Guest

685 56 6
                                    

1986. Dari kejauhan suara gonggongan anjing pelacak sayup-sayup terdengar. Ataukah itu hanya halusinasi? Tolong kami. Kami ada di sini. Park Hwa Yeon ingin berteriak sekeras yang dia bisa, tetapi dia tidak bisa melakukannya, selain karena suaranya tidak akan terdengar, badai akan membuat tenggorokannya seketika kering, dan itu akan membunuhnya lebih cepat.

Deru badai salju menampar seluruh tubuh mereka bagai hantaman godam. Park Sung Wook bibirnya membiru, pria itu sudah hampir tidak sadarkan diri karena hipotermia. Wanita itu mendekap suaminya. Akhir hidup yang tidak terlalu menyenangkan, akan tetapi dia tidak membencinya. Dia tidak punya penyesalan apapun yang tertinggal di belakangnya. Dia akan mati bersama orang yang paling dia cintai. Anaknya sudah tumbuh dewasa dengan baik. Tuhan sudah memberinya kesempatan hidup layak dan damai. Tidak ada berkah yang tidak dia syukuri. Perlahan wanita itu menutup matanya. Seakan-akan menyambut malaikat maut putih nan dingin memeluk raga mereka ke dalam kematian yang beku.

Reo, tinggalkan mereka. Keduanya akan selamat.

Malaikat maut tidaklah seseram yang diceritakan banyak orang. Ataukah, mereka memang sengaja diciptakan hangat dan rupawan, hingga manusia dengan bodohnya terpedaya, kemudian dengan sengaja meraih uluran tangan mereka menuju alam baka. Pikir Park Hwa Yeon sebelum semuanya gelap.

...

Siaran langsung berita pagi hanya menampilkan warna hitam pekat pada layar-layar televisi dan gawai. NationNet menerima komplain di semua platform media sosial mereka. Berbagai keluhan, dari yang rasional seperti ; ketidakprofesionalan kru, peralatan tidak layak pakai, kerusakan jaringan, hingga komentar bombastis seperti; sabotase, kemunculan komet, hingga invasi alien. Sebagai akibatnya, Produser Oh dipanggil ke ruang direktur.

Sepanjang siang hingga sore, Park Sung Rok dalam suasana hati yang baik. Selain karena rivalnya mendapatkan masalah, juga karena lelaki-lelaki muda yang dia lihat sebelumnya. Terlihat tidak masuk akal, tetapi dia mungkin sudah menemukan sekeping informasi penting tentang Perubah Wujud---begitu orang tuanya menyebut mereka. Makhluk yang dianggap sebagian orang sebagai fantasi. Lelaki itu bersenandung, sembari menarikan Moonwalk, berkeliling stasiun televisi.

Morea terhimpit dinding dan kerumunan rekan-rekan kerja yang menyerangnya dengan pertanyaan tanpa jeda. Morea mengira mereka akan menyerah ketika dia menolak secara tegas dan menjaga mulutnya tetap tertutup rapat. Namun, kini rekan-rekannya mengubah strategi. Berkotak-kotak makan siang dan bergelas-gelas minuman berjajar memenuhi meja kerjanya, mereka mencoba menyogoknya.

"Tentu tidak baik menolak pemberian orang," kata Morea melirik penuh minta pada wadah ayam goreng saus pedas. Semua orang menanti penuh harap pada informasi sekecil apapun darinya.

"Baiklah." Han Morea mengembuskan napas tanda menyerah.  Gadis itu mulai merogoh tasnya. Mengaduk beberapa detik, kemudian mengeluarkan sebuah kartu bisnis kumal nyaris sobek. Huruf-huruf ramping berwarna perak pada tulisannya juga sudah terkelupas.

"LA LUNA!" koor semua orang, setelah menyipit dan membelalakkan mata, mencoba membaca dengan susah payah.

"Itu sebuah klub. Kalian tahu, sesuatu tentang penari, dan tiang, dan kostum," jelas Morea lambat-lambat dan tidak yakin. Dia berharap, mereka berhenti merongrongnya, jika dia membuat pengakuan delusif tentang kehidupan malam erotisnya yang dipenuhi pria bugil. "Aku kenal mereka di sana, yeah."

Seperti yang Morea harapkan, kerumunan orang penasaran itu menjadi diam, mereka mengaguk-angguk, sebagian bahkan berdecak kagum. "Bagaimana menjelaskan kabut itu, dan yang terjadi pada siaran langsung?" tanya Nona Song---penata rias yang tidak puas.

"Entahlah," jawab singkat Morea diiringi menghilangnya kerumunan massa. Begitu juga semua hidangan di atas meja. Tubuh Morea merosot ke lantai, gadis itu lega. Shin Jihoon menyaksikan kejadian itu dari jarak jauh, tidak cukup jauh untuk mendengar bualan Morea. Jihoon memikirkan banyak hal di kepalanya.

The Human MateWhere stories live. Discover now