TM 10

23 4 0
                                    

AUTHOR POV

Saat ini Chanyeol tengah duduk dibangku kelasnya, dan memandangi pemandangan diluar jendela. Dengan senyumannya, Chanyeol selalu membayangkan seseorang dengan segala kesenangannya. Ia masih memikirkan dan membayangkan hari kemarin yang sangat menyenangkan, menurutnya.

Aneh

Apa?

Senyumannya

Sangat jarang

Dia?

Tampan sekali

Bahkan murid yang berada disekitar Chanyeol, mereka menatap Chanyeol aneh. Setelah sekian lama berada di asrama, kali ini adalah kali pertama mereka melihat senyuman langka Chanyeol. Entah mengapa hari ini Chanyeol terlihat cerah sekali. Apa karna ia telah bertemu Nara kemarin? Entahlah, ia terlalu labil.

Chanyeol yang sadar jika dirinya tengah diperhatikan oleh teman sekelasnya, ia menatap sekitarnya dengan gugup, ia menyadari apa yang ia lakukan barusan. Ia tengah tersenyum, tanpa disadari. Chanyeol kembali menetralkan wajahnya kembali datar, dan itu membuat teman sekelasnya mendesah kecewa.

"Aish. Padahal ia sangat tampan ketika tersenyum."

Bisik para siswi-siswi mulai didengar dengan samar-samar oleh Chanyeol. Inilah yang selalu terjadi ketika Chanyeol sembarangan menampakkan senyumannya. Semua akan berharap lebih padanya dan membicarakannya. Chanyeol membenci kepada orang yang membicarakannya tanpa ijinnya.

Chanyeol segera bangkit dan berjalan keluar kelas. Ia menuju pos satpam yang berada didekat gerbang asrama. Ia menghampiri paman Choi setelah jam istirahat sekolah asrama tiba. "Paman, apa ada kiriman?" Tanya Chanyeol dengan kalimat yang sama sejak kemarin.

Paman Choi menghela nafas dan menatap Chanyeol sekilas dengan datar. "Ani." Jawab paman Choi singkat.

Chanyeol menghela nafas kasar dan tertunduk lesu. Ia masih berdiri tepat didepan paman Choi. Paman Choi sedikit menyunggingkan senyumannya melihat reaksi Chanyeol. "Chanyeol-ah." Panggil paman Choi.

Chanyeol mendongakkan kepalanya menatap Paman Choi dengan lesu. "Ne?" jawabnya.

Paman Choi mendongak dan menatap langit dengan warna biru cerah itu dengan mata binarnya. "Daebak, apa itu?" Ujar Paman Choi sambil menunjuk ke arah langit.

Chanyeol pun menoleh ke atas, mengikuti arah pandangan Paman Choi. "Ada apa?" Tanya Chanyeol sambil memperhatikan ke atas langit. Hanya langit hang cerah dengan lapisan awan-awan dingin, tidak ada apa-apa yang mencerminkan kita akan bergumam, 'daebak'.

Paman Choi tertawa dalam diam saat melihat Chanyeol masih mengamati langit, mencari apa yang Paman Choi benar-benar lihat. Dengan cepat Paman Choi mengeluarkan sesuatu dari sakunya.

"Tidak ada apa-ap- huh?" Ucapan Chanyeol terpotong saat ia melihat ke arah Paman Choi yang sedang memegang sebuah amplop berwarna coklat dan mengulurkannya pada Chanyeol, tetapi Paman Choi mengalihkan tatapannya malas.

"Ige- Ige mwoya? " Tanya Chanyeol sembari menunjuk amplop coklat yang dipegang oleh Paman Choi.

Paman Choi menghela nafas kesal, "Ini yang kau mau? Ini untukmu." Paman Choi segera memberikan suratnya pada Chanyeol.

Chanyeol membelakkan matanya, "Yak, Mengapa tak bilang dari tadi, eoh?" Ucap Chanyeol kesal.

Paman Choi membuat gestur seakan-akan dirinya akan memukul Chanyeol. Ia melakukannya karena terlalu kesal pada Chanyeol. "Banyak bicara! Kau mau atau tidak?" Ucapnya.

1; THE MEETINGDonde viven las historias. Descúbrelo ahora