Hujan dan Dia

475 45 152
                                    

Hari ini....
Untuk pertama kalinya.
Aku mengingat hujan dan dia.
Ya, dia.

- Aqilla -

Ada yang bilang menjadi seorang guru adalah sebuah darma. Ya, Aqilla ingat betul akan perkataan salah satu mendiang dosennya ketika berkuliah S1 dulu.

Kalau ingin kaya apalagi bergaya. Jangan jadi guru. Karena, guru itu adalah bakti. Yang namanya bakti tidak bisa dipatok apalagi mematok. Yang namanya bakti tidak bisa dipaksa apalagi memaksa. Semua itu harus berasal dari hati dan yang terpenting adalah ketulusan dalam berbakti tersebut. Jika berbicara soal bakti, ini bukan tentang materi dan gaya hidup. Semua ini adalah tentang kesederhanaan dan ketekunan.

Bukan sok menggurui apalagi sok tahu. Pada kenyataannya hidup ini memang soal memahami dan bertahan. Ketika kita sudah mampu memahami setelah itu mencobalah untuk bertahan. Dalam kondisi apapun dan dimanapun.

Manusia pada dasarnya memang makhluk sosial. Tidak bisa hidup sendiri, membutuhkan bantuan orang lain dalam seluruh aspek kehidupannya. Namun, bukan berarti tidak bisa bertanggung jawab akan diri sendiri. Itu yang harus digarisbawahi 'tanggung jawab akan diri' hal yang sering terlupakan.

Seperti misalnya untuk sang pelajar, belajarlah untuk bertanggung jawab akan tugas-tugas sekolah dengan selalu tepat waktu mengumpulkan tugas. Untukku mahasiswa, jadilah mahasiswa yang tidak malas untuk datang ke kampus walau terkadang ajakan teman untuk nongkrong jauh lebih menggoda.

Untuk yang sudah bekerja, bekerjalah dengan tulus dan penuh semangat tanpa menggerutu. Walau terkadang hati rasanya sempit untuk bersyukur. Karena atasan yang killer nya minta ampun. Itu hanya sebagian kecil contoh akan tanggung jawab diri sesuai perannya masing-masing.

Saat ini Aqilla merasa heran, dengan beberapa anak yang tidak mengerti apa itu kata maaf, tolong, dan terima kasih. Mereka seperti kesulitan untuk mengucapkannya. Ketika menyenggol di jalan, menginjak kaki di angkot, tidak ada kata maaf yang keluar sedikitpun dari mulut mereka. Bahkan, ketika mereka melakukannya pada orang-orang yang lebih tua pun mereka terkesan cuek saja.

Contoh kecil di lingkungan sekolahnya sendiri, kebanyakan anak-anak murid sekarang kurang menghargai dan menghormati gurunya. Ketika bertemu boro-boro senyum. Menyapa saja tidak. Padahal Aqilla tidak minta dibelikan apa-apa. Sudah disapa oleh anak muridnya pun rasanya sudah membahagiakan.

Pada intinya, pendidikan karakter serta moral sekarang harus digalakkan bagaimana pun caranya. Aqilla sangat peduli dan prihatin akan nasib generasi bangsa. Maka dari itu ia memutuskan untuk menjadi seorang guru seperti Ibunya.

Walau tidak membantu banyak, setidaknya ada bukti nyata yang ia lakukan. Semoga ia selalu diberi kesehatan dan kekuatan agar bisa mengemban tugas sebagai guru sepanjang hidupnya.

Ia sangat mencintai pekerjaannya, karena kecintaannya itulah sudah banyak prestasi yang diukir. Status 'Guru Honorer' yang masih melekat di dirinya tak menjadi penghalang untuk bermalas-malasan. Ia terus melangkah maju penuh semangat.

Karena, apa, sih, yang bisa dilakukan seorang manusia selain berikhtiar? Kita ini makhluk lemah, ketika terlahir di dunia pun yang kita bawa adalah tangisan. Dan ketika kita meninggal nanti pun yang akan dibawa hanyalah amal kebaikan. Segala sesuatu yang kita miliki sekarang bahkan nanti semata-mata hanyalah titipan dari-Nya. Maka, pantaskah ada setitik keangkuhan di hati?

Bicara soal hasil itu sudah menjadi urusan-Nya. Aqilla tidak takut apalagi menyerah dalam berusaha menggapai segala cita-cita. Karena ia yakin kalau pun tak mungkin baginya. Ada Yang Maha Memungkinkan segala ketidakmungkinan itu.

Tuh, kan, jadi ngalor-ngidul memikirkan banyak hal. Padahal tadinya Aqilla hanya ingin fokus mengkoreksi hasil kerja anak muridnya. Ya, ampun! Otaknya ini memang benar-benar tidak bisa ditahan kalau membicarakan yang namanya 'pendidikan' juga 'permasalahan sosial'.

The Smell After Rain | TELAH TERBITWhere stories live. Discover now