31

1.2K 76 5
                                    

Braakk... Braaakkk... Braaaakkkk..

"IFY, WOY!! Buruan elah,"

Braakk... Braaakkk...

"Lo tidur, apa mandi sih?"

"Woy! Ify"

Dengan nggak sabarnya Via terus menggedor pintu kamar mandi yang sedang dipakai Ify.

Hari-hari yang sudah mulai tenang, kini kembali rusuh saat Ify, Via, Shilla, dan Agni akan memulai hari kuliahnya.

"VIA, GAK USAH TERIAK BISA GAK SIH"

"LO JUGA TERIAK GOSHIL,"

"GUE TERIAK KARENA LO BERISIK TAU,"

"YA UDAH GAK USAH TERIAK LAGI,"

"Lo juga jangan teriak Vi," ucap Ify begitu keluar kamar mandi. Tangannya sibuk memegang telinga, padahal dia ada didalam kamar mandi. Tapi, teriakan Via benar-benar memekakkan.

"Kalo lo gak lama, gue juga gak akan teriak" gerutu Via langsung masuk ke kamar mandi dengan membanting pintu.

Braakkk....

"Heh! VIA"

Hahahahaha....

Tawa Via pecah saat mendengar Ify berteriak. Rasain.

Ify menatap pintu kamar mandi sengit dan tajam, seolah ia bisa melubangi matanya dengan matanya.

Memegang kepala, Ify berlalu menuju Agni dan Ray berada. Pagi-pagi Ify sudah dibuat pusing aja sama kelakuan satu sahabatnya itu.

"Ray, aman kan Ag?" tanya Ify begitu sampai diruang tamu plus-plus mereka.

Agni yang tengah bermain dengan Ray, mengangguk tanpa menatap Ify. "Aman kok,"

Ify menghela napas kasar sebelum mendudukkan diri di sofa.

"Shilla dimana?"

"Di kamar, gue suruh siap-siap tadi"

Ify mengangguk, "lo gak siap-siap  juga?"

"Udah, tuh!" Agni yang sedari tadi sibuk bermain dan menjawab tanpa menatap Ify menunjuk barang-barang yang akan ia bawa di hari pertama ospek.

Ify mengikuti arah dagu Agni, ia mengangguk sebelum berdiri. "Gue juga mau siap-siap juga deh," ucapnya seraya berjalan ke arah kamar.

"Oh iya Ag, perlengkapan Ray tolong siapin juga ya," lanjutnya tanpa berhenti melangkah.

Agni menatap Ify sebentar sebelum merespon dengan anggukan.

Setelah melihat Ify hilang ditelan pintu kamar, Agni pun berdiri saraya meraih Ray ke dalam gendongannya. Ia berencana menyiapkan kebutuhan Ray sebelum Ray kembali di titipkan ke tetangga mereka bu Mimin.

Saat tiba di dapur untuk mengambil susu persedian Ray yang biasa di bawa saat Ray dititipkan, Agni melihat Via membuka kamar mandi dan keluar dari sana.

Dalam hari Agni berkata, "tumben ini anak mandinya cepet"

Keluar kamar mandi, Via melihat Agni yang menatapnya dengan kening berkerut. Mata sipit Via seketika melotot, mengingat dirinya yang tidak bisa berlama-lama di kamar mandi karena kesiangan dan malah dilihat seperti itu oleh sahabat tomboinya itu.

"Sekalipun lo melotot sampai tu biji mata keluar juga, mata lo tetep aja sipit Vi" respon Agni dengan nada mengejek begitu melihat Via yang melotot lebar kearahnya, saking lebarnya matanya seakan bisa lepas kapan saja dari tempatnya.

Tetapi, seperti yang dibilang Agni. Sekalipun mata Via lepas, mata Via akan tetap sipit. Soalnya mata Via memang sudah dasarnya sipit, jadi mau kayak apa dia melotot matanya akan tetap sama.

"Daripada lo berdiri sambil cemberut disitu aja, mending sekarang lo siap-siap Vi" lanjut Agni saat Via cemberut mendengar ejekannya.

Tanpa menjawab dan melihat apa yang Agni lakukan, Via berlalu ke arah kamar. Untuk menyiapkan apa yang Agni katakan tadi.

Dengan langkah berat Via masuk ke dalam kamar, kalo dipikir lagi hari ini itu, Via malas kuliah. Padahal hari pertama masuk, karena liburannya berasa kayak gak liburan. Makanya pas masuk kuliah kayak gini, Via jadi malas.

Melihat Via yang melenggang pergi ke kamar dengan enggan, Agni menggelengkan kepala maklum. Ia juga tau apa yang Via rasakan. Mengingat kuliah mereka saat ini tidak memberi beasiswa secara penuh, jadi saat liburan kemaren mereka harus terus bekerja tanpa bisa merasakan liburan.

Agni segera menurunkan Ray saat hendak mengambil susu Ray yang ternyata berada di bagian dalam lemari paling atas.

Ray yang sudah panda berjalan-- meski masih suka tiba-tiba nyusruk alias terjatuh karena kakinya belum begitu kuat menahan berat badannya yang memang untuk ukuran seusianya lumayan-- merasa sangat senang saat diturunkan oleh kakaknya Agni.

Ia dengan antusias merambat-merambat dinding disekitarnya, sementara Agni sibuk mengambil susu Ray tanpa memerhatikan apa yang dilakukan bocah berumur satu tahun itu.

Ceroboh emang Agni itu. Padahal, cuma ngambil setoples susu, tapi bisa mengabaikan Ray cukup lama.

Ray yang merasa bebas saat merambat-rambat. Tangannya mulai menggapai barang-barang yang apa saja yang bisa ia gapai dengan tangan mungilnya.

"Ninini... Ninini...," dengan mulut bergumam gak jelas, Ray terus merambat menjauihi Agni yang entah masih sibuk apa.

"Ninini..."

Buk

Prang

Suara benda jatuh dan pecahan piring yang sangat keras sontak  mengundang Ify, Via, Shilla, dan juga Agni.

Mata Agni terbelalak melihat apa yang ada dihadapannya. Tidak hanya Agni, Via, Shilla dan Ify pun melakukan hal yang sama.

Mereka berempat sangat-sangat terkejut, sampai beberapa detik mereka hanya terdiam ditempat masing-masing.

Saat tersadar, keempatnya dengan kompak berteriak.

"RAY!!"

.

.

.

tbc...

Jeng jeng...

Up up up...

Hahaha

Salam hangat,

Min_Tia

09072019

Baby's Love (End) √Where stories live. Discover now