lo tau gak Fy, setelah gue dan sobat gue ketemu kalian waktu itu. Tiap hari gue dan sahabat gue itu nyariin keberadaan kalian. Tetapi gak tau kenapa, kita gak bisa nemuin kalian. Kalian sekolah terus kan?" tanyanya

Ify masih menatap Rio heran, meski gitu Ify tetap mengangguk. "Kita sekolah terus kok,"

"Tapi kok gak pernah ketemu ya?"

Ify mengedikkan bahu. "Emang mau ngapain kalian nyariin keberadaan kita?" tanyanya.

Rio terdiam, ia menggaruk tengkuknya bingung. "Iya juga ya, ngapain kita nyariin mereka?"

Mau gak mau Rio akhirnya meringis, karena gak nemuin jawaban yang pas buat pertanyaan Ify. Padahal itu pertanyaan termasuk pertanyaan mudah loh. Ify hanya menggeleng melihat kelakuan aneh Rio, meski tadi Rio meringis, wajahanya masih aja terlihat datar. Aneh bukan? Daripada mikirin kelakuan aneh Rio, mending Ify lanjut baca lagi aja deh.

Rio menatap Ify yang kembali sibuk dengan bukunya, ia lalu merutuki tingkah bodohnya. Kenapa ia jadi bersikap kayak gini dihadapan cewek, padahal biasanya dia gak begitu. Biasanya yang berkelakuan gitu cewek kalo lagi berhadapan sama dia, eh, ini malah jadi kebalikannya.

Rio mengusap wajahnya kasar, bingung juga mau ngapain sekarang. Perpustakaan yang memang dasarnya tempat yang cocok untuk keheningan makin terdengar hening saat ia tak tau harus ngomong apa sama Ify.

Aaaaahhhkktt....

Tiba-tiba mereka mendegar sebuah teriakan dari arah pojok perpustakaan. Karena teriakan itu, perpustakaan pun menjadi ribut.

Ify langsung berdiri, saat mengenali suara teriakan itu. "Via," ia bergumam.

Tanpa membuang waktu Ify segera berlari kearah pojok perpustakaan yang memang terdengar seram, makanya jarang ada yang datang kesitu kecuali penjaga perpus itu sendiri.

Baby's Love (End) √Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ