30

1.1K 88 4
                                    

Via menatap Agni dan Ray yang tengah bercanda dengan tatapan iri. Selama beberapa bulan merawat Ray, entah kenapa ia tidak bisa bercanda seperti itu dengan Ray. Setiap kali gantiannya menjaga Ray, pasti ada aja yang membuat Ray menangis karenannya. Membuat Via akhirnya menyerah dan tidak mau lagi jika berusuran dengan sosok mungil itu. Meski Via juga berjanji untuk menjaga Ray bersama, tapi jika kondisinya seperti itu. Via bisa apa lagi?

Sejak awal juga Via sudah diam karena Via sadar jika Via ikut menyetujui perkataan Shilla--yang ternyata jadi nyata-- atau keputusan Ify untuk merawat bayi Ray, Via itu gak akan bisa sabar seterusnya. Mengingat Via yang kadang lola, dan juga pelupa.

Menghela napas, Via menghampiri Agni dan Ray. "Si Ify belum selesai juga, Ag?" tanyanya duduk di hadapan Ray dan Agni.

Tangannya terulur, ingin menyentuh Ray. Tapi, belum sampai benar-benar menyentuh kulit si mungil, Ray sudah lebih dulu menghindar, menyembunyikan wajah imutnya dipelukan Agni.

Agni yang tadinya mau jawab pertanyaan Via, jadi terkekeh karena tingkah Ray dan muka masam Via. Udah cukup lama padahal, tapi Via sama Ray masih aja gak bisa akur. Paling kalo semuanya lagi bener-bener sibuk dan hanya Via yang luang, barulah Ray mau sama Via. Eh, tapi itu juga gak bertahan lama sih. Karena Via pasti akan langsung merengek jika Ray semakin tidak bisa diam sama dia.

"Sabar Vi, nanti juga lama-lama Ray pasti mau sama lo," ucap Agni membuat Via berdecak dan memutar bola mata malas.

Selalu seperti itu, gak Ify, gak Shilla, gak Agni, pasti selalu berucap begitu. Kurang sabar apa lagi coba, Via ini?

"Gue kayaknya emang gak cocok Ag, sama anak kecil. Udah lama, Ray masih aja begitu sama gue," ucap Via sedih.

Agni menatap Via kaget, karena baru kali ini Via mengungkapkan kesedihannya karena sosok mungil yang ada dipangkuannya ini. Padahal, biasanya Via hanya akan merengek kayak bocah kalo Ray berulah.

"Ray, kakak Via sedih tuh! Ray gak mau main sama Kakak Via," bisik Agni saat Ray mulai memerhatikan wajah Via yang terlihat sendu. Seolah mengerti apa yang Agni bisikkan, Ray mengangkat tangannya mencoba menggapai Via. Ia berdiri pelan-pelan dan melangkahkan kakinya menuju Via.

"Vi, liat Ray melangkah!" Agni berseru, tangannya merentang menjaga Ray kalau-kalau Ray tiba-tiba goyah saat melangkah. Jarak Via sama Ray memang tidak terlalu jauh, tapi tetap saja saat itu Via kan sedang menunduk. Makanya, Agni langsung merentangkan tangannya menjaga Ray agar tidak terjatuh. Lagipula, Ray juga aneh-aneh aja, masa belajar melangkah di atas kasur. Kan jadi rada susah dia berdiri tegaknnya.

Via mendongak, saat mendengar seruan Agni. Ia terpaku, melihat bocah mungil itu melangkah kearahnya. Ia terlalu terkejut dengan apa yang dilakukan bocah itu, padahal niatnya tadi dia pingin menyerah.

"Eh, eh, eh, Vi, Vi..."

Via langsung tersadar mendengar seruan Agni saat Ray terlihat seperti akan terjatuh, dengan sigap Via pun menangkap Ray yang benar-benar terjatuh kearahnya. Beruntung Ray jatuhnya kearah Via.

"VIAAA!!!"

Tepat ketika Ray terjatuh dan tertangkap, Agni yang sedari tadi berteriak-teriak karena gregetan melihat Ray yang hampir jatuh. Reflek berteriak lebih keras lagi.

Begitu kerasnya teriakan Agni, Ify sampai langsung lari menghampiri ketiganya.

Braaaakkk...

Begitu paniknya, Ify mendorong pintu dengan keras. Dengan napas tersengal, Ify menatap Agni, Ray dan Via yang terlihat seperti sedang berpelukan.

Sadar akan kehadiran Ify, Agni dan Via menatap Ify.

"Kenapa berteriak?" tanya Ify tapi hanya di jawab cengiran dari Via dan Agni.

"Hehe...,"

.

.

.

Shilla masuk ke dalam rumah dengan senyum yang terkembang di wajah cantiknya. Ia senang, habis ketemu keluarganya Iel. Ternyata memang semuanya baik, seperti yang Iel katakan.

Makanya, sampai rumah pun Shilla masih senyum-senyum. Senyum Shilla memudar saat tidak mendapati ketiga sahabatnya, malah mendapati ruang tamu plus-plus nya berantakan. Keningnya mengernyit, ia merasa heran. Nggak biasanya Ify meninggalkan kerjaannya masih dalam keadaan berantakan, padahal biasanya gadis itu selalu rapih, kalo gak rapih ngomel-ngomel kayak emak-emak.

Nggak mau, menambah penasaran. Shilla mulai melangkah kan kakinya ke penjuru rumah, yang pertama ia lakukan. Ia mencoba melihat ke dapur, di dapur sepi. Rasanya jadi sunyi gini. Mungkin di kamar, Shilla pun pergi ke kamarnya dan Ify lebih dulu. Siapa tau Ify lagi nidurin Ray dikamar.

Kosong...

Shilla menghela napas, ini rumah penghuninya pada kemana? Tumben. Pikir Shilla.

Setelah menaruh tas, Shilla pun akhirnya melangkahkan kakinya ke kamar Via dan Agni.

Benar...

Ternyata mereka ada disana.

"Gue pikir kalian pergi kemana," ucap Shilla membuat Agni, Via, dan Ify yang sedang mengelilingi Ray diatas kasur, menatap ke arahnya. "Si Via juga kenapa lagi?" tanyanya melihat mata Via berkaca-kaca.

Agni dan Ify menatap Via, "terharu dia, Ray bisa melangkah."

"Iyakah? Wah!"

Shilla langsung ikut mengelilingi Ray yang tengah berdiri dan mencoba melangkah dari Via ke Agni.

Benar-benar pemandangan yang mengejutkan. Usia Ray belum genap setahun, tapi dia sudah mulai belajar berjalan.

"Aaaaaa," Shilla berteriak saat Ray berhasil sampai ke Agni. Agni dan Via sengaja menjaga jarak yang gak cukup jauh dan gak gak dekat juga untuk melatih  langkah Ray.

"Eh, Ag, suruh jalan ke gue juga dong!" seru Shilla mundur menjauhi Agni yang kebetulan Shilla sama Agni memang bersisian.

Beruntung meski kamar mereka tidak begitu luas, tapi ranjang mereka cukup besar. Makanya mereka bisa tidur berdua sekamar. Benar-benar beruntung mereka itu, saat mencari rumah. Bisa dapet rumah yang kayak gini.

"Ayo, Ray, sini ke kak Shill!" seru Shilla semangat.

Menatap Shilla, Ray perlahan melangkah ke arahnya. Ia sepertinya juga senang bisa mulai berjalan.

Hap

"Yeeeaaay,"

Ray berhasil lagi, ia bisa sampai ke arah Shilla yang malah merubah arah. Dan beruntung Ray juga ikut merubah arah saat kakaknya yang jail itu memiringkan badannya ke arah Ify.

"Pinter banget sih kamu Ray, anak siapa coba?" tanya Shilla gemas.

"Anak emak bapaknya lah, ya kali anak lo," celetuk Agni.

"Kue gue belum selesai, gue lanjutin lagi deh," ucap Ify tiba-tiba. 

Tanpa mendengar jawaban dari ketiga sahabatnya, Ify langsung beranjak pergi. Menyisakan tatapan heran dari ketiganya. Mereka bertiga pun saling tatap, seolah mencari tau jawaban dari pertanyaan mereka. Tapi, tak lama ketiganya kompak mengedikkan bahu.

"Emang masih berantakan sih tadi," pikir Shilla.

"Gara-gara teriak tadi Ify langsung lari, makanya kue nya belum beres," pikir Via dan Agni

.

.

.

Tbc...

Huhu,, ya ampun sebenernya saya tuh bingung nulis apa ini... Tapi, tangan gatel pingin up, jadinya begini lah, akhirnya...

Maafkan author ini ya pembaca yang baik... Hehe

Terimakasih selalu saya sampaikan buat kalian, karena tanpa kalian saya pasti akan stuck terus pada bagian itu atau ini saja. Jangan lelah2 mendukung saya ya...

Btw baca juga dong cerita saya yang KeiVin(a)...  Meski bukan tentang Rify atau CRAG tapi saya akan senang jika ada yang mau mengintip sedikit cerita saya itu.

Maaf typo bertebaran. Thanks my sis 😘

Min_Tia
08142019

Baby's Love (End) √जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें