05. Keputusan

47 2 0
                                    

"Aku ingin bergabung dengan Sviour. Itu saja."

Vick menggeram. "Kau gila?! Aku tidak akan membiarkanmu bergabung dengan Sviour! Harus berapa kali kukatakan itu padamu, Karen?!"

"Siapa yang meminta restumu?"

"Aku kakakmu!"

"Aku tidak peduli!"

Ann menyela, "Bisakah kalian berhenti berdebat? Ini masih pagi buta."

"Sekarang katakan," ucap Nolan. Ia berdiri di dekat Vick. "Apa alasanmu ingin bergabung dengan kami? Maksudku, menjadi Sviour bukan sebuah cita-cita dan kau pasti tidak akan pernah menyukainya. Oh, ayolah! Kau bahkan tidak tahu bagaimana wujud Flopperrn yang sebenarnya."

Aku diam, memandang Vick yang melayangkan tatapan karen-kau-sudah-terlibat-terlalu-jauh-dan-kau-tahu-aku-tidak-akan-pernah-menyukainya.

Tapi aku tidak peduli.

Aku benci untuk tidak melakukan apa-apa. Aku benci dihantui pertanyaan "kapan aku bisa merasakan hidup layaknya manusia seutuhnya?", maksudku, bukankah 'bertahan hidup' mempunyai perbedaan makna yang sangat jelas dengan arti 'hidup' itu sendiri?

"Aku yakin kalau aku mampu untuk menghadapi keadaan di luar sana," belaku. Dan itu cukup untuk membuat Nolan jengah dan pada akhirnya ia memutuskan untuk pergi ke kamar mandi di sudut ruangan.

Vick sendiri terlihat frustasi dan tidak bisa berkata-kata lagi. Ia duduk di sampingku sembari menutup mukanya dengan jemari tangan.

"Jadi, kita punya anak baru di sini?" sindir Ann.

Maple menghembuskan napas. "Quinn, kita masih punya waktu dua jam lagi untuk tidur. Kau tidak ingin latihan menembak dalam kondisi mengantuk, bukan?" tanyanya pada gadis di sebelahnya.

Perempuan di samping Maple memberiku senyum tipis dan setelahnya ia mengekor pada Maple menuju ranjang tingkat yang berada di sudut ruangan.

Lucas menatapku. Sejenak kami saling melempar tatapan yang entah berarti apa, sebelum akhirnya ia memutar kursi dan kembali menghadap layar komputer yang menyala. Ia tidak mengeluarkan sedikit suara pun sejak tadi.

Baiklah. Beri aku waktu untuk menceritakan sedikit tentang keadaan sebelumnya.

Aku tersadar pukul tiga pagi, dengan wajah Vick dan Nolan yang pertama kali kulihat begitu mataku terbuka sepenuhnya. Vick langsung menanyakan apa aku baik-baik saja, sementara Nolan menyodorkan air putih padaku dengan raut muka tak bersahabat. Aku duduk dan memandang ke arah Lucas yang tengah duduk bersandar di kursi sambil memperhatikanku dari dekat pintu.

Barulah aku sadar, lagi-lagi aku berada di tempat yang belum pernah kulihat sebelumnya. Tapi aku bisa menebak, ini masih bagian dari ruang bawah tanah markas. Bedanya, ini terlihat seperti kamar, dengan tiga ranjang tingkat dan satu meja di dekat pintu. Dan aku baru mengetahui ada kamar mandi di sini, setelah aku mendengar suara keran saat Nolan masuk ke pintu di sudut ruangan.

Ann bersedekap di ranjang seberang, dengan dua orang perempuan di sampingnya yang duduk di ranjang bawah, menyimak interogasi yang dilakukan Vick dan Nolan kepadaku.

"Kukira aku sudah mati." Begitu kataku pertama kali. Kurasa itu kalimat paling jujur sekaligus paling bodoh yang pernah kuucapkan.

Nolan mengangkat bahu. "Aku terpaksa membiusmu," ujarnya. Tanpa kata maaf. "Kau membuatku jengkel."

"Kau pikir hanya kau yang merasakan itu?"

Tapi Nolan tidak peduli. "Tunggu sampai Gerda tahu bahwa kau telah-dengan lancang-memasuki laboratoriumnya. Kau akan lelah mendengar ceramahnya."

The Victorious VICTORYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang