Langit Sore

3.3K 112 1
                                    

"Woi, udah belum"

"Sabar !!!"

"Sabar sabar, udah dua jam gue nunggu lo di depan pintu nihh, pegel"

"Gue yang nunggu lo bertahun tahun aja gak pegel !"

"Hah?"

'keceplosan deh, mulut mulut'

"Kagaak, ya lo ke bawah aja duluan"

"Gak mau, kalo ditinggal lo makin lamaaa"

Keira tak menjawab perkataan Kenzo yang terakhir. Dia hanya sibuk bercermin. Cocok gak sih kalo dia pakai dress gini? Ya tuhan, tolong Keira.

"Gue masuk loh yaa !!"

"Iyaa iya gue keluar"

Keira menarik napas dalam dalam, berusaha menenangkan dirinya.
'Semoga gak keliatan aneh di mata Kenzo'

Ceklek..

Kenzo sontak menoleh. Dia diam. Membeku, seolah dia sedang bermain manequin challenge sekarang. Dia cantik, sangat cantik malam ini. Bukannya dia biasanya tidak cantik, tapi ini lebih dari kata cantik. Dia bagaikan bidadari yang baru turun dari langit. Yang kebetulan hadir di hidupnya.

"Aneh ya?" Tanya Keira pelan yang terdengar seperti cicitan itu.

"Engga. Yok buruan"

                                   ###

Suara riuh dari dalam gedung terdengar samar. Langit yang mulai gelap dan angin yang berhembus seakan membawa mereka ke suasana pantai yang indah. Matahari mulai meninggalkan bumi, walau dengan berat hati. Ia harus rela, buminya kini di temani bulan. Tapi, matahari cukup sadar. Dia paham. Untuk tidak meninggalkan buminya begitu saja. Ia tetap disana. Berdiri menyinari bulan agar tetap terlihat indah.

Kadang, untuk peduli kita tidak harus melakukannya secara terang terangan. Buktinya saja matahari. Dia amat mencintai bumi. Walau kehadirannya tak harus selamanya menemani. Ia harus berbagi. Berbagi dengan bulan dan bintang yang juga ingin membahagiakan bumi. Matahari tak pernah benar benar meninggalkan bumi. Tapi, ia tetap disini. Berdiri menerangi bumi lewat sang bulan. Karena ia tahu, memperhatikan dari jauh saja itu sudah lebih dari cukup. Karena jika matahari mendekat satu langkah saja. Bumi itu akan hancur. Dan tak akan ada lagi bumi yang selalu ia sayangi.

Berbeda dengan dua insan manusia yang sedang menikmati suasana sore dengan tangan yang saling bertautan. Tanpa di jelaskan sekalipun. Warga bumi sudah tau, bahwa mereka lebih dari kata sahabat. Tak ada pembicaraan yang mereka lontarkan dari mulut masing masing. Mereka diam. Bisu. Seakan keindahan ini tak cukup jika hanya di ungkapkan dengan kata kata saja.

Angin sore semakin kencang terasa. Membuat gadis itu bergidik kedinginan di bahu Kenzo. Kenzo pun mengangkat kepala Keira sekejap, kemudian melepaskan jas nya yang sedari tadi dia pakai. Memakaikanya di tubuh gadis itu dengan perlahan. Seakan mahkluk di depannya kini begitu rapuh jika tersentuh sedikit saja.

Seulas senyum terukir. "Makasih Ken"

"Sama sama"

Kenzo tertawa pelan. "Gue malah inget kita waktu kecil masa"

Keira terkekeh. "Iya gue juga."

"Ternyata lo nepatin omongan lo waktu itu ya Kei"

"Omongan yang mana?"

"Yang katanya lo mau temenan sama gue. Gue masih gak nyangka, bisa temenan sama manusia kaya lo."

Keira tertawa mendengus. "Sialan"

"Kalo di pikir pikir, kenapa lo dulu malah nangis sih pas es krim lo tumpah? Ngerepotin aja"

Keira bangkit dari bahu Kenzo. "Ohh jadi ngerepotin nih? Ya lo pikir aja, bokap gue galak banget kalo dia tau baju gue kotor udah di jemur kali gue di jemuran tetangga"

Tawa Kenzo pecah begitu saja. "Lo lucu"

"Hah?"

"Lo lucu" ucapnya datar.

Blush. Pipinya memanas sekarang. Kupu kupu yang berada di perutnya seakan terbang di sana, berontak untuk segera keluar.

"Jadi pengen gue ketekin" ujar Kenzo dengan entengnya.

"Sialan lo kampret Kenzoo"

Canda tawa mereka mengisi suasana sore kali ini. Air mata Keira sampai menetes saking lepasnya ia tertawa bersama sahabatnya kini. Bukan sekali dua kali dia bahagia seperti ini. Jika dengannya, hidupnya begitu indah dan berwarna.

Keira hanya minta satu hal. Tolong Tuhan, jangan biarkan kebahagiaan ini pergi untuk selamanya.

Dan untuk kesekian kali. Keira jatuh ke pelukannya. Keira seakan membeku di tempat. Matanya terkunci oleh mata gelap Kenzo. Tangan Kenzo kini sudah berada di pinggangnya. Mengikis jarak di antara keduanya. Biar. Biarkan saja mereka. Berikan waktu untuk mereka berbahagia.

My Boy Friend [SELESAI] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang