Maidens

1.3K 93 6
                                    

Semula, Morea mengira sikap baik Drake hanyalah kesopanan standar yang biasa ditunjukkan pria pada wanita manapun. Belakangan, gadis itu tidak berpikir demikian lagi. Tindak-tanduknya lebih terlihat seperti posesif.

Dari hal-hal kecil seperti; Drake selalu memilih berdiri di bagian trotoar yang terhubung dengan jalan ketika mereka sedang berjalan kaki, atau pemuda itu selalu berada selangkah di belakangnya dengan raut wajah waspada, juga matanya senantiasa mengawasi kemanapun dirinya pergi. Sedangkan, tindakannya yang tidak lazim adalah saat Drake tidak mengizinkan mahluk berjenis kelamin jantan (manusia atau hewan) berada di dekatnya. Kalau itu terjadi, sebagai akibatnya, Drake yang polos akan berubah menjadi kejam.

Seperti situasi yang terjadi sekarang, tatapan Drake yang tajam menguliti para lelaki pengunjung kedai sup daging babi, meskipun para cowok itu datang bersama pasangan. Lihat saja apa yang menimpa anak buah Tuan Bae, Hong Joon dan kucingnya. Makhluk menggemaskan seperti Blue-pun tidak lepas dari inspeksinya (Drake menelentangkan kucing itu untuk memeriksa alat kelaminnya).

Kenyataannya, para pelanggan kedai hanya tersihir oleh visual Drake yang mencolok. Kehadiran Morea sama tidak menariknya dengan mobil yang lalu-lalang di luar. Dia nyaris transparan.

Morea mengetuk-ngetukkan jarinya tidak sabar di atas meja. "Drake, apa yang ingin kau makan?" tanyanya pada lelaki yang sudah sepuluh menit memelototi daftar menu.

"Sebenarnya aku tidak lapar."

Morea sedikit tersentak. "Maafkan aku soal insiden itu. Aku tidak tahu kau punya pantangan." Morea masih merasa bersalah, dia beranggapan sekarang Drake lebih berhati-hati memilih makanannya.

"Bukan soal itu, Mate," ralat Drake buru-buru. Hatinya tercubit melihat raut penyesalan di wajah Morea. Yang sebenarnya terjadi adalah domba yang dimakan Ryong ditambah daging panggang saat pesta sudah cukup memberinya energi hingga dua minggu ke depan. Serigala itu tidak akan merasa kelaparan hingga dua minggu berikutnya lagi.

"Sebenarnya, diriku juga baru tahu tentang apa itu reaksi alergi. Jangan menyalahkan dirimu." Tentu saja wolf itu tidak akan tau karena selama eksistensinya, dia hanya makan hewan buruan. Seorang karnivor sejati. Sedang Ryong---sisi manusianya adalah pemakan segala, mudah lapar, cenderung rakus.

"Aku sudah lama ingin menanyakan ini ... katakan yang sebenarnya Drake, siapa kamu dan apa yang kau inginkan dariku?" tanya Morea dengan suara tegas. "Kau tidak mungkin muncul begitu saja dari dalam lubang kelinci, kemudian menempel seperti permen karet yang tidak sengaja ku injak di jalanan."

Perubahan arah percakapan yang tiba-tiba membuat Drake gelagapan. Lelaki itu tidak punya jawaban untuk diutarakan. Selama ini dia merasa aman karena Morea menerima semua keanehannya. Gadis itu juga tidak bertanya hal-hal sulit. Dalam dunia manusia, mengklaim seseorang sebagai mate tidak semudah yang berlaku dalam dunia supranatural mereka.

"Bukankah sudah kukatakan, diriku adalah serigala, dan dirimu adalah mate---pasanganku," jawab Drake dengan senyum miringnya yang menawan. Di dalam rongga dadanya, hati Drake berdarah. Meskipun menyakitkan, pada akhirnya, mengatakan kebenaranlah yang membuat Morea berhenti bertanya. Siapa yang akan mempercayai keberadaan werewolf? Ironi yang menyedihkan. Pengakuannya justru menjadi senjata yang menyelamatkannya dari cercaan berbagai pertanyaan. Setidaknya untuk saat ini.

Yang menanti Drake diujung pengakuan, di masa depan saat gadis itu sudah terikat dengannya, realita yang akan dia dapatkan mungkin saja penyangkalan, atau lebih buruk, penolakan. Akankah Drake siap untuk situasi tidak terduga?

"Aku akan membantu menemukan keluargamu," lanjut Morea tanpa mempedulikan Drake yang mulai lagi dengan bualan serigalanya.

Kedatangan pelayan membawa pesanan mereka memberi Drake sedikit waktu untuk berpikir.

The Human MateOù les histoires vivent. Découvrez maintenant