Hal yang Disuka (1)

134 13 9
                                    

Terlalu jujur.

- Aqilla -

Aqilla melihat punggung pria berkemeja kotak-kotak biru itu dengan tatapan sulit dijelaskan. Ada banyak hal yang membuat Aqilla benar-benar bingung dan penasaran. Saat ini, bahkan pria itu mampu membuat isi kepalanya ramai dengan berjuta pertanyaan.

Tentangnya yang tiba-tiba muncul di depan halaman rumahnya pagi-pagi tadi. Tentangnya yang tiba-tiba berbicara banyak hal yang Aqilla tidak duga sama sekali. Jie menjelaskan perihal keberangkatannya senin besok ke china.

Dan, berita mengejutkannya adalah Jie satu rombongan dengan Aqilla. Ia bahkan akan menjadi tour guide Aqilla di sana. Jie ke rumah, karena berniat meminta izin pada kedua orangtuanya. Kalau di china nanti Aqilla dan Jie akan pergi bersama. Ya, ampun! Pria ini benar-benar sulit ditebak! Apa Aqilla yang terlalu bodoh?

"Kamu lebih suka susu atau jus?" tanya Jie membuat Aqilla tersadar dari pemikirannya sendiri. Ia menatap Jie yang sudah memegang sebuah jus jambu di sebelah tangan kanannya dan susu rasa cokelat di tangan kirinya.

"Keduanya," jawab Aqilla sambil menunjuk jus dan susu dengan kedua jari telunjuknya.

Jie langsung memasukkan satu liter jus dan susu itu ke dalam dorongan besi belanjaan. Lalu ia kembali berjalan lebih dulu membelakangi Aqilla.

"Jie," panggil Aqilla sambil menyeleraskan langkah kakinya berjalan di samping Jie.

"Nanti saya jelaskan. Kita fokus belanja untuk perbekalan besok," jawab Jie dengan kedua mata yang melihat ke deretan rak mie instan.

Aqilla menganggukkan kepalanya pertanda mengerti. Jie dan Aqilla memang begitu, mungkin, karena mereka sudah berteman sejak kecil. Ikatan persahabatan mereka kuat.

Sampai-sampai berkomunikasi lewat telepati pun sudah biasa. Aqilla tidak perlu banyak menjelaskan, Jie pasti sudah paham. Begitu pun sebaliknya.

"Jie!" panggil suara seorang pria di belakang Aqilla. Aqilla menoleh dan melihat, seorang pria china berkacamata semi bulat berbingkai hitam melambaikan tangannya sambil tersenyum ramah ke arah Jie.

Matanya jauh lebih sipit dari Jie. Ada sedikit kumis tipis di atas bibirnya. Kulitnya putih bersih dan pucat, tidak seperti Jie yang lebih berwarna hangat. Jie menyambut lambaian tangan pria itu sambil berjalan menghampiri.

"It's been a long time, bro! How I miss you!" Jie memeluk tubuh pria itu dengan sebelah tangannya dan tersenyum lebar.

"Yeah, it's been a long time. I miss you too!" balas pria itu sambil memeluk Jie erat dan lalu diiringi tawa renyahnya.

Jie dan pria itu akhirnya saling melepaskan pelukan dan menatap wajah mereka satu sama lain dengan senyum penuh arti. Tidak menunggu waktu dua detik, mereka saling melempar tawa lepas.

"Gila! Kamu, kenapa jadi gini?" tanya pria itu sambil tertawa melihat penampilan Jie dari ujung rambut hingga ujung kaki.

"Kamu pasti tahu, Leo. Gak usah saya jelasin kamu pasti ngertilah!" jawab Jie santai sambil menepuk-nepuk pundak Leo sambil tertawa renyah.

Baik, saat ini sepertinya Aqilla menjadi nyamuk di antara dua pria tinggi seperti tiang ini.

"Dari gereja?" tanya Jie pada Leo yang masih menatapnya sambil tersenyum.

"Iya, saya baru pulang dari gereja. Langsung mampir ke sini karena ada yang harus dibeli. Masa lupa, sih? Besok kita, kan....," Leo menatap Jie dengan tatapan menyebalkannya.

Jie memukul perut Leo lalu tertawa. Dan ya Aqilla hanya mampu berdiri melihat keakraban dua pria di hadapannya ini sambil berusaha untuk terus tersenyum ramah.

The Smell After Rain | TELAH TERBITWhere stories live. Discover now