11. Rencana (Bagian 2)

30 1 0
                                    

Keesokan harinya aku bangun paling akhir dan buru-buru menyusul yang lain di kantin markas untuk sarapan. Semalaman suntuk, Vick dan kawan-kawannya menyusun rencana dan tentu saja aku harus mendengarkannya. Misi mereka adalah misiku juga. Aku sendiri tidak yakin apakah aku bisa menjalaninya, mengingat bahwa aku belum punya pengalaman apa-apa. Tapi sejak awal memang inilah yang menjadi keinginanku untuk terjadi. Aku harus segera mempersiapkan diri. Aku harus bertanggung jawab atas pilihanku, atas semua risikonya.

Syukurlah letak kamar kami dan kantin tidak begitu jauh. Hanya tiga belokan. Mudah diingat. Sebuah keberuntungan bagiku karena aku tidak mau tersesat hari ini.

"Karen!" Vick memanggilku sambil mengangkat tangan dan melambaikannya.

Di sana sudah ada Nolan, Gerda, Maple dan Quinn. Sambil bersabar menyimpan pertanyaan, aku menghampiri mereka.

"Di mana Lucas dan Ann?" tanyaku melepaskan sedikit beban-bagiku, menyimpan pertanyaan adalah sebuah beban. Aku mengambil posisi duduk di sebelah Maple, berhadapan dengan Vick.

"Mereka sedang membicarakan misi kita pada Frey," ucap Vick dengan sangat pelan dan hati-hati, berusaha untuk tidak terlihat mencurigakan.

Aku terlalu terkejut dengan jawabannya. "Frey??"

Nolan mendelik. "Kecilkan suaramu, Nona Carlier."

"Katamu kita tidak boleh membocorkan misi ini pada siapapun??" Kali ini, aku bertanya lebih pelan.

Vick melipat tangannya di atas meja dan menatapku. "Frey teman baik kami. Selain itu, dia juga Kapten Sviour II. Sedikit banyak kami sependapat dalam hal ini. Bahkan kalau kau ingin tahu, Frey membenci Rievvend lebih dari kami."

"Aku rasa ... tidak ada yang lebih membenci Rievvend selain Frey," ujar Nolan dengan kekehan kecil. Si Pirang itu kemudian menatapku dengan iris mata hijaunya yang benderang.

Aku tidak ingin mengatakan matanya indah, tapi begitulah kenyataannya.

Berusaha mengenyahkan pikiran aneh yang tiba-tiba muncul di kepalaku, aku bertanya lagi. "Siapa lagi yang boleh tahu soal misi ini?"

"Fitzer," jawab Gerda.

Nolan menambahkan, "Dan Claeys."

"Entahlah .... Aku tidak yakin Claeys bisa dipercaya. Lagipula, di antara kami tidak ada yang dekat dengannya kecuali Nolan."

"Kita sudah membicarakan ini sebelumnya."

"Aku tahu. Aku hanya mengungkapkan pendapatku."

Tiba-tiba, Maple menoleh ke arahku. "Asal kau tahu, Nolan menyukainya."

"Diamlah, Maple. Aku punya alasan lain selain itu."

Semua orang di meja-kecuali Nolan dan aku-mengulum senyum, tak terkecuali Quinn yang dari kemarin jarang sekali kulihat menunjukkan emosi selain cemas.

"Itu mereka," kata Maple.

Semua orang mengikuti arah pandang Maple. Di pintu masuk kantin, tepatnya pada perbatasan kantin dan koridor, terlihat Lucas dan Ann sedang berjalan menghampiri kami.

"Hey, apa ada yang aku lewatkan?" tanya Lucas tanpa nada bertanya. Dan tanpa memberi waktu seseorang untuk menjawab, ia lanjut berkata dengan pelan. "Frey setuju. Dia tahu beberapa tempat yang dicurigai ada kaitannya dengan masalah ini. Ia melihat para Rievvend datang ke sana."

"Aku belum bicara pada Fitzer mengenai hal ini," ujar Gerda.

"Kalau begitu bicarakanlah segera. Kita tak punya banyak waktu." Ann menatap sekeliling. Semua terlihat setuju pada pernyataannya.

The Victorious VICTORYWhere stories live. Discover now