Nikah?

2.5K 87 3
                                    

Sudah satu bulan, tetapi kejadian menyakitkan itu masih teringat dengan jelas diotaknya. Ia benar benar merasa kehilangan. Seperti bagian penting dalam dirinya sirna. Semuanya begitu hampa. Dan Keira kembali merasakan kesendirian.

Keira duduk di kursi bulat depan jendela kamarnya sambil memeluk kedua lututnya. Hening. Tak ada satu katapun yang Keira ucapkan seharian ini. Ia tak bisa berhenti memikirkan Kenzo. Bahkan membencinya pun Keira tak bisa. Sering kali Keira melihat Kenzo yang selalu bersama Ellina. Ia melihat semuanya dari sini, tanpa air mata lagi. Keira sudah lelah untuk menangis.

Tok tok tok

"Masuk"

"Haloo"

Keira tersenyum, ah untung saja ia masih mempunyai Samuel.

"Lagi ngapain? Menyedihkan banget sih lo"

Keira terkekeh. "Ihh apaan si, gue mah gini juga masih cantik"

"Dih pede, cantik dari mananya lo? Dilihat dari monas pake sedotan aja tetep jelek"

Keira mendelik. Ihh kali kali muji ngapa - batin Keira.

"Eh tebak gue bawa apa" ujar Sam sambil memegang tas belanjaan yang besar.

"Bawa mayat"

Sam menyentil pelan bibir Keira. "Ish, mulut loo"

Tapi Keira malah semakin memanyunkan bibirnya.

"Ayo tebak bawa apaan?"

"Ish gue males main tebak tebakan"

"Hh, lo mah di ajak becanda malah gitu"

Keira menoleh, melihat wajah murung Samuel.

Kei, lo gak boleh nyakitin orang lain - batin Keira.

Keira segera menghampiri Samuel. "Elah becanda doang, makanan ya? Mana mana??"

Sam tersenyum. "Giliran makanan aja cepet"

"Biarin, wlee" Keira segera mengeluarkan isi kresek dan mengambil bungkus pizza.

"Wahh asikkk" mata Keira berbinar.

"Ayo Ken, makan bareng"

"Gue Sam, Samuel" ujar Sam dengan penuh penekanan.

"Ekhm sorry Sam"

"Lo mikirin dia lagi?"

"Hm? Engga kok"

"Lo gak bakat bohong"

Keira mengunyah pelan pizzanya. "Gue gak bisa berhenti mikirin dia, gue harus gimana dong Sam?"

"Nikah sama gue"

                                  ###

Sekarang pukul 07.00 malam, Keira memakai jaketnya dan berjalan ke halaman belakang rumahnya. Cuaca sekarang sedang cerah, jadi ia bisa melihat bulan dan ribuan bintang di angkasa.

Keira diam, ia teringat omongan Sam tadi siang.

*flashback on

"Gue gak bisa berhenti mikirin dia, gue harus gimana Sam?"

"Nikah sama gue" ucapan itu begitu mantap keluar dari mulut Sam.

"Ah ngaco lo, gue serius nih"

"Gue juga serius"

Keira dengan susah payah menelan pizzanya. Ia tak salah dengar bukan?

"Sam m-maksud lo gimana? Gue gak ngerti"

Sam masih dengan ekspresi seriusnya, ia pun menggenggam sebelah tangan Keira. "Lo nikah sama gue dan gue jamin lo bakal lupa segalanya tentang Kenzo, lo gak akan sakit hati lagi kaya gini, gue janji gue bakal terus bahagiain lo, gue bakal jaga lo sekuat dan semampu gue"

Keira tertegun. Apakah Sam baru saja melamarnya barusan?

"S-sam.."

"Gue janji Ra"

Keira menarik tangannya yang ada di genggaman Samuel.

"Tapi Sam, gue mau kuliah.."

"Gak papa, gue juga kuliah. Kita kuliah bareng bareng"

Keira memijit pelipisnya. "Gini Sam, lo aja masih kuliah. Mau di kasih makan apa gue nanti? Kita juga masih muda kali, gue gak siap nikah muda"

"Gue bisa minta kerjaan sama papi"

"Tapi Sam.."

"Udah, intinya lo mau gak nikah sama gue?"

Jantung Keira berdebar. Ia sangat bingung. Ia nyaman dan senang berada di dekat Samuel, tapi ini bukan artinya ia mencintai Sam bukan? Apalagi Sam mengajaknya menikah di umur mereka yang baru saja menginjak 18 tahun. Apa dia gila?

"Sam, kita nikmatin dulu aja masa muda kita. Gak usah lah buru buru nikah kaya gini"

"Tapi Ra, gue suka sama lo gue cinta sama lo"

Keira diam kembali. Benar ternyata dugaannya selama ini.

"Ra, dengerin gue. Gue janji bakal bahagiain lo, gue gak bakal bikin lo nangis kaya gini"

"Aduh Sam gimana ya.. Gue belum kepikiran sama sekali buat nikah"

"Kalo gitu pikirin itu mulai sekarang" ujar Sam sambil melangkah pergi meninggalkan Keira.

*flashback off

"Arghh!! Gila kali ya tu anak, heran gue"

Keira mendongakkan kepalanya melihat hamparan bintang yang begitu menenangkan. "Huhh, masa iya gue nikah muda gendong gendong anak lagi ntar"

"Anak siapa?"

Keira terkejut. "Ihh abang, ngagetin aja"

"Heheh maaf, tadi lo bilang gendong anak. Anak siapa? Lo hamil??" Tanya Farhan setengah teriak.

Keira menempelkan jari telunjuknya di bibirnya. "Sshhhtt berisik..."

"Sat sut sat sut, beneran lo hamil? Sama siapa lo??"

Keira mengacak rambutnya frustasi. "Ihh udah dibilangin jangan teriak"

"Alahh bodoamat, siapa yang ngehamilin lo dek bilang, biar gue samperin orangnya"

Keira memegang pundak Farhan. "Abaang, tenang. Dengerin Keira. Keira itu gak hamil jadi gak ada yang perlu dikhawatirin, oke?"

"Lah terus tadi ngomong gendong anak?"

"Ekhm, jadi gini...." Keira mulai menceritakan semuanya pada Farhan tanpa terlewat satu kata pun.

"Nahh gitu, gimana coba?"

Farhan hanya menganggukkan kepalanya. "Hm, emang dia punya duit buat ngebiayain lo?"

"Belom lah, dia aja seangkatan sama gue. Kerja aja belom"

"Sarap sih tu anak. Ngebet banget pengen nikah, gue aja belum. Emang apa sih yang dia liat dari lu dek? Perasaan rata rata aja"

Mata Keira hampir melompat keluar. "Ish tu mulut gak pernah di sekolahin"

Farhan terkekeh. "Lo jaga jarak aja sama dia, gue takut dia ngelakuin hal hal yang tidak diinginkan"

"Iya sih bang, gue juga agak serem jadinya"

Farhan melirik jam tangannya dan menyeret Keira masuk ke dalam rumah.

"Eehh, asal seret aja lu kaya tsunami"

"Udah malem, tidur"

Keira nurut saja, memang matanya sudah menahan kantuk sejak tadi. Ia memasuki kamarnya dan segera merangkak naik ke atas kasur. Ah Keira teringat sesuatu, ia segera mengambil ponselnya dan membuka galeri. Ia tersenyum dan segera menaruh ponselnya kembali dan terjun ke alam mimpi.

Selamat tidur Ken~

My Boy Friend [SELESAI] Where stories live. Discover now